Kini enam orang sedang berkumpul di ruangan kedap suara yang berada di suatu cafe, yang pastinya adalah cafe milik Lorin.
"Aku ga percaya Vio bakal kayak gini! Dia terlihat begitu lemah di depan cewek itu! Dia bahkan menuruti semua yang cewek itu bilang, dan membiarkan Lexi merasa sakit hati!" Teriak Felo sangat mara.
"Akhir-akhir ini Lexi memilih untuk tak ikut bergabung bersama kami. Kami sadar ada sesuatu yang terjadi padanya. Jadi ternyata ini masalahnya." Ujar Vero mengingat sudah seminggu ini tak melihat Lexi.
"Aku akui Vio memang bodoh." Ucap Sean tiba-tiba. Semua menatap Sean.
"Memang! Dan kamu masih mau membelanya?!" Ketus Dickey.
"Ya."
Semua menatap Sean dengan tatapan garang, kecuali Mire. Ia tau betul, pasti ada alasan mengapa Sean begitu membela Vio.
"Lo semua mungkin memang benar untuk marah, tapi kemarahan kalian yang memang cewek itu butuhkan. Dia ingin kalian marah, dan membenci Vio agar dia lebih mudah buat rebut Vio dari Lexi."
"Maksudnya?" Tanya Dickey.
"Kalau kita masih berada di dekat Vio, kita bakal terus berusaha jauhin anak itu dari Vio. Oleh karena itu, dia serang kepercayaan kita sama Vio. Setelah kita ninggalin Vio, dia akan lebih mudah buat deket sama Vio." Jelas Sean.
"Dan sekarang dia udah mulai serang kepercayaan Lexi pada Vio." Lanjutnya.
"Bagaimana kamu bisa tau?" Tanya Vero.
"Aku mind reader." Jawabnya jujur.
Kalimat itu berhasil membuat empat orang itu terbelalak tak percaya dan kaget.
"Beneran?!" Teriak Lorin kaget.
Sean tak menjawab dengan kata, ia hanya mengangguk sebagai respon.
"Terus, apa yang harus kita lakukan??" Tanya Vero mulai serius.
"Pisahin Vio sama anak itu lah!!!" Ucap Felo.
"Kalian udh terlalu lama ninggalin Vio. Sekarang mungkin Vio sudah bergantung sama benalu itu." Ujar Sean.
"Kita harus ketemu Vio. Dan kalian harus bicara sama Lexi." Ucap Dickey.
"HARI INI!" Lanjut Felo ngotot.
Mereka segera menghubungi Vio terlebih dahulu. Namun ternyata Vio sedang menjalani cek kesehatan bersama Lexi untuk persiapan pernikahan mereka. Dan yang menyebalkan-nya lagi, mereka semua bisa mendengar suara perempuan lain di sana.
Brakk!
"Bahkan untuk cek kesehatan, si benalu itu masih aja nempel sama Vio. Tuh anak emang udah gila!" Kesal Felo sambil memukul meja sangat keras.
"Tenang. Sekarang coba kalian tanya Lexi, hari ini dia mau ngapain aja." -Sean.
Mire mengangguk, lalu menghubungi Lexi setelah sekitar 15 menit Felo menghubungi Vio tadi.
.........
"Lexi, lo lagi dimana?" Tanya Mire.
"Aku lagi di toilet." Balas Lexi seadanya.
"Nanti kita kumpul yok! Udah seminggu lo ga ikut kumpul loh." Ucap Mire.
"Aku ga bisa. Setelah pulang dari sini, aku bakal makan malem di rumah Vio." Ucap Lexi lemah.
"Lexi kamu gapapa?" Tanya Mire menyadari ada yang tidak beres.
"Tentu... Tentu ngga." Suara Lexi mulai bergetar. Suara isakannya pun mulai terdengar di telinga semua orang yang ada di ruangan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/121964180-288-k970956.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[Senior]
Teen Fiction(18+) Season 1 : [Senior] Season 2 : [Retrograde] Dia adalah patah hati terbesarku Dan.. Kau adalah satu-satunya yang dapat aku harapkan untuk memulihkan hatiku yang sudah patah