17.~sofa~

3.4K 50 0
                                    

Sebelumnya, jangan lupa untuk Vote yaaaa💞💞

Dan jangan lupa masukkan cerita ini dalam perpustakaanmuuuu💞💞

.
.
.
.
.
.

Rumah dengan ukuran sedang itu sungguh terlihat sepi dan seakan tak ada satupun jiwa yang berada dalam rumah tersebut. Hal itu sontak membuat perasaan Lexi tak enak.

"Kenapa disini?" Tanya Lexi dengan nada tak suka.

"Masuk." Katanya langsung meninggalkan Lexi.

Terpaksa, Lexi mengikuti Vio yang tengah berjalan memasuki rumah yang terlihat elegan itu. Rumahnya begitu sepi, tak ada satu orangpun selain mereka di sana.

Vio duduk di sebuah sofa yang terlihat sangat nyaman dengan wajah marahnya. Ia menatap Lexi dengan tajam, begitu pula dengan Lexi.

"Ngapain ke sini? Cuman buat lihat-lihatan?!" Ketus Lexi.

"Siapa yang ajarin?" Tanya Vio tak kalah ketus.

Lexi menyernyitkan dahinya tak tahu dengan arah pembicaraan Vio. Dengan tiba-tiba, Vio langsung berdiri. Ia langsung meraih lengan atas Lexi, dan mendekatkan tubuh Lexi padanya.

"Siapa yang ajarin?!" Kesal Vio.

"Ajarin apa?!" Balas Lexi ketus.

"Ngomong kasar di depanku!" Jawab Vio tak kuasa menahan amarah.

"Emang apa urusannya sama kakak?!" -Lexi.

"Aku ga suka!" Balas Vio.

"Kita ga ada hubungan! Kenapa jadi ngatur-ngatur?!" Gertak Lexi.

"Lexi!" Sentak Vio.

"Apa?!!" Teriak Lexi kesal.

"Jangan pernah pakai nada tinggi kalau berbicara sama orang yang lebih tua!" Tutur Vio penuh dengan penekanan.

"Emang gak boleh pake nada tinggi kalau kita lagi marah sama orang yang kita benci?!" Balas Lexi.

"Benci?!" -Vio.

"Ya! Aku benci Vio!" -Lexi.

Vio mendekatkan tubuhnya lebih lagi, kali imi sangat dekat. Ia menatap manik mata Lexi dengan tatapan marah.

"Apa? Coba ulangi." Kata Vio dengan suara beratnya, seolah memberikan kesan marah yang akan meluap sebentar lagi.

"Aku benci kamu!! Benci banget!!! Kamu jahat! Kamu bilang kamu bakal terus ada buat aku! Kamu terus kasih perhatian khusus buat aku! Terus buat aku merasa jatuh cinta sama perbuatan manis yang kamu kasih ke aku! Kamu bahkan janji sama mama dan papa kalau kamu bakal jadiin pendamping kamu buat kedepannya! Tapi ternyata apa sekarang?! Aku benci-"





Chup!

Tanpa aba-aba, Vio langsung membungkam mulut Lexi dengan bibirnya. Ia sungguh panas mendengarkan segala lontaran kesalahan yang ia perbuat selama ini.

Vio terus mencium bibir Lexi dengan sangat agresif, tanpa memedulikan pukulan-pukulan yang ia terima dari tangan kecil Lexi.

Dengan ciuman yang semakin panas, Vio menuntun tubuh Lexi untuk tertidur di sofa panjang yang berada tepat di belakang tubuh Lexi. Lexi terus menolak, namun Vio sama sekali tak mau melepaskan ciuman itu sedetik saja.

Vio terus melumat bibir Lexi tanpa ampun, ciumannya seakan meluapkan kemarahan dan segala unek-uneknya pada Lexi. Vio mengangkat kedua tangan Lexi yang terus memukuli dadanya, dengan Lidah yang mulai bermain dengan bibir Lexi untuk menggoda sang empunya.

[Senior]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang