[20.]

906 32 34
                                    

Maaf kalau terlalu panjang yaaaa ಥ‿ಥ

.
.
.
.

Vio membolak-balikkan lembaran-lembaran kertas dari buku yang berada di depannya. Wajahnya terlihat fokus dan itu menambah tingkat ketampanannya.

"Kak Vio!!" Panggil seorang perempuan dengan cerianya.

Tentu suara itu tak lagi asing ditelinga Vio. Vio mendengus, lalu menutup buku itu. "Ada apa, Ra?"

Laura mendekat dengan langkah semangat. "Ayo jalan-jalan, kak!"

"Kakak ga bisa, Ra. Lihat deh, kakak masih ada kerjaan."

"Ayolah kak~" Rengek Laura manja menggoyang-goyangkan badan Vio.

"Ga bisa, Ra. Selesai ini semua aku harus pergi sama Lexi buat pilih baju pengantin sama cari cincin."

Mendengar itu Laura langsung menyilang kan tangannya di depan dadanya dengan raut kesal. Vio kemudian menghampiri Laura yang terlihat sangat kesal itu.

"Maaf ya." Katanya sambil menepuk bahu Laura.

"Gapapa! Tapi nanti aku ikut kakak buat pilih baju pengantin dan cari cincin sekalian!" Ujar Laura tak mau kalah.

"E-emmm, gimana ya. Masalahnya, inikan pernikahan kami, Ra. Masa iya kamu ikut kamu buat persiapan nya?" Ucap Vio beralasan.

"Gapapa, toh nanti aku juga bisa kasih pendapat. Kakak kan tau kalau milih-milih gitutu, aku jagonya." Ujar Lexi tetap kekeuh untuk ikut.

Vio tahu, akhirnya ia akan tetap kalah dan membiarkan Laura ikut dengannya dan Lexi. Kacau sudah! Apa yang harus ia katakan pada Lexi, jika Lexi marah??

Vio menatap jamnya yang sudah menunjukkan pukul 3 sore. Dia segera bergegas membereskan beberapa buku dan file yang berserakan di mejanya.

Dia menghampiri seorang gadis pemuda yang sedang tidur di sofa ruang kerjanya. Yab, gadis itu adalah Laura.

"Ra, bangun. Ayo berangkat." Gugah Vio lembut.

Laura, gadis licik itupun terbangun. "Oh, udah jam 3 ya?" Gumamnya sambil mengusap kedua matanya.

"Iya, ayo berangkat." Ajak Vio.

Vio berjalan mendahului Laura. Dan saat itu juga, Laura mengikuti Vio sedikit berlari. "Kak, emang kapan pernikahanmu akan berlangsung?" Tanya Laura.

"Bulan September." Jawab Vio, lalu masuk dalam mobilnya.

"Cepet banget?!" Kaget Laura ikut masuk dalam mobil. Dimana dia duduk? Tentu saja di tempat duduk depan.

Vio menyalakan mesin mobilnya, lalu langsung melaju menuju rumah Lexi. "Ini keinginan Lexi. Aku sih iya iya aja kalau dia yang nentuin."

Laura memasang wajah kesalnya. "Anak itu!" Desisnya sangat pelan, hingga Vio tak dapat mendengarnya.

Tangan Laura mengepal erat, membuat buku-buku jarinya berubah menjadi putih pasi. Isi pikirannya saat ini hanyalah tentang bagaimana cara dia bisa merebut Vio dari tangan Lexi.

.
.
.
.
.

Vio menghentikan laju mobilnya didepan subuah gedung milik Viola. Lexi, Vio dan Laura keluar dari mobil mereka, mendapati seorang wanita tengah berdiri dengan raut bingung di depan pintu gedung itu.

"Sore Vio, Lexi. Silahkan masuk." Ujar Viola, lalu berjalan masuk dalam gedung itu.

"Jadi agenda hari ini kita harus pilih baju ya. Kalau begitu, silahkan masuk ruangan ini." Kata Viola menunjuk ruangan dengan pintu berwarna putih elegan.

[Senior]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang