4. ~Vio~

9.3K 125 14
                                    

Secara refleks Lexi langsung mendorong tubuh Vio dengan sangat keras, namun dia tidak bergerak sedikitpun.

Lexi menutup mulutnya dengan kedua tangannya tak percaya.

"A-apa yang k-kakak lakukan?!" Teriak Lexi.

"Aku hanya ingin menghapus bekasnya dari bibirmu." Ujar Vio lagi.

"M-maksud.nya?" Tanya Lexi masih dalam keadaan syok.

Tanpa menjawab Lexi, dengan perlahan Vio membuka tangan Lexi yang tengah menutupi mulutnya sendiri.

Lalu Vio mengarahkan ibu jarinya pada bibir Lexi dan mengusapnya dengan sangat hangat dan lembut. Hal itu sontak membuat Lexi menegang.

Vio kemudian mendekatkan wajahnya lagi pada Lexi, lalu menatapnya dengan tatapan yang tak bisa Lexi artikan.

"Aku tau pasti bukan hanya di bibirmu." Ucap Vio membuat Lexi sangat bingung dan cemas.

Setelah mengatakan itu, dengan gerak yang cepat Vio meraup bibir ranum Lexi. Lexi menutup rapat bibirnya dan terus memukuli dada Vio agar Vio melepaskan pautan tersebut.

Lexi semakin kaget setelah merasakan lidah Vio yang mulai bermain di bibirnya.

Dengan tiba-tiba Vio menghentikan pergerakan lidahnya, lalu ia melepaskan tautannya. Beberapa helai benang saliva tercetak jelas diantara bibir mereka saat Vio melepaskan tautannya.

Nafas Lexi terengah-engah. Lexi memanfaatkan waktu tersebut untuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

Dengan tatapan yang seakan marah, Elvio kembali mendekatkan wajahnya.

"Buka mulutmu, Lexi." Perintah Vio.

Lexi menggeleng cepat dengan mata yang berkaca-kaca.

"Lalu kenapa kamu membuka mulutmu saat dia melakukannya padamu?!!" Sentak Vio geram.

"Apa maksud kakak?!!" Balas Lexi kesal dan juga takut.

"Kamu bilang kamu akan melakukan apapun bukan? Jadi turuti apa yang aku katakan." Ujar Vio tajam.

"Aku ga mau turuti in-!" Bantah Lexi.

Belum selesai Lexi mengucapkan kalimatnya, namun Vio sudah lebih dahulu memangsa bibirnya dengan sangat ganas.

Lexi sudah tidak bisa lagi menahan air matanya. Lexi terus memukul-mukul dada Vio sekuat mungkin.

Merasakan pukulan kecil yang terus menghantam dada bidangnya, Vio pun mulai geram. Dengan sekuat tenaganya, ia meraih dua tangan kecil itu dengan tangan kanannya tanpa melepaskan kaitan bibir mereka.

Vio menggigit bibir Lexi hingga Lexi berteriak kecil. Vio pun menggunakan kesempatannya itu dengan memasukkan lidahnya menuju mulut Lexi.

Vio menghentikan aksinya pada bibir Lexi. Kini ia mengecup setiap inci wajah Lexi. Entah setan apa yang membuatnya begitu tak kuasa menahan nafsunya sendiri.

Vio menjauhkan bibitnya dari wajah Lexi.
Vio menunduk lalu mulai menatap Lexi yanh terlihat begitu syok. Raut wajah Lexi yang ketakutan itu membuatnya terpaksa menghentikan aksinya itu karena penyesalannya pada dirinya sendiri.

"M-maafin aku.." Lirih nya.

Dengan paksa Lexi melepaskan tangannya dari genggaman Vio. Ia membalikkan badannya membelakangi Vio karena ia ketakutan saat ini.

Vio memeluk tubuh Lexi dari belakang. Hal itu sontak membuat tubuh Lexi bergetar.

"Maaf udah buat kamu takut. Tolong jangan takut sama aku." Mohon Vio dengan merasa bersalah.

[Senior]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang