15.~Siswi pindahan~

1.7K 44 0
                                    

Sebelumnya aku ingetin supaya jangan lupa vote chapter ini yaaaaaa💞💞💞
.
.
.
.
.
.
.

"Iya, gue suka sama kak Vio." Tegas Lorin.

Satu kalimat itu sontak membuat Lexi merasa sedih. Apakah ini waktunya Lexi mengalah? Dia tidak mau pertemanannya dengan Lorin hancur hanya karena masalah cinta.

Lexi menundukkan kepalanya sedih sambil mendesis,
"Oh, kamu suka sama kak Vio?" Desisnya.

Lorin menatap temannya ini dengan senyum gemasnya. Ia menepuk bahu Lexi, dan menegakkan kepala Lexi kembali.

"Gua emang suka sama kak Vio, tapi lebih tepatnya tertarik sih. Gua punya banyak banget cowok cadangan kok, Xi." Jelas Lorin dengan tawa kecilnya.

Seketika wajah Lexi berubah menjadi ceria.

"Emm,, tapi jangan pernah tertarik lagi sama kak Vio ya. Aku takut kamu akhirnya malah ga suka sama aku." Ujar Lexi dengan tatapan memohon.

"Siap!" Ucap Lorin sambil memberi gerakan hormat pada Lexi seperti saat hormat pada tiang bendera.

Lexi hanya tertawa dan mengucapkan terimakasih pada Lorin.

.
.
.
.
.
.
.
.

Akhirnya hari dimana Lexi belajar mobil pun tiba. Saat ini mereka berada di sebuah lapangan dekat rumah Lexi.

Lexi benar-benar malas untuk belajar mobil, ia sama sekali tak mendengarkan penjelasan vio tentang fungsi pedal, tombol-tombol pada mobil dan lain sebagainya.

Melihat Lexi yang sama sekali tidak mendengarkan ceritanya, membuat Vio sedikit geram.

"Kamu beneran mau belajar mobil nggak sih?" Tanya Vio kesal.

"Ngga." Jawab Lexi singkat.

"Ya udah pulang jalan kaki sana!" Geram Vio.

"Kok kakak marah?" Tanya Lexi ikut sebal.

"Papamu mau kamu bisa naik mobil, kamu ga kasian sama penjelasan dia kenapa ga bisa lagi anter kamu?" Ucap Vio.

"Ya udah iya! Ga usah ngotot dong!" Kesal Lexi.

"Bukan aku doang yang ngotot, kamu juga." Balas Vio.

Setelah perdebatan kecil itu, mereka hanya berdiam-diaman dengan mata menatap kosong kearah depan.

Lexi tetap saja berpikir egois. Yah, namanya juga perempuan, ia lebih memikirkan kekesalannya pada ucapan Vio tadi. Sedangkan Vio merenungkan kembali sikapnya pada gadis manja yang duduk pada kursi pengemudi itu.

Sekitar lima menit lamanya, akhirnya Vio menghela nafas kasarnya. Ia melemaskan kembali otot-otot mulutnya yang sedari tadi tertekuk ke bawah. Ia mulai menatap Lexi dan mengarahkan Lexi untuk ikut menatapnya. Awalnya Lexi menolah, tapi akhirnya Vio berhasil membuat Lexi kembali menatapnya.

"Maaf." Sesal Vio.

Lexi hanya melengos tak mau menatap Vio.

"Aku tau, marah kayak tadi itu kekanak-kanakan banget. Aku minta maaf." -Vio

"...." Lexi tetap tidak menjawab bahkan menatap Vio saja tidak.

"Gini.. coba bayangin ketika kamu menjelaskan sesuatu panjang lebar, tapi orang yang kamu kasih penjelasan sama sekali ga mau dengerin kamu, gimana perasaan mu?" Tanya Vio pelan-pelan.

Lexi tak menjawab sama sekali, namun kali ini ia merenungkan kata-kata yang Vio ucapkan. Dengan pikiran terbuka, akhirnya Lexi mulai menatap Vio dengan tatapan penyesalan.

[Senior]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang