[7. mulai beraksi 2]

805 28 0
                                        

"Sebenarnya mengapa kalian kemari?" Tanya Lorin karena sudah merasa tak nyaman.

"Apakah kami mengganggumu?" Tanya Vio.

"Tidak, bukan begitu." Jawab Lorin.

"Lalu?" Tanya Vio lagi.

"Apa maksudmu 'lalu'?" Lorin mulai salah tingkah.

"Kami hanya ingin kamu menemani kami, apa tidak boleh?" Goda Felo.

"Maaf, tapi aku sibuk. Aku permisi." Kata Lorin sambil bersiap keluar dari sangkar empat laki-laki tampan yang telah membuatnya salah tingkah.

"Eits, tunggu dulu." Felo menahan pergerakan Lorin.

Lorin mulai kalang kabut. Sebentar lagi teman-temannya akan kemari. Vio tidak boleh melihat Lexi.

Diam-diam Lorin mengambil ponselnya yang berada di kantung hoodie-nya. Dia berusaha mencari nama Lexi untuk menghubunginya, namun..

Greb!

Felo terlebih dahulu merampas ponselnya dan meraih tangan Lorin kedalam genggaman tangan hangatnya untuk menggoda Lorin.

Cepat-cepat Lorin melepaskan tangannya dari genggaman Felo.

"Maaf kak, tapi sepertinya kakak tidak boleh berada di ruangan ini." Ucap Lorin terlihat tergesa-gesa.

"Loh, kenapa? Kamu kan sudah pesan tempat ini." Ujar Vio dengan senyuman miring.

"Ada pelanggan setia kami yang selalu memesan ruang ini. Dan mereka sudah booking ruang ini pukul 10." Ucap Lorin beralasan.

"Dibooking ya? Tapi tadi pelayanmu tak mengarang kami untuk masuk. Dan bila ruangan di booking, pasti akan ada tulisan yang di taruh di meja." Sean dengan mudah menepis alasan yang Lorin berikan.

"Lorin, bisakah kamu jujur pada kami perkara satu hal?" Tanya Dickey.

Lorin hanya menatap Dickey, menunggu Dickey untuk mengucapkan pertanyaannya.

"Apakah Lexi masih hidup?" Tanya Dickey hati-hati.

"Kenapa kakak bicara seperti itu?" Tanya Lorin kebingungan.

"Aku tau kamu pasti tau jawabannya." Ujar Sean.

"Tidak! Aku tidak tau!" Elak Lorin.

"Apakah Lexi masih hidup?" Tanya Dickey lagi.

Lorin menatap Dickey. Ia mendengus lalu berkata,

"Seperti yang kakak tau." Jawab Lorin pada akhirnya.

"Jangan berbohong, Lorin." Ujar Vio menekan.

"Aku tidak berbohong." Lorin tak berani menatap mata keempat laki-laki yang berada di sekelilingnya.

"Keras kepala rupanya." Ucap Felo tersenyum ganas.

Cklek!

Pintu terbuka.

Dua perempuan tinggi, berpakaian kasual dengan menenteng sebuah tas selempang di bahu masuk tiba-tiba.

"Lorin! Kenapa ga jaw-" Ucap Mire tercekat.

"Wow, hi ladies!" Sapa Felo sambil menarik kedua perempuan itu untuk ikut duduk bersama.

Mire langsung mencari ponselnya lalu ia segera mencari nama kontak seseorang. Namun sama seperti Lorin, ponselnya ikut dirampas oleh Felo dan Sean.

"Bukankah lebih baik berkumpul bersama tanpa ada pengganggu seperti ponsel contohnya?" Ujar Sean santai.

"Benar juga!" Jawab Vero membuat kedua temannya menatapnya dengan mata melotot.

[Senior]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang