"Elvio Pranata?" Desis Vebi.
Nama Elvio Pranata terdengar tak begitu asing ditelinga Vebi. Ia berpikir sambil terus mengucapkan nama tersebut berkali-kali dalam hatinya.
Vebi terus berusaha mengingat nama tersebut, namun gagal. Ia tak menyerah, dan terus mencoba mengingat siapakah Elvio itu.
"A-akkkh!" Vebi berteriak kecil.
Ia menekan bagian kepalanya yang sangat sakit sambil terus mengaduh. Sontak saja, itu membuat semua orang di ruangan itu manoleh kearah Vebi dengan wajah khawatir.
"Veb! Veb! Lo gapapa?" Teriak Lorin sangat keras, hingga membuat semua pengunjung menatap ke arah mereka.
"Jangan keras-keras teriaknya." Tegur Mire.
"Vebi! Vebi! Kamu gapapa?" Tanya Vero.
Tiga pasang tangan menepuk-nepuk tubuh Vebi, entahlah untuk apa. Itu hanyalah gerakan refleks saat melihat seseorang kesakitan di depan mata kita.
"Vebi! Jawab, Veb!" Kini Mire berbicara.
Tiba-tiba saja Vebi merasakan tubuhnya sangat lemah, seakan semua energinya dikuras habis oleh rasa sakit di kepalanya. Saat itulah Vebi merasa tak kuat menahan tubuhnya sendiri, dan kini ia telah dalam kegelapannya.
"Vebi! Vebi!" Panggil Mire berkali-kali setelah melihat Vebi tergeletak lemas.
"Hubungi mamanya!" Teriak Mire menginterupsi.
Tangan Lorin yang bergetar berusaha mencoba pin apa yang kira-kira dipakai oleh Vebi. Namun semua percobaannya gagal, ditambah lagi lengan dirinya yang sangat grogi.
Melihat Lorin yang begitu bergetar, membuat Vero dengan sabar mengambil ponsel milik Vero dari genggaman Lorin.
"Lorin, panggil ambulans aja." Tutur Vero.
Vero masih mencoba teka-teki pin ponsel Vebi. Vero meraih dompet Vebi dan mengecek semua karti yang dimiliki Vebi.
Setelah menemukan sesuatu yang ia temukan, Vero langsung kembali mencoba menetik angka yang ada di pikirannya.
'0623'
Itu adalah tanggal lahir Vebi. Diluar dugaannya, Vero gagal membuka pin ponsel Vebi.
Akhirnya Vero pun menyerah dan ia mencoba dengan mengetik nomer secara acak, namun tetap gagal.
Vero sejenak berpikir. Entah mengapa tanggal lahir Lexi terlintas dipikirannya. Tanpa pikir panjang Vero mencoba mengetik pin menggunakan tanggal lahir Lexi.
'0424'
Itu yang Vero ketik.
Dan...
Terbuka!
Vero mengernyitkan dahinya bingung. Bagaimana bisa Vebi menggunakan tanggal lahir Lexi?
Apa Vebi masih mengingat dirinya sendiri bahwa dia adalah Lexi?- batin Vero
Vero segera menepis pikiran bodohnya dan dengan cekatan langsung mencari kontak mama Vebi dan menekan tombol 'panggil'.
Dengan pembawaan yang tenang ia mengatakan bahwa Vebi akan dilarikan di rumah sakit, dan meminta mama Vebi untuk tetap tenang.
Tak lama setelah Vero memberitahu mama Lexi, ambulans datang membawa Vebi dan ketiga sahabatnya ini untuk segera menuju rumah sakit.
.
.
.
.
.
.Seorang wanita paruh baya duduk lemas di sebuah kursi besi panjang khas rumah sakit. Ia menyatukan kedua tangannya dan terus merapalkan doa untuk anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Senior]
Fiksi Remaja(18+) Season 1 : [Senior] Season 2 : [Retrograde] Dia adalah patah hati terbesarku Dan.. Kau adalah satu-satunya yang dapat aku harapkan untuk memulihkan hatiku yang sudah patah