Grab!
Seseorang tiba-tiba menarik tangan Lexi dengan sangat kencang. Secara paksa orang tersebut menarik Lexi untuk memasuki ruangan yang bisa Lexi ketahui bahwa itu ruang kelas.
Brakk!
Dengan kasar orang itu mendorong Lexi hingga ia terjatuh. Kepala Lexi terbentur oleh ujung meja yang cukup runcing untuk melukis sayatan pada dahinya.
"Ups, maaf. Apa kamu baik-baik aja?" Tanya seorang siswi dengan nada mengejek.
"Aku baik-baik saja, terimakasih." Kata-kata yang dilontarkan oleh Lexi sontak membuat empat gadis di depannya tertawa remeh.
"Oh masih baik-baik aja ya?" Tanyanya langsung menarik kasar rambut Lexi yang tergerai bebas.
"Kalau sekarang? Masih baik-baik aja?" Tanyanya lagi.
Lexi hanya terdiam dengan air mata yang terus keluar.
"Kalau ditanya di jawab!!!" Kata orang itu lagi.
"Kak Karin, udah." Kata lemah seorang siswi yang terlihat lebih muda dari empat lainnya.
"Diem kamu Flo!" Gertak Hani.
"Tapi kak.." Kata Flora terpotong.
"Udah lo diem aja. Mana botol minumnya? Kasih gue." Perintah Hani.
Setelah Hani mendapatkan botol tersebut, ia langsung membuka botol itu, sambil menatap Lexi dengan seringaiannya.
"Makan tuh jus Jambu yang udah basi!" Ujar Hani sambil menyiramkan cairan tersebut ke kepala Lexi.
Brakkk!!
Tiba-tiba pintu terdobrak dengan sangat keras. Kelima siswi tersebut mulai bergetar memikirkan jika orang tersebut adalah Vio.
"Anj*ng lo semua!!" Sentak orang tersebut.
Dengan paksa ia meraih tangan Lexi dan membawanya pergi. Namun baru dua langkah, ia mendengarkan suara Lexi merintih. Reflek ia menatap ke belakang, melihat Lexi.
Melihat tangan Karin yang masih menggenggam erat rambut Lexi, membuat sang pahlawan kesiangan tersebut makin geram. Dengan gesit ia menendang keras perut Karin hingga membuat Karin menangis kesakitan.
"Ayo!" Katanya sambil berlari membawa Lexi keluar dari kelas tersebut.
Lexi tak bisa berkata apa-apa. Ia hanya melihat orang yang menyelamatkannya tersebut dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
"Loh! Kalian kok bisa berdua? Lexi? Kok bajumu..." Tanya Lorin sambil menutup hidungnya.
"Lexi, kita nanti kan ada jadwal olahraga. Kamu ganti aja dulu. Sama ini, kamu sekalian mandi." Ujar Mire sambil menyodorkan peralatan mandi yang selalu ia bawa saat ada jam olahraga.
"Makasi, Mire." Ujar Lexi menunduk.
"Santai aja. Udah cepet sana. Nanti kalau kamu belum selesai mandi waktu gurunya udah dateng, biar aku bilangin gurunya kalau kamu masih ke toilet." Ujar Mire.
"I-iya, sekali lagi makasi." Jawab Lexi lalu pergi setelah melihat Mire mengangguk.
"Dia kenapa?" Tanya Vero setelah Lexi hilang dari pandangannya.
"Karin and the geng, dia nge-bully Lexi." Jawab Mire.
"Kok bisa?!" Kaget Vero dan Lorin bersamaan.
Mire hanya mengedikkan bahunya sebagai jawaban bahwa ia juga tidak tau apa yang terjadi di antara Lexi dan Karin beserta teman-temannya.
"Bener-bener tuh anak!" Kata Lorin sambil melipat kain bagian lengannya ala preman jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Senior]
Teen Fiction(18+) Season 1 : [Senior] Season 2 : [Retrograde] Dia adalah patah hati terbesarku Dan.. Kau adalah satu-satunya yang dapat aku harapkan untuk memulihkan hatiku yang sudah patah