11.~bully~

3.9K 70 0
                                    

Matahari bersinar menembus kain tipis yang menutupi sebuah jendela kecil. Sosok gadis tengah tidur dengan nyenyak bak bayi yang telah lelah menangis. Sebuah tepukan kecil mendarat bertubi-tubi mengenai lengan mungil gadis tersebut.

"Lexi, bangun. Lexi!" Gugah orang tersebut.

Lexi merentangkan kedua tangannya dan tubuhnya untuk melemaskan otot-ototnya. Usai tubuh dan pikirannya mulai terbiasa dengan dunia nyata, ia mulai membuka matanya perlahan.

Dengan sedikit kejut, Lexi mendapati pria tampan dengan perawakan sempurna yang berada di kamarnya itu. Siapa lagi kalau bukan Vio. Ia menatap asing wajah Vio sambil mengingat-ingat kejadian semalam yang sedikit hilang dalam ingatannya.

"Kamu bisa tidur nyenyak?" Tanya Vio.

"Iya." Jawab Lexi dengan suara seraknya.

Tenggorokannya kering dan suaranya sudah habis karena terlalu banyak tangis semalam.

"Gak mimpi buruk kan?" Tanyanya lagi.

"Puji Tuhan, ngga kak." Jawab Lexi.

"Ya udah, aku tunggu di ruang makan. Aku udah siapin beberapa masakan buat kamu." Kata Vio seperti seorang ibu.

Usai mengatakan itu Vio berjalan menuju pintu kamar tersebut. Namun beberapa langkah kemudian ia berhenti. Ia membalikkan badannya lalu menatap Lexi kembali.

"Jangan lupa doa, Lexi." Katanya mengingatkan.

Mendengar itu, jujur saja jantung Lexi berdebar. Semenjak kecil ia selalu berkata pada orangtuanya jika ia menginginkan sosok laki-laki yang dapat menuntun imannya agar lebih dewasa.

Dengan cepat Lexi tersadar. Ia menggelengkan kepalanya cepat, dan langsung melakukan apa yang telah Vio ingatkan padanya.

Selesai berdoa, Lexi langsung berjalan menuju ruang makan untuk menyantap makanan yang sudah Vio siapkan. Betapa terkagumnya dia saat mendapati meja makan yang sudah penuh dengan makanan yang menggiurkan. Makanan-makanan yang bahkan bisa dilihat itu merupakan makanan orang kelas atas.

"Apa kakak membuat ini sendiri?" Tanya Lexi girang menatap Vio yang duduk di depannya.

"Tentu. Kamu tinggal pilih mana yang mau kamu makan." Ujar Vio.

"Tapi kalau kita makan ini hanya berdua tidak mungkin habis! Bagai mana kalau kita mengajak Kak Juan, Kak Fano, dan Kak-" kata Lexi tercekat.

Lexi menunduk sedih. Ia bahkan lupa dengan kejadian semalam.

Lexi kemudian langsung menegakkan kembali kepalanya, dan memberikan senyuman kecil pada Vio.

"Dan teman-teman Kak Vio." Lanjut Lexi setelah berapa lama.

"Iya. Aku telfon mereka, kamu telfon Juan dan Fano ya." Ujar Vio. Lexi menggeleng.

"Kak Juan dan kak Fano mungkin lagi sibuk." Sahut Lexi dengan wajah yang tertunduk dan senyum yang dipaksakan.

Melihat kesedihan Lexi yang mungkin saat ini kembali lagi dalam diri Lexi, akhirnya Vio pun menghampiri Lexi yang tadinya duduk di depannya.

Vio menghadapkan Lexi kearahnya, lalu ia berlutut dihadapan Lexi duduk di kursi meja makan. Vio menatap Lexi lekat. Tatapannya penuh dengan arti.

"Aku selalu ada buat kamu, Alexi Lee." Katanya tiba-tiba.

Mendengar itu Lexi hanya melontarkan senyuman tipis. Manik matanya tertuju pada pria yang saat ini berada di hadapannya. Pria yang akhir-akhir ini membuatnya merasakan keamanan.

"Makasi kak." Kata Lexi.

"Ya udah yuk makan. Aku telfon temen-temen buat kesini dulu ya." Ijin Vio yang diangguki oleh Lexi.

[Senior]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang