"Kamu mau nikah kita kapan?" Tanya Vio dalam perjalanannya.
Vio meraih tangan Lexi lalu menggenggamnya dengan sangat hanya. Lexi menatap Vio yang juga sedang menatapnya saat itu. Mereka saling melemparkan senyum.
"Jawab dong, masak cuman senyum-senyum doang?" Ujar Vio gemas.
"Fokus nyetir dulu dong. Lihat ke jalan!" Ujar Lexi sambil menangkup pipi Vio dan meminta agar Vio menghadap ke depan.
"Hahahaha, iya iyaaa.. takut banget sihhh." Ujar Vio sambil mencubit pipi Lexi.
"Ke rumahku dulu yuk! Mau ngga?" Tanya Vio matanya sesekali menatap Lexi.
"Katanya mau pulangin aku." Ujar Lexi dengan nada menyindir.
"Ya engga lah, sayang. Hahahaha, jangan marah yaa. Tadi aku juga bingung harus bilang gimana ke Laura. Dan untung dia saranin pulang, jadi aku anter dia pulang trus kita ngedate(~ ̄³ ̄)~." Seru Vio sangat bersemangat.
"Hahahahaha, gitu yaaa." Ujar Lexi sambil mencubit pipi Vio gemas.
"Lexi, kalau kedepannya Laura tetep kayak gini, kamu jangan marah ya. Aku janji bakal cari cara biar Laura jauh dari aku. Kamu mau tunggu, kan?" Tanya Vio.
"Iyaaa." Balas Lexi sambil merangkul bahu Vio dengan sayang.
"Manja." Ucap Vio mengejek.
"Tapi kamu suka." Balas Lexi sambil menjulurkan lidahnya.
"Idihhh, siapa yang bilang?" Sahut Vio menggoda Lexi.
"Ihh! Jahat!" Ketus Lexi sambil memukul bahu Vio. Namun, Lexi tetap merangkul Vio, bahkan dia memberikan satu kecupan kecil di pipi Vio.
Vio tersenyum menatap tunangannya sekilas lalu melanjutkan menyetir mobilnya menuju rumah yang sudah ia beli sejak ia berada di bangku SMA.
Lexi melepaskan tangannya dari bahu Vio, membiarkan Vio menyetir dengan bebas. Akhirnya mereka pun tiba di rumah Vio. Rumah itu terlihat bersih, walaupun sudah 1 bulan ia tinggalkan. Vio pikir mungkin mamanya selama ini merawat rumahnya.
"Kelihatannya mama jaga rumah ini deh waktu aku ga disini." Ujar Vio sambil duduk di salah satu sofa.
Lexi berjalan mendekati Vio dan ikut duduk disampingnya. "Dulu kamu sempet tinggal satu rumah sama Erin ya?"
Vio menengok kesamping, menatap Lexi yang juga sedang menatapnya dengan tatapan sedih. "Iya, tapi ga terjadi apa-apa kok. Aku bahkan selalu keluar rumah dan tidur di basecamp, karena rumah ini disita sama mama." Jelasnya membuat Lexi tersenyum puas.
"Kalau kita udah nikah, ini bakal jadi rumah kita berdua, gimana?" Tanya Vio sambil merangkul Lexi.
"Iya, gapapa." Jawab Lexi membalas pelukan Vio.
"Tapi tadi aku tanya loh, kamu mau kita nikah tanggal berapa?" Tanya Vio sambil melepaskan pelukannya untuk menatap Lexi.
Lexi menatap ke langit-langit rumah, menandakan bahwa ia sedang berpikir.
"Gimana kalau kita buat jadi dua bulan lagi? September tanggal 1." Ujar Lexi bersemangat."Hah? Itu bahkan ga sampe 2 bulan, sayang. Kita belum persiapin apapun." Kata Vio tersentak dengan jawaban Lexi.
"Kalau gitu sekarang kita beritahu mama papa dulu aja. Setelah itu kita tanya kira-kira WO yang mereka rekomendasiin buat kita." Ucap Lexi enteng.
"Yahhhh, masak sekarang harus keluar lagi buat tanya papa sama mama?" Rengek Vio.
"Ya udah, kita pikirin dulu budgetnya." Saran Lexi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Senior]
Teen Fiction(18+) Season 1 : [Senior] Season 2 : [Retrograde] Dia adalah patah hati terbesarku Dan.. Kau adalah satu-satunya yang dapat aku harapkan untuk memulihkan hatiku yang sudah patah