[23.]

778 23 9
                                    

H-1 pernikahan.

"Jadi kalian ingin bunga lili putih ya? Aku rasa bunga ini agak sulit untuk dicari, tapi akan aku coba." Tutur Viola sambil menatap kedua pasangan didepannya.

"Iya, kami mau bunga itu. Tapi kalau memang ga ada, kami serahin sama tante aja. Kami percayakan semua sama tante." Ujar Vio.

"Baiklah. Untuk masalah bunga, aku punya orang yang ahli masalah ini. Kalau kalian mau, dia akan menemani kalian untuk memilih bunga."

"Baik. Mana orangnya?" Tanya Lexi sambil menengok ke kanan kiri, mencari keberadaan orang yang dimaksud oleh Viola.

Seorang perempuan cantik mungil berjalan anggun mendekati tempat duduk mereka. Umur perempuan itu sekitar 21 tahun. Sangat muda namun menawan.

"Laura?" Ucap Lexi pelan.

Laura tersenyum miring menatap Lexi, itu membuat perasaan Lexi menjadi tak enak. "Tenang aja, gue cuman bantu kalian kok."

Viola menggeleng kecil. "Dia keponakan saya. Maaf ya, kalau dulu dia ini sempet deketin Vio." Ujar Viola dengan raut menyesal.

"Ga papa kok tan." Balas Lexi sambil menebarkan senyum manisnya.

Laura memutar bola matanya malas. "Udah, ayo ikut gue. Jangan buang-buang waktu!" Ketus Laura sambil menatap Lexi sinis.

Laura meraih tangan Vio untuk ia gandeng. Namun, segera setelahnya, Vio melepaskan gandengan itu secara perlahan agar Laura tak merasa tersinggung. "Inget, besok aku udah nikah, Laura." Ucap Vio mengingatkan.

"Udahlah, orang masih besok juga." Balas Laura sambil menggeret Vio dalam gandengannya.

Untuk kali ini Lexi tak merasa terganggu dengan sikap Laura yang manja pada Vio. Entah mengapa ia merasa bahwa Laura memang berubah. Dia manja hanya sebagai adik dan tak lebih.

"Tante, kami pergi dulu." Ujar Lexi lalu mengikuti jejak Vio dan Laura yang sudah agak jauh dari tempat ia berdiri.

"Sabar ya Lexi!" Seru Viola dari saat Lexi sudah mulai melangkah.

Lexi membalikkan badannya menatap Viola dan mengangguk, jangan lupakan senyumannya untuk meyakinkan bahwa ia baik-baik saja dengan sikap Laura.

Lexi berlarian mengejar Bio dan Laura yang sudah jauh, bahkan mungkin sudah sampai di mobil.

"Ayolah kak! Hari ini aja. besok kalian sudah menikah, aku ga bisa lagi kayak gini."

"Ga bisa, Ra. Kamu duduk di belakang, titik!" Tolak Vio.

"Ayolahhhhh!" Rengek Laura masih bersikeras meminta duduk di depan.

Lexi berjalan mendekati lokasi pertengkaran kecil antara suami ya dan Laura. "Kalian kenapa sih?" Tanya Lexi.

"Gue mau duduk depan. Gara-gara lo gue jadi ga bisa duduk depan lagi tau!" Cerca Laura menyalahkan Lexi tiba-tiba.

Sontak Vio langsung menatap kesal Laura. "Kok jadi Lexi sih, Ra." Celetuknya.

"Orang emang dia yang salah!"

"Laura!" Kesal Vio.

"Hei! Udah deh! Kalian ini malu-maluin tau ngga!" Sentak Lexi pada kedua orang ini.

"Laura, kamu duduk di belakang!" Lanjut Lexi sambil menunjuk pintu penumpang bagian belakang.

"Ga mau!" Tolak Laura sambil memalingkan wajahnya.

Vio mendengus berusaha menahan amarahnya. "Laura, suatu saat kamu bakal punya seseorang yang paling kamu sayang. Saat itu kamu bakal tau seberapa pentingnya kursi mobil bagian depan ini."

[Senior]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang