Gelap. Entah dirinya berada di mana? Karena yang terlihat di netranya hanya gelap gulita. Suhu di sini juga sangat dingin. Ia menggigil. Atau mungkin bibirnya juga mulai membiru karena kedinginan, sama seperti ujung buku jari tangan dan kakinya yang sudah membiru.Ia mencoba berjalan perlahan, tidak tahu kemana ia melangkah. Ada apa di depan sana? Ah ia lupa. Jangankan mengharap sesuatu terlihat nun jauh di sana. Satu atau dua langkah dari tempatnya berdiri saja, ia tidak tahu ada apa? Bisa jadi jurang..
Ia hanya mengandalkan indera peraba--berupa telapak kakinya yang telanjang. Menyusuri betapa dinginnya bumi yang ia pijak.
Sesekali ia menangkup kedua tangannya, dan membawa ke depan mulutnya untuk dihembuskan karbon dioksida dari dalam tubuhnya. Kemudian menggosok antar telapak tangannya agar ia tidak kedinginan. Setidaknya ia berusaha untuk menghangatkan tubuhnya, walau efek yang didapatkan hanya sedikit.
"Kamu gak kedinginan di dalam sana kan, Sayang?" Tanyanya lirih sambil mengusap pelan perutnya yang membuncit.
Sebuah tendangan menyapanya. Semoga itu pertanda jika bayinya di dalam sana baik-baik saja.
"Momma harap, Momma cepet bangun dari mimpi berulang ini, Sayang." Lanjutnya tanpa menghentikan gerakan langkah kakinya.
Ini sudah kesekian kalinya, Hyeop bermimpi berada di alam yang begitu gelap dan dingin. Ia sudah berkali-kali mengalami situasi ini, bahkan Hyeop juga sudah hafal kejadian berikutnya yang akan sangat menyakiti hatinya. Lagi dan lagi.
***
"Hiks.. jangan!!! Huhuuuu.."
Kookheon terbangun dari tidurnya karena suara tangisan Hyeop, juga gerakan gelisah istrinya yang melakukan gerakan menendangi selimut mereka.
"Dek? Adek??"
Tau jika sang istri sepertinya mengalami mimpi buruk. Kookheon segera duduk, lalu menepuk-nepuk pelan pipi Hyeop dan memanggilnya agar segera bagun.
"Hyeop? Dek?"
Hyeop tersentak kaget dan langsung mendudukkan tubuhnya, seakan lupa jika ada bayi dalam perut besarnya. Ia memeluk erat tubuh Kookheon dan menangis tersedu-sedu dalam pelukan sang suami.
"Mimpi buruk lagi, hmm?"
Tanpa adanya jawaban apapun dari Hyeop, Kookheon tau jika istrinya mengalami hal serupa berulang kali. Karena respon yang Hyeop berikan begitu sama persis. Hyeop akan memeluknya erat dan menangis. Namun sudah berkali-kali juga pertanyaannya tidak pernah Hyeop jawab secara spesifik tentang apa yang terjadi dalam mimpi buruknya.
"Minum dulu, Dek." Kookheon mengambil gelas airputih yang memang sengaja diletakkan di atas nakas dekat tempat tidur mereka, kemudian meminumkannya untuk Hyeop yang masih terengah-engah. Keringat dingin bercampur airmata masih mengotori wajah polos itu.
Kookheon dengan sangat hati-hati mengusapi wajah manis istrinya, sambil mengucapkan kalimat-kalimat penenang. Agar Hyeop bisa melanjutkan tidurnya kembali, dan tidak begadang sampai esok hari seperti hari kemarin.
"Dek? Air minumnya tumpah ya?" Tanyanya heran. Ia pun menatap gelas yang berada di genggaman Hyeop, memang tadi ia memberikan gelas itu pada istrinya. Takut Hyeop ingin minum sendiri, sementara ia sibuk mengusap wajah basah istrinya.
Merasa air dalam gelas itu tidak berkurang. Kookheon menatap selimut yang menutupi kaki-kaki mereka. Juga tidak basah.
Tapi mengapa ia merasa kakinya basah? Oh atau lebih tepatnya sprei di bawah kakinya basah.
Kookheon segera menyibak selimut mereka.
Benar. Sprei mereka basah. Dan sumber dari kebasahan itu sendiri adalah Hyeop yang ikut menatap arah pandang Kookheon.
![](https://img.wattpad.com/cover/208006101-288-k780040.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKROKOSMOS | PRODUCE X 101 and Others (Sequel From Catch Me If You Can)
Fanfiction[On going] ➡️ very very slow update🙏🏻 (Update suka-suka lilo, jd plis jgn ditungguin😅) Sequel from "Catch Me If You Can" "Kini mereka tidak hanya memiliki dunia, namun alam semesta." WARNING!!!!⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ This story contain bxb, mpreg con...