🌌(37) A Man of His Word

4.4K 691 356
                                    

Aku tidak bisa melihat apapun..

Aku hanya berfikir, dunia akan sangat gelap jika tanpa kamu..

Dan aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa kamu..

Karena tanpa kamu, aku hanyalah seorang lelaki yang ketakutan dan kehilangan arah..

Hanya dengan melihat kedua matamu dan mendengar suara nafasmu, aku pikir.. aku tau semuanya tentang kamu..

Apakah kamu tidak tau jika aku jatuh cinta padamu?

Butuh berapa banyak lagi luka yang harus aku terima, untuk kamu mengerti hatiku?

Jika kita tidak dapat bertemu lagi mulai esok hari..

Bagaimana perasaanmu?

Jika itu aku, aku tidak akan pernah bisa.. walau hanya satu hari saja..

Bahkan mencintai kamu hingga detik ini, ternyata masih sesulit dan sesakit dulu..

Lee Sejin, apa kamu tidak pernah bisa melihatku sebagai sosok yang utuh dan selalu mencintaimu?

-CSY-

================================

Seungyoun tidak bodoh. Seungyoun tau semuanya. Seungyoun sudah tau semenjak istrinya pulang dari Jeju, ia tau jika ada sesuatu yang terjadi pada Sejin di pulau cantik itu.

Hampir 3/4 dari usianya, Seungyoun hanya melihat Sejin. Ia tau walau barang sedetik saja raut atau sikap istrinya itu berubah. Seungyoun terlampau hapal, bahkan di luar kepala--kalau mau sombong.

Seungyoun mulai memperhatikan Sejin semenjak insiden tabrakan tidak sengaja di lapangan komplek waktu itu. Sejin tidak sengaja menabraknya karena sedang bermain kejar-kejaran dengan Jinhyuk. Pertemuan pertama mereka sangat singkat. Hanya sebaris ucapan maaf dari Sejin, tapi Seungyoun sudah tertarik. Bocah dengan aroma bagai dipeluk matahari itu, jatuh cinta pada pandangan pertama.

Tidak ada yang spesial. Seungyoun hanyalah bocah ingusan usia 9 tahun yang baru mengenal cinta. Ia tidak berani mendekati Sejin sebagaimana orang dewasa pada umumnya, ia hanya berani memandangi Sejin dari jauh. Jika Sejin tertawa, maka ia akan ikut tertawa. Bahagia Seungyoun hanyalah se-sederhana itu.

Bahkan Seungyoun sampai mentraktir anak kelasnya saat tau jika ia satu sekolah dengan Sejin waktu SMP.

Iya, Seungyoun juga se-begitu-bucin-nya pada Sejin.

Padahal, Sejin tidak ingat pada Seungyoun. Sama sekali. Tapi tidak apa, lagipula waktu itu mereka tidak sempat berkenalan dengan resmi. Jadi wajar kan kalau Sejin lupa?

Seungyoun tau Sejinnya itu anak yang cerdas. Sejin sering menjadi perwakilan sekolahnya untuk mengikuti lomba, bahkan sampai ke tahap olimpiade. Berbeda dengannya yang selalu mendapat nilai pas-pasan. Yang penting tidak remedial. Begitu prinsip Seungyoun.

Seungyoun juga masih ingat betapa hancur hatinya saat melihat Sejin menggandeng mesra tangan Rowoon di koridor sekolah, dengan Jinhyuk, Seungwoo dan Seobin berjalan di depannya.

Dan saat itu, Seungyoun sadar kalau ia harus berhenti mencintai Sejin yang tak pernah melihatnya.

Seungyoun mulai berubah menjadi anak nakal, sering tawuran, merokok, mabuk, main perempuan, itu semua ia lakukan untuk bisa melupakan rasa sakit hatinya karena Sejin.

Hingga suatu hari ia melihat Sejin duduk sendirian di halaman belakang sekolah. Sosok itu menangis tersedu seorang diri. Tanpa Rowoon, Jinhyuk, Seungwoo ataupun Seobin. Tapi Seungyoun tetap tidak berani menghampirinya, ia takut mendekati Sejin karena ia merasa tidak pantas berteman dengan sosok se-sempurna Sejin. Lagi-lagi ia hanya bisa memandangi Sejin dari jauh. Berharap suatu saat ia bisa mendekap tubuh mungil itu, agar tangisannya reda.

MIKROKOSMOS | PRODUCE X 101 and Others (Sequel From Catch Me If You Can)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang