🌌(29) Begin Again

4K 630 249
                                    


⚠️⚠️⚠️bagian ini mengandung sedikit unsur kekerasan⚠️⚠️⚠️

================================

Gelap. Entah dirinya berada di mana? Karena yang terlihat di netranya hanya gelap gulita. Suhu di sini juga sangat dingin. Ia menggigil. Atau mungkin bibirnya juga mulai membiru karena kedinginan, sama seperti ujung buku jari tangan dan kakinya yang sudah membiru.

Ia mencoba berjalan perlahan, tidak tahu kemana ia melangkah. Ada apa di depan sana? Ah ia lupa. Jangankan mengharap sesuatu terlihat nun jauh di sana. Satu atau dua langkah dari tempatnya berdiri saja, ia tidak tahu ada apa? Bisa jadi jurang..

Ia hanya mengandalkan indera peraba--berupa telapak kakinya yang telanjang. Menyusuri betapa dinginnya bumi yang ia pijak.

Sesekali ia menangkup kedua tangannya, dan membawa ke depan mulutnya untuk dihembuskan karbon dioksida dari dalam tubuhnya. Kemudian menggosok antar telapak tangannya agar ia tidak kedinginan. Setidaknya ia berusaha untuk menghangatkan tubuhnya, walau efek yang didapatkan hanya sedikit.

Ah mimpi ini lagi.

Kaki itu terus melangkah, mengikuti intuisi yang ada dalam dirinya. Tidak lama, ada seberkas cahaya yang menanti di ujung sana. Cahaya yang amat terang, hingga ia harus mengerjapkan mata beberapa kali untuk membiasakan intensitas cahaya yang masuk pada korneanya.

Disana juga ada seorang anak kecil. Berdiri di tengah cahaya sambil melambai ke arahnya. Meminta mendekat.

Awalnya ia ragu. Tapi ketika sebuah suara terdengar memanggilnya, ia tau jika anak lelaki itu adalah putranya.

Ia berjalan semakin yakin untuk mendekati sosok kecil itu. Bahkan nyaris berlari. Karena panggilan "Moma" yang tadinya begitu ceria kini berganti menjadi jeritan dan isak tangis ketakutan dari si anak.

Meminta tolong.

Segenap kekuatan ia keluarkan untuk terus berlari mendekat. Namun rasanya, jarak antara ia dan anaknya tidak berkurang sama sekali. Peluh mulai menetes di tengah suhu yang cukup dingin. Juga airmata yang ikut mengalir pada wajah manis itu.

"Momaa!! Toloongg!!"

Ada beberapa sosok dewasa yang kemudian mendekati si anak.

Kedua tangan anak lelakinya ditarik paksa, ke arah yang berlawanan. Membuat Minhee menangis dan menjerit histeris.

"Momaa!! Sakiit huhuuu!! Toloong!!"

Walau tau usahanya sia-sia, Hyeop tetap berlari dengan sisa tenaganya untuk menolong Minhee. Dengan peluh dan air mata yang berlomba-lomba membasahi wajahnya.

Di ujung sana Minhee masih berontak. Meminta dilepaskan, meminta belas kasihan orang-orang dewasa yang sedang menarik-narik tubuhnya.

Kesabaran orang dewasa itu sepertinya habis. Maka tanpa pikir panjang, tubuh Minhee dipukuli agar anak itu diam. Tidak hanya dengan tangan kosong, bahkan ada yang menghajar anak kecil itu dengan balok kayu yang cukup besar.

Nafas Hyeop tercekat. Sakit. Dadanya sakit melihat anak semata wayangnya dipukuli seperti itu. Seumur-umur ia tidak pernah terbesit niat untuk melakukan kekerasan pada anaknya. Tapi di depan sana, dengan mudah orang lain memukuli buah hati yang ia lahirkan dengan bertaruh nyawanya sendiri.

"Sttooopp!!! Jangan pukul anak sayaa!!!" Teriaknya.

"Momaaa hiks hiks..to-tolong Mi-ni.."

Tubuh kecil Minhee tiba-tiba tumbang. Karena kepalanya terhantam keras balok kayu.

Hyeop semakin berlari kesetanan untuk menghampiri putranya. Ia bersumpah tidak akan pernah memaafkan orang-orang yang telah menyakiti Minheenya.

***

MIKROKOSMOS | PRODUCE X 101 and Others (Sequel From Catch Me If You Can)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang