-----
"Mau kemana?" tanya Ryan yang kebetulan tengah menjaga gerbang bersama anak Osis yang lain.
"Gue mau anterin Vanya pulang, dia sakit." jawab Rena.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Ryan langsung pada Vanya sehingga membuat beberapa siswa-siswi yang ada disana menoleh bingung.
Vanya mendongak, tatapan mereka bertemu, namun dengan segera Vanya mengalihkan pandangannya.
"Sakit kepala." jawab Vanya pelan karena beberapa siswi masih terus memperhatikannya.
"Biar gue yang anterin pulang." kata Ryan pada Rena.
Rena menggeleng, dia perlu mengobrol bersama Vanya dan juga berencana bolos saja hari ini. Bisa batal semuanya kalau Ketua Osis ini yang mengantar Vanya.
"Nggak! nggak!, biar gue aja!" seru Rena tidak terima.
"Aku sama Rena aja." kata Vanya yang membuat Ryan menghela nafas pelan.
Ryan menarik Vanya menjauh dari teman-temannya, dirinya perlu membicarakan beberapa hal yang penting bersama Vanya. Vanya yang di tarik merasa sedikit kesulitan karena membawa helm Rena yang belum di pakainya.
"Lo pulangnya di antar kemana?" tanya Ryan dengan nada pelan hampir berbisik, takut ada yang mendengar.
"Rumah mama"
"Tapi lo lagi sakit, lo pulang kerumah gue aja dulu, nanti gue yang anter ke rumah orang tua lo." kata Ryan khawatir jika Vanya harus pulang kerumah orangtuanya.
"Tapi Rena--" untuk kesekian kalinya perkataan Vanya kembali terpotong.
"Gue khawatir kalau lo pulang sendiri kesana, temen lo juga pasti nggak tahu apa-apa." jelas Ryan yang akhirnya mendapat anggukan setuju dari Vanya.
"Nanti gue nyusul setelah umumin amanat dari kepala sekolah." kata Ryan lagi.
"Hmm"
Setelah selesai, Ryan kembali menarik Vanya pada Rena. Vanya memperhatikan sekelilingnya, siswa-siswi masih memperhatikan dirinya.
Dengan segera Vanya melepaskan tautan tangan Ryan dan berjalan dengan cepat ke tempat Rena.
"Udah?" tanya Rena ketika melihat Vanya kembali.
Vanya memegangi kepalanya, sakitnya kembali datang, dan tanpa menjawab pertanyaan Rena, Vanya langsung memposisikan dirinya di boncengan Rena. Rena yang mengerti dengan segera melajukan motornya keluar sekolah.
Ryan menatap kepergian Vanya dengan khawatir, kenapa perasaannya menjadi tidak enak?, ini perasaan yang sama ketika ayah Vanya datang kerumahnya.
Teng! Teng! Teng! Teng!
Bel masuk berbunyi, Ryan dan anak Osis lain yang sedang menjaga gerbang akhirnya berlalu ke kelas masing-masing dan membiarkan Pak Dadang melanjutkan tugasnya.
"Yan, gue pergi jemput Putra dulu, lagi rusak motornya." kata Deril pada Ryan ketika mereka tengah berjalan menuju kelas.
"Yaudah cepetan, keburu Bu Jela masuk." pinta Ryan.
"Izinin gue ya kalau ntar terlambat." kata Deril sambil berlari menuju parkiran.
Ryan hanya menoleh sebentar, dan ketika dirinya hampir tiba di kelas, tidak sengaja berpapasan dengan Rayya.
Rayya yang tengah merasa gelisah menjadi lebih tenang ketika bertemu Ryan. Namun, baru saja dia ingin berbicara Ryan terlebih dulu masuk ke dalam kelasnya, mengabaikan Rayya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife's Secret (COMPLETED)
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] "Buka masker lo!" "Nggak" "Yaudah, lo tinggal diluar aja" "Nggak akan" Vanya veranya, seorang cewek yang di juluki gadis misterius disekolahnya karena Selalu mengenakan masker serta jaket bahkan ketika jam pelajaran. Ryan Keanno...