35 || A Reaction

138K 9.3K 457
                                    


-Beberapa orang bertahan karena sebuah rasa penasaran, dan beberapa orang bertahan karena benar-benar suka. It's not true but it's not false. -
_author_

------

Ryan memejamkan matanya sebentar, dia tidak tega melihat Vanya yang nampak kesusahan bernafas.

Beberapa kali Ryan menggunakan kata maaf, perlahan tangannya mendekat namun kemudian terhenti di udara. Tidak, ini tidak benar. Bagaimana kalau saat dirinya membuka masker Vanya dan Vanya malah tambah sakit?. Pikir Ryan tidak karuan.

'Apa langsung hubungi dokter Prima saja?' Batin Ryan ketika teringat kalau kemarin Putra memberinya kartu nama mamanya buat jaga-jaga ketika terjadi hal seperti ini.

"Lebih baik gue hubungi dokter Prima saja." gumam Ryan beranjak dari tempat nya, tidak jadi membuka masker Vanya , walaupun sebenarnya dirinya pun tidak tega melihat Vanya kesusahan bernafas seperti itu.

Ryan mengambil ranselnya yang masih tergeletak di sofa, dengan buru-buru mencari kartu nama Dokter Prima yang di berikan Putra.

"Kenapa nggak ada?" ucap Ryan frustasi, di mana kartu itu?, Seingatnya kartu itu dia masukan kedalam tas sebelum pulang sekolah.

Menghela nafas pelan, Ryan kembali membuka ranselnya, kartu itu tidak mungkin hilang dengan sendirinya.

Tak kunjung menemukan kartu nama itu, Ryan jadi terpikir untuk langsung menghubungi Putra saja, dari pada berlama-lama lagi. Ryan merogoh sakunya dan mengambil Hp nya untuk segera menghubungi Putra.

"Halo..." jawab Putra di seberang sana.

"Lo di mana?" tanya Ryan, memastikan Putra ada di rumahnya atau tidak.

"Di rumah, lo nanti mal--" belum sempat Putra melanjutkan kalimatnya, Ryan langsung menyela.

"Nyokap lo ada di rumah nggak?" tanya Ryan cepat.

"Nggak ada, masih di rumah sakit."

Ryan mengusap rambutnya pelan, pasti dokter Prima masih sibuk saat ini.

"Halo yan..." suara Putra membuat Ryan kembali sadar.

"Lo bisa hubungi nyokap lo buat datang ke apartement gue nggak sekarang?" tanya Ryan mencoba.

"Siapa yang sakit?"

"Vanya.."

"Dia--" Ryan kembali menyela lagi.

"Nanti gue ceritain, sekarang gue butuh banget bantuan lo." jawab Ryan cepat.

"Oke, tapi gue juga nggak yakin mama bisa datang ke sana, pasti di rumah sakit lagi sibuk banget." jelas Putra merasa tidak enak.

"Lo udah hubungi orang tua nya?" tanya Putra.

"Belum, situasinya nggak mendukung, mama kandung Vanya tadi datang." kata Ryan pelan seraya memijit pelipisnya yang terasa pusing.

Tak kunjung mendapat respon dari Putra, Ryan langsung mematikan sambungan teleponnya dan kembali mengecek keadaan Vanya di kamar.

Sesampainya di kamar, Ryan dapat melihat keadaan Vanya yang masih sama dengan sebelumnya, tidak ada perubahan sama sekali, bahkan kini Vanya mulai berkeringat.

Ryan mengambil sekotak tissu di nakas, dan mengambil beberapa lembar tissu itu untuk mengelap keringat Vanya.

-----

Leya berdecak pelan di kamarnya, setelah insiden tadi, mereka tidak jadi pergi cafe karena mamanya ingin segera pulang saja.

"Lagi-lagi karena dia!!" ucap Leya dengan kemarahan jelas di wajahnya.

My Wife's Secret (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang