"Inilah keputusannya
-Ryan-"Aku--ngikut aja." jawab Ryan yang membuat Tya dan Sonya yang mendengarnya menjadi tersenyum senang.
"Ini ada apa sih ma?" tanya Vanya akhirnya.
Tya melirik kearah Sonya selama beberapa saat, menghela nafas pelan, sudah saatnya memberitahu Vanya mengenai perjodohannya.
"Kamu mau ya sayang di jodohin sama Ryan?" tanya mamanya dengan tatapan berharap.
"Apa ini karena Ayah?" gumam Vanya pelan, namun masih terdengar oleh mamanya.
"Mama hanya ingin kamu bebas nak, mama tidak ingin kamu sedih lagi." kata Sonya pelan.
"Apa nggak ada pilihan lain mah selain dijodohin?" tanya Vanya yang kini membalas tatapan mamanya dengan pandangan sendu.
Ryan yang masih berada disana merasa bingung dengan percakapan Vanya dan mamanya, ada apa sebenarnya?
"Ini adalah pilihan terbaik Vanya." kata mamanya yang kemudian langsung memeluk Vanya.
'Vanya?'
'Jadi namanya Vanya?' batin Ryan
"Oke, Vanya setuju, Vanya percaya sama keputusan mama." kata Vanya akhirnya.
"Nah, karena Vanya udah setuju, jadi langsung saja kita bicarain tanggalnya, lebih cepat lebih baik." kata Sonya.
Tya menganggukan kepalanya pertanda setuju dengan perkataan sahabatnya itu.
Cukup lama mereka berada di dalam Cafe, akhirnya setelah menentukan beberapa hal mereka memutuskan untuk pulang dan akan dilanjutkan nanti.
"Yaudah, kalau gitu kami pergi dulu." kata Tya sembari berdiri dari duduknya dan diikuti oleh Vanya.
Sebelum beranjak, Vanya melirik sebentar ke arah Ryan, yang ternyata Ryan pun tengah menatapnya. Tak ingin berlama-lama, Vanya langsung berpamitan pada Sonya dan kemudian menyusul mamanya.
-----
Hari semakin larut. Namun Vanya belum juga bisa terlelap.
Beberapa kali Vanya meringis kesakitan, kali ini punggungnya sudah tidak mampu diajak kompromi, setelah kembali dari Cafe tadi, ternyata papanya sudah menunggunya dan tentu saja hal itu berakhir dengan beberapa luka cambukan di punggunggnya.
Vanya mencoba memejamkan matanya agar bisa tertidur dan segera melupakan sakitnya, namun entah kenapa sakit di punggunggnya tak kunjung berkurang.
"Sakit" lirih Vanya
Dengan langkah pelan, Vanya berjalan menuju toilet yang berada dipojok kiri kamarnya.
Vanya menyibakkan bajunya untuk melihat luka dipunggungnya.
Dipandanginya bayangan cermin dengan tatapan sendu, disana terlihat bagaimana luka-luka itu tergaris sepanjang punggungnya, tidak hanya satu namun sangat banyak dengan bentuk abstrak.
Cukup lama Vanya berdiam diri didalam Toilet, setelah membasuh mukanya Vanya mencoba tidur kembali.
Trrriiiinngggg
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife's Secret (COMPLETED)
Novela Juvenil[PART MASIH LENGKAP] "Buka masker lo!" "Nggak" "Yaudah, lo tinggal diluar aja" "Nggak akan" Vanya veranya, seorang cewek yang di juluki gadis misterius disekolahnya karena Selalu mengenakan masker serta jaket bahkan ketika jam pelajaran. Ryan Keanno...