Jangan lupa Vote ya sebelum baca^^
------
Vanya kembali ke kelasnya ketika bel pergantian jam berbunyi, pelajaran ke empat adalah bahasa Inggris.
Dari luar kelasnya, Vanya dapat mendengar keriuhan yang terjadi didalam kelasnya, sepertinya guru bahasa Inggris belum masuk, dan tentu saja Vanya senang dengan itu karena dia tidak terhitung lambat masuk kelas.
Ceklek
Vanya memasuki kelasnya dengan Kikuk, beberapa pasang mata menatapnya dengan pandangan terkejut, mungkin mereka mengira Vanya adalah Bu Lilin, guru bahasa Inggris yang akan masuk di jam saat ini.
Hingga Vanya duduk di bangkunya, rasanya tatapan mereka tidak pernah lepas padanya. Merasa tidak nyaman, Vanya memberanikan diri memperhatikan keadaan kelasnya. Akhirnya. Batin Vanya ketika mereka kembali beraktivitas seperti sebelumnya.
Vanya mengernyit bingung ketika menemukan sebuah surat di laci mejanya, sepertinya sebuah surat undangan.
"Gue yang minta dia ajak Lo juga." Entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja Kinan sudah duduk tepat disamping Vanya, bangku yang memang kosong.
"Ajak? Kemana?" Bingung Vanya.
"Ke acaranya Dara, tadi gue sempet ngira kita nggak diundang, eh ternyata baru di kasihin tadi." Jelas Kinan yang sebenarnya tidak terlalu didengar oleh Vanya.
Kita? Batin Vanya.
"-- Lo pasti datang kan?" Vanya menoleh ketika Kinan bertanya padanya, sepertinya sedari tadi Kinan masih berbicara padanya.
Vanya terdiam, nampak berpikir, di undangannya tertulis acaranya akan di langsungkan hari ini di rumah Dara. Apa tidak apa-apa dia pergi? Tidak enak juga menolak pergi apabila sudah diberi undangan seperti ini, akhirnya dengan anggukan singkat Vanya menyetujuinya.
"Gue bisa jemput Lo kok kalau Lo mau." Tawar Kinan.
"Nggak perlu, aku bisa pergi sendiri kok." Tolak Vanya halus. Walaupun sebenarnya Vanya tidak tahu dimana rumah Dara, setidaknya alamat di undangan ini bisa membuatnya menemukannya nanti.
-----
Seperti sebelumnya, ketika pulang sekolah Vanya akan menunggu Ryan di jalan yang cukup jauh dari sekolahnya. Padahal yang seisi sekolah tahu kalau mereka adalah sepupu. Sejak berita Vanya dan Ryan adalah sepupu, Ryan sering kewalahan menghadapi teman-temannya yang terus saja menanyakan alasan mengapa Vanya ini, itu, dan masih banyak lagi.
Vanya duduk di depan salah satu toko yang cukup ramai pembeli, sudah 15 menit Vanya menunggu namun Ryan belum datang juga.
"Apa Ryan ada kelas tambahan ya?" Batin Vanya berasumsi.
Vanya merogoh saku seragamnya, mengecek uangnya dan memutuskan untuk membeli sesuatu di toko yang menjadi tempat persinggahannya, berhubung toko yang di masukinya adalah toko Roti, akhirnya Vanya memilih dua buah roti rasa coklat dan sebotol air mineral.
"Terima kasih." Kata penjaga kasir ketika Vanya selesai membayar.
Baru saja Vanya hendak duduk kembali di bangkunya, tanpa sengaja Vanya melihat Ryan melewatinya, sepertinya Ryan tidak melihatnya. Tak lama kemudian disusul oleh Deril dan Putra yang kebetulan hari ini mengendarai mobil, berbeda dengan Ryan yang hari ini memilih mengendarai motornya.
------
Sejak selesai kemah waktu itu, Vanya tidak pernah lagi pulang kerumah orangtua Leya. Begitupun Leya yang seperti nya tidak lagi menggunakan berbagai cara untuk membalas dirinya.
Sore ini Vanya sudah siap untuk pergi ke acara dirumah Dara.
"Jadi pergi?" Vanya menoleh, melihat Ryan sudah siap dengan pakaian kasualnya.
Vanya balas mengangguk, setelah tiba di apartement bersama Deril dan Putra tadi ternyata Ryan belum tiba, katanya dia harus mengunjungi suatu tempat terlebih dahulu, itulah mengapa Vanya akhirnya pulang bersama Deril dan Putra.
Ryan hanya akan ikut mengantar Vanya sampai di rumah Dara, tidak berniat bergabung dalam acara padahal dia juga mendapat undangan serupa saat disekolah tadi.
"Dara ulang tahun ya?" Tanya Ryan mengerjakan kebingungannya, sebenarnya acara apa yang membuat Dara sampai membuat undangan seperti ini.
Vanya menggeleng," katanya cuma acara biasa, tapi bukan ulang tahun." Jawab Vanya teringat perkataan Dara saat dikelas.
"Yaudah, yuk berangkat."
Tibanya di lantai satu, Vanya menghela nafas pelan melihat cuaca yang tidak bersahabat, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.
Dan benar saja, tak kurang dari 15 menit,. Kini kota kembali di guyur hujan yang cukup deras, membuat beberapa pengendara motor memilih untuk berteduh hingga hujan reda.
"Jangan lupa telpon gue kalau udah mau balik." Peringat Ryan ketika mereka tiba didepan sebuah rumah yang bisa di katakan mewah serta di dominasi warna putih dengan pagar menjulang tinggi.
Vanya mengambil payungnya kemudian segera keluar dari mobil, hingga mobil Ryan hilang di belokan barulah Vanya kembali memperhatikan rumah Dara. Dari balik pagar besi yang menjulang itu, Vanya bisa melihat dengan jelas beberapa kendaraan terparkir didalam sana, sepertinya teman-temannya banyak yang sudah datang.
Menghela nafas pelan, akhirnya Vanya bergerak masuk melalui karena pagar yang terbuka, sepertinya memang disengaja karena akan ada banyak teman Dara yang hadir hari ini.
Baru saja Vanya akan mengetuk pintu, tiba-tiba saja seseorang menahan tangannya.
"Rena?" Bingung Vanya ketika melihat Rena datang bersama Vivi.
"Ya ampun Vanya, akhirnya gue biasa ketemu Lo lagi." Ujar Rena senang karena jarang sekali bertemu dengan Vanya baik didalam maupun diluar sekolah.
Ceklek
Pintu terbuka, terlihat Dara dengan senyum singkat nya mempersilahkan mereka masuk. Vanya cukup lega karena ada Rena yang juga turut ikut dalam acara ini.
Vivi yang juga ikut bersama Rena berjalan lebih dulu, bersisian dengan Dara yang kini mulai menceritakan banyak hal padanya.
"Dia udah nggak marah sama Lo?" Tanya Rena pelan seraya menatap Dara yang berjalan di depan mereka.
Vanya diam, tidak tahu harus menjawab apa, dia pun masih bingung apakah Dara sudah tidak marah lagi padanya?
Rupanya mereka semua berkumpul di belakang rumah Dara yang cukup luas dan juga beratap, sehingga mereka tidak kehujanan.
"Ramai ya." Kata Rena yang langsung di angguki Vanya.
Vivi yang tampak berbincang dengan Dara kini berbalik kearah Rena dan mengajaknya mengambil makanan.
"Kak Ryan nggak datang ya?" Tanya Dara yang kini berdiri tepat disamping Vanya yang masih diam memperhatikan yang lain. Hampir seluruh kelas X memanggil Ryan dengan embel-embel 'kak' karena memang Ryan berada satu tingkat diatas mereka,ala tetapi entah kenapa Vanya lebih suka memanggil Ryan langsung tanpa embel apapun.
Vanya menggeleng
"Maafin gue karena marah sama Lo waktu itu, gue nggak tahu kalau kak Ryan itu sepupu Lo." Ujar Dara yang sebenarnya membuat Vanya jadi merasa tidak enak.
'tapi Ryan memang bukan sepupu aku'. Batin Vanya tertahan.
Vanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "aku udah maafin kok, sorry juga nggak jujur dari awal sama kamu." Balas Vanya.
"Jadi mulai sekarang Lo bisa bantuin gue dong buat bisa deket sama kak Ryan?" Sahut Dara yang membuat Vanya menoleh terkejut. Untung saja dia tidak sedang minum atau memakan makanan apapun.
"Mohon bantuannya ya Van.." ucap Dara tersenyum kemudian memilih bergabung bersama yang lain meninggalkan Vanya dengan segala kebohongannya. langsung pulang boleh nggak sih?'
------
Jangan lupa Vote dan komen ya^^
Banyak vote + komen = cepat update 👻
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife's Secret (COMPLETED)
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] "Buka masker lo!" "Nggak" "Yaudah, lo tinggal diluar aja" "Nggak akan" Vanya veranya, seorang cewek yang di juluki gadis misterius disekolahnya karena Selalu mengenakan masker serta jaket bahkan ketika jam pelajaran. Ryan Keanno...