42 || Kilasan Masa Lalu

122K 7.8K 138
                                    


-----

Berhasil!

Fia tersenyum senang karena berhasil mendapatkan foto Vanya yang tidak memakai masker, sebenarnya saat membuka masker Vanya tadi Fia sangat terkejut karena untuk pertama kalinya melihat Wajah Vanya, Bahkan Riza pun hanya diam sedari tadi.

Setelah selesai, Fia dan Riza kembali ke posisi mereka, dan akan melanjutkan rencana selanjutnya besok.

Tidak, Vanya belum sepenuhnya tidur, dia tahu apa yang di lakukan Fia dan Riza padanya, sejak awal dirinya memang sudah menduga hal ini akan terjadi. Tapi apa tidak apa-apa membiarkan hal itu?

Untuk sekarang, Vanya memilih diam saja, tidak perlu menghalangi mereka, karena jika bukan sekarang pasti tetap akan mereka lakukan nanti.

Perbuatan Fia dan Riza membuat Vanya jadi ingat kembali saat-saat dimana dirinya belum memakai masker, saat pertama kali mama Tya datang menjemputnya di rumah sakit.

Flashback

Vanya POV

Hari itu aku tidak bisa menolak untuk tidak ikut bersama Tya, mama angkat ku. Aku tidak ingin jika terus saja merepotkan Dokter Prima, mengingat Dokter Prima mempunyai kesibukan tersendiri membuatku tidak tega jika menolak permintaannya untuk ikut dengan mama Tya yang kebetulan sedang berada di rumah sakit karena anaknya sakit, ya anak itu adalah Leya, anak yang seumuran denganku.

Mengetahui aku akan mempunyai teman sekaligus saudara membuatku tidak sabar untuk sampai di rumah, walaupun selama perjalanan dari rumah sakit mama atau pun Leya tidak berbicara padaku sekali pun.

Kami pulang naik taksi karena ayah, eh maksudku ayah Leya katanya tidak bisa menjemput kami.

Pemandangan di luar sana tak bisa mengalihkan ku dari mama dan Leya yang duduk di belakang yang tampak sangat senang.

"Aku nanti mau berenang mah di pantai." kata Leya antusias.

Gadis berumur 11 tahun itu tampak berbinar ketika melewati daerah pantai yang baru kusadari telah kulewatkan keindahannya.

"Nanti kalau kamu udah sembuh ya sayang, kamu masih harus minum obat." ucap lembut Tya seraya mengelus pelan kepala Leya.

Aku hanya mendengar saja, tak berani melirik, karena aku tahu di mana posisiku, aku sadar akan siapa diriku yang tiba-tiba mendapat keluarga baru.

Sesampainya di rumah, mama menuntunku untuk memasuki kamar yang akan menjadi milik ku. Kamar yang berada tepat di samping kamar Leya.

"Mama belum sempat bersihin kamarnya, nanti kita bersihin sama-sama ya, tapi mama pergi masak dulu." itu yang ku dengar ketika melihat tan-- eh mama pergi menuju dapur, meninggalkan ku di depan kamar.

Ceklek

Dengan perlahan aku memasuki kamar yang  ternyata sangat luas, beberapa barang tampak berdebu. Dengan segera aku berjalan keluar kamar untuk mengambil peralatan bersih-bersih agar bisa segera beristirahat.

Mula-mula aku merapikan barang-barang yang sepertinya tidak terpakai lagi, kemudian mengelap meja serta perabot lain dan terakhir menyapu kamar hingga bersih. Dan tak lama kemudian, mama Tya datang kembali ke kamar, sepertinya dia sudah selesai masak, pikirku.

"Loh kok kamu bersihin kamarnya sendiri?, kenapa nggak nunggu mama selesai masak aja?. Tanya mama Tya bingung, namun setelahnya Ku lihat dia berjalan menuju lemari dan mengambil seprei yang akan di pasang di kasur.

"Kamu mau makan dulu?" tanya Mama Tya yang ku jawab dengan anggukan antusias, karena aku memang sangat kelaparan sejak pulang dari rumah sakit.

Dengan lembut mama Tya menarikku menuju ruang makan, disana Leya sudah duduk dengan nyaman menunggu makanannya.

Aku ikut mendudukan diri di salah satu kursi, menunggu mama Tya mengambil makanan yang masih berada di dapur untuk di hidangkan. Selagi menunggu mama aku hanya diam, terutama ketika mendapati Leya yang terus memandangi wajahku dengan seksama.

"Lukanya masih sakit ya? tanya Leya yang langsung ku jawab dengan anggukan, sudah ku duga dia akan menanyakan itu karena mengingat wajahku yang masih di lapisi perban di bagian lukanya dan juga di bagian lenganku, entah kapan luka-luka ini akan kering, ku harap secepatnya.

-----

Malam ini Putra, Deril dan Ryan sepakat untuk berjaga dengan di bantu beberapa senior mereka dan teman mereka yang lain.

"Kita jaga di masing-masing sudut aja, nanti tinggal buat empat kelompok aja yang berjaga." jelas Ryan pada mereka semua.

"Ril, Put, kalian ikut gue berjaga di sudut sana."

"Siap bos." balas Deril senang.

Suasana malam cukup menegangkan, sepi,. Dan juga dingin.

"Lo beneran udah balikan sama Rayya?"

"Siapa sih yang nyebarin berita nggak bener kayak gitu?" tanya Ryan jengkel.

"Santai, kalau emang nggak bener ya nggak usah marah." kata Putra berusaha menenangkan.

"Nggak, yang kayak gitu nggak bisa dibiarin, nanti tambah nggak bener." ucap Deril mencoba memanas-manasi keadaan, padahal niatnya hanya mengisengi Putra.

"Lo lebih baik diam aja deh Ril." keluh Putra.

"Santai Put, santai." kata Deril dengan tawa tertahan.

Setelah 3 jam mereka berjaga, kini mereka semua pergi beristirahat di tenda masing-masing, karena dalam semalam akan dilakukan dua kali penjagaan dengan cara bergantian, dimana siswa yang berjaga 3 jam pertama dan akan dilanjutkan di 3 jam kedua oleh kelompok berbeda, begitupun pada besok malamnya.

----

Sekarang sudah larut malam, namun Fia masih belum memejamkan matanya sejak mereka mengambil foto Vanya tadi, entah kenapa pikirannya selalu di penuhi dengan alasan Vanya memakai masker selama ini.

Berbeda dengan Riza yang tampaknya sudah tertidur dengan nyenyak sejak 2 jam yang lalu. Rencana nya mereka akan menyebarkan foto Vanya di web sekolah, tujuannya agar Vanya jera dan tidak lagi mencari perhatian di sekolah.

Drrtt

Fia membuka pesan yang masuk, pesan dari nomor yang tidak dikenalnya.

Gue Bisa Bantu Kalian

Begitulah isi pesan yang tertulis, Fia masih bingung, siapa yang mengirim pesan padanya dan apa maksud pesan itu?

Lo siapa? Dan bantu apa yang lo maksud?

Send. Terkirim. Fia masih menunggu balasan dari nomor yang tidak di kenal itu.

Drrtt

Lo nggak perlu tahu siapa gue, tapi gue yang akan bantuin kalian nyebarin foto itu.

Fia menyernyit bingung, siapa orang ini?, Kenapa dia bisa tahu kalau mereka akan menyebarkan foto Vanya?


Lo tahu dari mana?

Beberapa menit menunggu, rupanya masih belum ada balasan, Tak tahan menunggu, Dia kembali mengirim pesan pada nomor tidak di kenal tersebut.

Dari mana lo tahu semua itu? Siapa lo sebenarnya?

Drrtt

Tak lama kemudian, pesannya langsung terbalas.

Besok, gue tunggu di gedung sekolah, jam 7 pagi, di kelas X IPA 2.

Fia tak lagi membalas pesan tersebut, besok dia sendiri yang akan menemui orang itu dan meminta penjelasan padanya secara langsung.

------

Jangan lupa Vote dan komen, follow juga boleh :)

Diam-ngetik-selesai-publish

My Wife's Secret (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang