30 || Masa Lalu (1)

150K 9.5K 401
                                    


-sudut pandang berbeda-
_author_

-----

"Udah?" tanya Ryan ketika Vanya kembali mendudukan dirinya di sofa.

Vanya mengangguk singkat.

"Lo udah makan?" tanya Ryan sebelum Vanya sempat membuka suara.

Vanya mengangguk lagi.

"Lo udah kerjain tugas sekolah?" tanya Ryan lagi yang tentu saja di jawab anggukan oleh Vanya.

"Lo--" Vanya menyela perkataan Ryan sebelum bertanya hal-hal yang tidak penting menurutnya.

"Aku udah ngerjain semuanya." kata Vanya dan mulai menceritakan masa lalunya.

.
.
.
.
Vanya mulai menceritakan ketika dirinya masih duduk di bangku Sekolah Dasar mamanya pernah melukainya karena wajahnya yang sangat mirip dengan ayahnya.

Vanya sebenarnya tidak tahu pasti alasan mamanya membenci ayahnya, sehingga mamanya begitu marah dan sampai nekat melukainya.

Mengenai ayah, sebenarnya Vanya tidak tahu jelas bagaimana rupa ayahnya, sejak kecil dirinya sudah tinggal bersama ibunya dan beberapa tahun kemudian ibunya menikah lagi. Bisa di bilang, ibunya sangat mencintai ayah tirinya itu, tapi ayah tirinya tidak menyukainya karena memang mereka tidak sedarah.

Hingga ketika ayah tirinya memutuskan untuk bercerai dengan mamanya, saat itulah mamanya sangat marah dan melampiaskan kemarahannya pada Vanya.

Plaaakk

"Wajah ini, wajah ini yang udah buat suami saya pergi!" kata Lia, mama kandung Vanya.

Lia mencengkram dagu Vanya dengan kuat, membuat Vanya meringis dan memejamkan matanya, air matanya mengalir tak terhenti.

"Ingat satu hal, sekali lagi saya lihat wajah ini, kamu akan tahu akibatnya!"

"Tapi itu bukan salah Vanya, mah--" kata Vanya berusaha membela diri.

"Diam kamu!" marah Lia kemudian mengedarkan pandangannya untuk mencari sesuatu.

Prangg

Vanya tersentak kaget ketika melihat mamanya memecahkan gelas kaca dan mengambil pecahannya.

"Sekarang saya nggak akan lihat wajah ini lagi.." kata Lia yang seraya mengarahkan pecahan gelas itu pada Wajah Vanya.

Vanya menggeleng takut, belum sempat dirinya pergi, tiba-tiba saja mamanya mengarahkan pecahan itu pada pipinya.

Vanya memegangi pipinya.

Darah

Belum puas, Lia kemudian berniat menggores pipi Vanya lagi, namun Vanya tiba-tiba saja mengelak sehingga lengannya lah yang tergores, cukup dalam.

Vanya menatap manik legam Ryan yang tampak serius mendengarkan ceritanya. Bahkan Ryan tidak pernah menyela perkataannya sejak tadi. Kemudian Vanya kembali bercerita.
.
.
.
"Sakit..." lirih Vanya, namun Lia tidak merasa kasihan sedikitpun.

Lia berdecih kemudian kembali menarik lengan Vanya dan membawanya keluar rumah.

Suara gemuruh tampak begitu jelas ketika Vanya dan mamanya tengah berada di luar rumah, tepatnya di jalan yang cukup sepi dan tidak jauh dari rumah mereka.

"Tinggal saja kamu disini." kata Lia sinis dan berlalu pergi meninggalkan Vanya seiring dengan hujan yang turun dari langit.

Vanya memandang kepergian mamanya dengan sendu, anak yang masih berumur 11 tahun itu tengah menahan sakit di pipinya.

My Wife's Secret (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang