------Vanya sudah menduga jika Leya akan sampai lebih dulu dari pada dirinya di tempat yang mereka sudah janjikan.
"Hai.." sapa Leya seperti biasa.
"Mm Hai" balas Vanya canggung. Leya tersenyum pada Vanya.
"Gimana keadaan lo?, Udah baik-baik aja?" tanya Leya seraya mempersilahkan Vanya agar duduk tepat di sampingnya.
"Seperti yang kamu lihat." jawab Vanya.
"Lo tahu alasan gue ngajak ketemuan kayak gini?"
Vanya menggeleng, namun terlintas dipikirannya kalau Leya ingin memarahinya seperti waktu itu.
Seperti bisa membaca pikiran, Leya berujar "Gue bukan mau marah-marah kalau lo mau tahu." jelas Leya sebelum Vanya salah paham.
"Gue cuma bilang kalau gue belum maafin lo , dan mungkin nggak akan pernah." lanjut Leya.
"Aku udah nggak pernah masuk dalam kehidupan kamu lagi, aku juga udah nggak pernah lagi datang kerumah kamu atau menghubungi keluarga kamu." jelas Vanya berharap Leya mengubah keputusannya.
"Lo emang udah nggak ngelakuin itu semua, tapi gue tetap nggak bisa maafin lo." ucap Leya
Vanya menoleh, menatap Leya yang tampak tidak baik-baik saja, apa Leya sakit?
"Kenapa? Kenapa kamu masih belum memaafkan aku?" lirih Vanya, andai saja Leya memaafkannya, pasti Vanya bisa melakukan segala hal dengan tenang tanpa perlu di bayang-bayangi rasa bersalah.
"Karena gue nggak bahagia, sekarang mama sama papa sering bertengkar karena lo, karena lo Vanya." ujar Leya dengan penekanan diakhir kalimatnya.
Ah Leya benar, itu semua memang salah Vanya.
"Aku akan bicara sama papa kamu." putus Vanya tanpa pikir panjang, kasihan Leya dan mamanya. Vanya tidak ingin kedua orangtua Leya berakhir seperti kedua orangtuanya yang berpisah.
"Percuma, papa udah nggak mau ketemu sama lo lagi." ucap Leya membuat nyali Vanya menciut.
"Tapi ak--"
Sebelum Vanya menyelesaikan ucapannya, Leya langsung memotong, "Tapi apa? Kalau gue bilang percuma ya percuma." ucap Leya lepas kendali, padahal dia tidak berniat marah-marah.
"Biar bagaimanapun aku akan tetap usaha buat bisa bicara sama papa kamu."
Leya menghela nafas pelan, sebenarnya Leya pun tidak tega jika melihat Vanya kembali dimarahi habis-habisan oleh papanya, Fero.
"Nggak perlu, gue akan ngatasin semuanya sendiri, lo nggak perlu lagi ikut campur." tolak Leya halus.
"Terus gimana caranya supaya kamu maafin aku?" tanya Vanya tulus ingin meminta maaf.
Leya menggeleng, "Lo nggak perlu lakukan apapun, cukup diam dan jangan pernah ikut campur dalam kehidupan keluarga gue lagi." putus Leya sebelum beranjak pergi lebih dulu.
Vanya menunduk sedih, meresapi perkataan Leya, apa tidak akan ada maaf untuknya?
Tak ingin menyerah, Vanya berlari menyusul Leya, untung saja Leya belum masuk kedalam mobilnya, ya beberapa hari yang lalu Leya sudah punya mobil, dan dengan mobil itulah dia pergi ke sekolah dan ketemu dengan Vanya hari ini.
"Please maafin aku, aku akan lakukan apapun itu." pinta Vanya mencekal lengan Leya.
Leya berusaha melepaska cekalan Vanya, sungguh Leya tidak ingin Vanya mengusik hidupnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife's Secret (COMPLETED)
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] "Buka masker lo!" "Nggak" "Yaudah, lo tinggal diluar aja" "Nggak akan" Vanya veranya, seorang cewek yang di juluki gadis misterius disekolahnya karena Selalu mengenakan masker serta jaket bahkan ketika jam pelajaran. Ryan Keanno...