°°°°°
Vanya merebahkan dirinya di kasur empuknya.
Hari pertama MOS cukup menyenangkan bagi Vanya, apalagi kini dia juga sudah memiliki teman, Rena.
Braak
Suara pintu yang dibuka secara paksa membuat Vanya terlonjak kaget dari tidurnya, dengan raut ketakutan Vanya bangkit dari tidurnya.
"Sini kamu, ikut saya!" ucap Ayahnya yang merupakan seseorang yang sudah membuka pintu kamarnya secara paksa.
"Sakit yah." ucap Vanya pelan namun dihiraukan oleh Ayahnya.
"Masuk!" perintah Ayahnya yang langsung mendorong Vanya.
Vanya meringis pelan ketika lengannya terbentur sudut meja.
"Sudah berapa kali saya bilang, jangan pernah masuk kedalam ruang kerja saya!" ucap Ayahnya dengan tidak sabaran.
"M-maaf yah, ak-aku cuma mau bersihin ruang kerja Ayah." jawab Vanya dengan pelan.
"Sudah!, sekarang balik belakang dan menunduk!" perintah ayahnya sambil mengambil sebuah ikat pinggang berbahan kulit didalam lemari.
Plakk
Plakk
Vanya meringis tertahan ketika merasakan sakit dipunggungnya akibat cambukan ayahnya.
Plakk
Vanya terduduk dilantai karena sudah tidak mampu lagi menahan sakitnya, dia ingin menangis, tapi jika ayahnya tahu bisa-bisa dia akan merasakan yang lebih parah dari ini. Tidak, itu tidak boleh terjadi.
"Cukup pah, cukup!" ucap Mama Vanya yang kebetulan lewat.
"Vanya sayang, kamu tidak apa-apa kan nak?" tanya mamanya dengan mata berkaca-kaca melihat keadaan Vanya yang sangat memprihatinkan.
"Kamu kenapa sih pah tidak pernah menerima Vanya dikeluarga ini?" tanya mama tidak tahan lagi.
"Karena dia bukan anak kita mah, dia cuma anak pungut." kata Ayahnya dengan nafas memburu.
Vanya memilih menutup matanya, dan berharap semoga saja semua ini cepat berakhir.
"Vanya, kamu balik ke kamar kamu yah nak, ada yang mau mama bicarain sama papa kamu." ucap mamanya dengan lembut.
Vanya mengangguk dan berusaha bangkit dari duduknya dibantu oleh mamanya.
Dengan langkah pelan, Vanya berjalan keluar dari ruang kerja Ayahnya.
"Pokoknya anak itu harus segera keluar dari rumah ini!" ucap Ayahnya yang membuat langkah Vanya terhenti.
"Apa salah dia?" tanya Tya, Mama Vanya.
"Dia itu cuma anak pungut, gara-gara dia anak kita pergi dari rumah, karena dia mah!" tata Ayahnya.
"Tapi dia juga anak aku pah, aku yang udah merawat dia dari kecil.."
Tak ingin mendengar lebih banyak lagi, Vanya memilih pergi kedalam kamarnya, sepertinya dia butuh obat dan istirahat.
"Ya sudah, kamu urus saja anak itu sendiri!" kata Fero, Ayah Vanya.
"Ingat satu hal, dia tidak akan dapat apapun dirumah ini lagi." kata Fero dan berlalu pergi.
Tya, mama Vanya hanya bisa terdiam mendengar perkataan Suaminya. Apa yang harus dilakukannya?
°°°°°
"Halo, Son" kata Tya setelah mendengar nada sambung dari nomor yang sudah dihubunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife's Secret (COMPLETED)
Fiksi Remaja[PART MASIH LENGKAP] "Buka masker lo!" "Nggak" "Yaudah, lo tinggal diluar aja" "Nggak akan" Vanya veranya, seorang cewek yang di juluki gadis misterius disekolahnya karena Selalu mengenakan masker serta jaket bahkan ketika jam pelajaran. Ryan Keanno...