-----
Suasana Kemah yang tadinya terasa menyenangkan kini berubah menjadi kacau. Deril dan anggota Osis lain yang masih ada di lokasi memilih untuk mengarahkan siswa siswi yang lain agar tetap di tenda sembari mereka pergi mencari siswa-siswi yang hilang itu.
Drrttt
Drrtt
Deril merogoh saku celananya, melihat nama Ryan tertera dilayar membuatnya langsung buru-buru mengangkat panggilan itu.
"Ada apa Yan?, lo balik kesini?" tanya Deril to the point.
"Gue mau mastiin keadaan Vanya dulu, setelah itu baru balik ke lokasi kemah." balas Ryan di sebrang sana.
"Oke, gue sama yang lain akan kabarin kalau mereka masih belum di temukan." ujar Deril dan akhirnya mengakhiri panggilan mereka.
"Langsung lapor gue kalau kalian udah nemuin mereka." perintah Deril pada anggota Osis yang membantunya sebelum mereka berpencar mencari siswa-siswi yang hilang.
-----
Di tempat lain, tepatnya di rumah sakit, Vanya masih menunggu konfirmasi karena memang perlu beberapa jam untuk mengetahui hasil apakah dia bisa menjadi pendonor kulit untuk Dira atau tidak.
"Nih, makan." kata Lia sembari memberikan sebungkus makanan kepada Vanya yang saat ini masih duduk menunggu di depan kamar Dira. Sore tadi, Cio dan Vio sudah pulang lebih dulu bersama pengasuhnya. Dan hanya Vanya dan mamanya saja yang tersisa. Anton? Dia tiba-tiba saja pergi ke tempat kerjanya untuk mengecek beberapa data di kantornya.
Vanya memejamkan matanya sejenak, melirik kanan kiri. Setelah memastikan keadaan yang tidak terlalu ramai, Vanya memberanikan diri membuka maskernya.
Lia tertegun sejenak, wajah itu.... Wajah itu.... Masih sama seperti saat dia meninggalkannya dulu, wajah itu... Kini terlihat sangat mirip dengan mantan suaminya.
Lia menggeleng pelan, berusaha menghilangkan pikiran-pikirannya yang melayang ke masa lalu.
"Kamu bahagia tinggal disana?" tanya Lia tiba-tiba pada Vanya yang saat ini tengah menikmati makanannya.
"Aku...bahagia." kata Vanya namun tak berani menatap mata mamanya.
"Kamu beneran udah nikah?" tanya Lia lagi yang membuat Vanya tiba-tiba saja tersedak.
Lia yang kebetulan masih memegangi botol air minum Vanya dengan sigap langsung memberikan botol berisi air minum tersebut kepadanya.
Setelah merasa baikan, Vanya kembali melanjutkan makannya namun masih enggan menjawab pertanyaan mamanya itu.
"Mama udah bahagia?" Vanya balik bertanya.
Lia yang mendengar pertanyaan itu tentu saja dengan bangga menjawab kalau dia sangat bahagia. Bahkan sangat sangat bahagia.
Vanya mengangguk pertanda mengerti. Makanannya sudah habis dan kini dirinya juga sudah merasa kenyang.
"Semoga mama selalu bahagia." kata Vanya dengan senyum tulusnya dan kemudian memasang kembali maskernya.
Tak lama kemudian, seorang perawat datang menghampiri mamanya dan mengatakan bahwa hasil tesnya akan di berikan besok mengingat sekarang sudah hampir pukul 10 malam.
Setelah kepergian perawat itu, Lia mendekat kearah Vanya.
"Kamu boleh kembali dulu kerumah saya malam ini, ingat jangan kabur!" peringat Lia sebelum akhirnya kembali memasuki kamar rawat Dira, memang Lia sengaja menginap dirumah sakit untuk menjaga Dira.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife's Secret (COMPLETED)
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP] "Buka masker lo!" "Nggak" "Yaudah, lo tinggal diluar aja" "Nggak akan" Vanya veranya, seorang cewek yang di juluki gadis misterius disekolahnya karena Selalu mengenakan masker serta jaket bahkan ketika jam pelajaran. Ryan Keanno...