Prolog

3.3K 132 7
                                    

Sejak masuk kelas 1 SMA jurusan IPS. Arani sangat menyukai pelajaran sosiologi. Tidak terlalu sulit baginya untuk menjalankan mata pelakaran gang satu ini. Hanya perlu menghafal, merangkum atau mengerjakan beberapa soal yang diperlukan. Terlebih pada kegiatan sosial yang menjadi salah satu praktik dari materi yang dipelajari. Dengan begitu para murid akan ditugaskan untuk mengobservasi ke lingkungan luar sekitar sekolah dan membuat laporan sesuai tugas yang diemban.

Rata-rata guru sosiologi disekolah Bina Citra Satu tempat Arani belajar, semuanya adalah orang-orang dengan pembawaan yang lebih santai dan asik. Satu point yang disukai para murid. Apalagi ketika guru yang mengajar hanya banyak bercerita.

Tapi mulai hari ini, Arani membenci pelajaran sosiologi!

Dihadapan para murid saat ini. Leonardi, sang guru Sosiologi sekaligus wali kelas 3 IPS 1, terus menjelaskan materi yang sedang dibahas sambil bercerita seperti biasa. Leonardi adalah salah satu guru yang banyak disukai para murid. Terlebih dengan parasnya yang sederhana namun tampan.

Sejak satu jam lalu dimulainya pelajaran ini, Arani sama sekali tak memperhatikan pelajaran. Lebih tepatnya tidak ingin memperhatikan. Ia seolah jijik mendengar suara guru yang masih berusia 34 tahun tersebut. Sesekali ia terlihat gusar. Ingin cepat-cepat istirahat.

"Sampai sini paham?" Tanya Leo diakhir penjelasannya.

"Paham pak" sahut semua murid serentak.

"Sekarang. Keluarkan Hp kalian. Hari ini kalian ulangan harian sesuai materi yang kita bahas hari ini. Saya sudah kirim link websitenya di grup chat WhatsApp. Waktunya 30 menit dari sekarang" kata Leo.

"Pak, kok tiba-tiba ulangan harian sih?" Seru Devan.

"Terus maunya apa? Langsung UNBK?" Sahut Leo. Devan terkekeh. "Meskipun kelas saya santai. Kalian juga harus latihan. Jangan lupa, Mata pelajaran Sosiologi itu masuk UNBK" Kata Leo lagi.

"Terus pak, Arani gimana? Dia kan Hp nya rusak?" seru Vita. Murid yang Leo tau cukup dekat dengan Arani.

"Lagian sejak kapan ulangan sosiologi pakai link website pak?" timpal Arani sarkastik.

"Sejak hari ini, bukannya itu lebih bagus? Kan bisa menghemat kertas, nggak perlu repot nulis. Dan mudah diakses serta langsung bisa diketahui nilainya" kata Leo menjawab Arani sambil tersenyum.

Leo merogoh tas laptopnya dan mengeluarkan sebuah handphone. Ia berjalan ke arah Arani sambil mengirim link website ulangan harian dari ponsel utama miliknya.

"Kamu bisa pakai handphone ini. Tuh udah saya kirim link nya" kata Leo. Arani menatap Leo tajam. Leo mengabaikannya dan kembali kemejanya sebelum Arani berkata apa-apa.

"Ayo cepat kerjakan" Kata Leo lalu duduk ditempatnya.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 16:48 WIB. Semua murid sudah pulang kerumah masing-masing. Kecuali beberapa yang mengikuti ekstrakulikuler.

Setelah mengurus beberapa pekerjaan. Leo memutuskan untuk pulang.

"Tunggu!" Seru seorang gadis yang kini tengah berlari kearah Leo saat ia hendak menuju mobilnya. Leo mengurungkan niatnya untuk membuka mobil. Ia menoleh kesumber suara yang menghentikan langkahnya.

"Arani? Kamu belum pulang?" tanya Leo, pada murid terbaiknya tersebut.

"Saya cuma mau kembalikan Hp bapak" jawab Arani lalu meletakkan Hp tersebut diatas mobil Leo. "Terimakasih. Lain kali jangan mempersulit saya pak" lanjut Arani. Gadis itu hendak bergegas pergi. Dengan sigap Leo menahan tangannya yang buru-buru ditepis oleh Arani dengan kasar.

Leo tersenyum. "Saya kan udah bilang, saya kasih Handphone ini untuk kamu. Lalu dimana letak saya mempersulit kamu? Saya mohon terima ini" kata Leo. Arani berdecak kesal lalu mengalihkan pandangannya dan kembali bergegas pergi. Namun, Leo kembali menahan tangannya. Kali ini ia tak melepaskannya begitu saja saat Arani meronta.

"Mau sampai kapan kamu membenci saya? Kamu bahkan jadi membenci pelajaran saya" Leo menjeda. "Ra. Saya tau kamu nggak suka dengan saya. Tapi satu minggu lagi kita menikah. Saya ini calon suami kamu"

Arani melotot pada Leo. Yang membuat guru sosiologi tersebut tertunduk.

"Bapak ini guru. Saya ini murid. Bapak laki-laki. Seharusnya bapak nggak secupu ini buat menentang perjodohan kita kan? Saya tau keluarga saya miskin nggak seperti keluarga bapak. Tapi, bukan berarti bapak bisa seenaknya!!" sulut Arani.

"Saya udah nolak perjodohan ini. Tapi, mama saya pun nggak punya kuasa menolak permintaan Kakek saya. Saya berusaha mengatakan apapun untuk tolak. Tapi nggak ada hasil" sahut Leo. Arani terdiam lalu perlahan air matanya mengalir.

Leo berjalan mendekati Arani lalu menghapus air matanya dengan ibu hari.

"Ra, saya min...."

PLAKKK

Leo terdiam seribu bahasa saat Arani dengan lancang menampar pipinya sangat keras untuk pertama kali. Itu benar-benar keras sehingga kacamata yang dikenakan Leo jatuh.

"Saya benci pak Leo! Dasar laki-laki lemot!" Umpat Arani lalu pergi meninggalkan Leo.

Leo menghela nafas pasrah. Ia berusaha keras memahami Arani. Dan tidak terpancing amarah gadis berusia 17 tahun itu.

"Seandainya kamu tau kalo saya bukan sepenuhnya laki-laki, pasti kamu akan benci saya lebih dari ini, ra" Gumam Leo lalu masuk kemobilnya.

Jodoh Untuk LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang