Sudah satu minggu berlalu sejak hari pernikahan Leo dan Arani. Sesuai permintaan sang istri, Leo harus tidur di sofa setiap hari. Arani yang bermuka dua, akan selalu bersikap baik hanya saat dihadapan keluarga Leo. Berbanding terbalik saat hanya berdua, Arani adalah sosok yang amat sarkastik untuk Leo.
Meski begitu, ia memutuskan untuk menerima dan memaklumi istrinya. Ia tak memberitahu siapapun bagaimana sikap Arani, sebab itu bagian dari masalah rumah tangga yang harus ia selesaikan sendiri. Sementara Arani, ia hanya memikirkan nama kakeknya sebab itu ia selalu bersikap baik didepan keluarga Leo.
Leo sadar bahwa istrinya sangat membenci dirinya, sekalipun ia bersikap baik dan lembut pada istrinya. Berbeda dengan dirinya yang justru sudah mulai tumbuh rasa cinta terhadap Arani. Leo yakin, suatu saat ia akan mampu mengubah Arani menjadi istri yang baik dan menerima keberadaan Leo sebagai suami sah nya.
Tidak hanya harus tidur di sofa. Arani membuat peraturan lain yang harus dipatuhi Leo. Diantaranya, tidak boleh telanjang dihadapannya, baik sekedar mengganti atau melepas pakaian. Tidak boleh melewati batas jarak radius 50 centimeter. Bahkan peraturan itu bisa saja bertambah sesuka hati Arani.
Di sekolah. Saat jam ke lima, Leo menyelesaikan tugas mengajarnya di kelas 3 IPS 4. Sebagai guru mata pelajaran wajib untuk jurusan Ilmu Sosial, belakangan ini Leo agak sibuk memberikan bahan materi untuk murid-muridnya. Meski pelajaran Sosiologi yang terkesan mudah jika sudah dihafal, faktanya masih banyak murid yang nilainya turun karena terlalu meremehkan. Sebab itu, Leo harus tetap bekerja keras untuk meningkatkan minat belajar bagi murid-muridnya. Ia tidak ingin disepelekan dan ingin membuat para murid senang dengan materi dan dirinya.
Leo menyempatkan diri melewati kelas Arani, tapi kelasnya kosong. Hanya ada tas dan seragam murid-murid diatas tasnya. Ia baru ingat sesuatu dan lalu menoleh kearah lapangan yang ada dilantai dasar. Benar saja, kelas Arani sedang berada dijam olahraga. Dan Leo melihat jelas istrinya tampak sexy dengan balutan seragam olahraga. Ia terus memperhatikan dengan santai.
Saat mengamati murid dari dua kelas yang digabung saat olahraga tersebut. Tak sengaja Leo melihat sekelompok anak laki-laki yang tampak membicarakan murid wanita yang sedang diuji. Leo jelas mengenal lima lelaki itu, Nevy, Broderick, Johan, Kamil dan Farhan. Kelimanya dari kelas 3 IPS 2. Leo terus mengamati. Ia yakin bahwa yang sedang dibicarakan adalah istrinya. Leo merasa geram namun tak lama Devan tampak mengalihkan perhatian kelima lelaki itu.
Ini bukan pertama kalinya ia melihat murid lelaki yang memperhatikan Arani seperti itu. Ia berpikir bahwa seharusnya ia memberikan seragam baru untuk Arani karna seragam yang ia kenakan audah ketat. Tapi, setidaknya ia sedikit lega saat Arani sudah tidak mendapat giliran.
Hari sudah semakin siang. Leo ingat pagi ini Arani tidak ikut sarapan dengan alasan harus datang kesekolah lebih pagi. Ia lalu merogoh tas nya dan masuk kedalam kelas Arani. Dengan gerakan secepat kilat, Leo memasukkan 5 lembar uang 100 rb. Paling tidak Leo memberikan uang jajan pada Arani untuk beberapa hari kedepannya.
Setelah sukses dengan misi dadakannya, Leo pun kembali ke ruang guru.
"Pak Leo? Kok baru dateng pak? Bukannya kelas selesai setengah jam yang lalu?" tanya Omy, guru muda yang mengajar Sejarah.
"Iya, saya tadi iseng liatin murid-murid yang olahraga. Toh pekerjaan saya udah selesai dan masuk kelas lagi di dua jam terakhir" jawab Leo berusaha detail. Ia melakukan hal itu, utuk mewanti-wanti jika ada pertanyaan lain dari bu Omy seperti biasanya. Leo paham betul bahwa Omy menyukai dirinya sejak awal wanita itu mengajar disekolah ini. Namun, bukannya bodoh. Leo hanya menghindari wanita yang ia kenal sangat agresif itu. Toh saat ini ia sudah berstatus menjadi suami Arani.
"Oh ya pak, ini ada undangan buat bapak" kata Omy.
"Undangan apa bu? Nikah ya? Wah ibu mau nikah?" jawab Leo. Omy terkekeh. Lalu ia meletakkan tangannya dipunggung Leo sambil mengusapnya.
"Bapak bisa aja bercandanya. Masa nikah sih pak? Bapak kan belum lamar saya" sahut Omy. Seketika Leo terdiam sambil menggelengkan kepalanya.
"Ini undangan ulang tahun pak. Malam sabtu, di rumah saya ya pak" kata Omy. Leo pun membaca isi undangannya.
"Ke 24 tahun? Dirayain? Kaya anak-anak aja bu"
"Ya nggak apa-apa dong pak. Kan saya masih single juga. Ya kalo bukan temen-temen siapa lagi yang bikin hari ultah saya spesial? Apalagi ada pak Leo jadi tambah spesial aja deh" kata Omy.
"Wah wah Bu Omy sama Pak Leo kayanya makin lengket nih. Udah pak lamar aja bu Omy. Mau nunggu berapa lama lagi" timpal pak Irman yang tiba-tiba datang. Dikalangan para guru, kedekatan Leo dan Omy bukan hal yang tabu lagi. Omy termasuk guru muda yang berperawakan semampai dan berparas cantik. Lenampilanny pun nampak elegan untuk seorang guru.
Tak sedikit guru lelaki yang menyukai dirinya. Hanya saja, para guru lelaki disekolah sudah beristri. Dan yang single hanya Leo dan Murad. Sementara Murad, guru Bahasa Inggris tersebut sudah memiliki tunangan dan akan menikah tahun ini. Toh sejak awal mereka tau siapa yang membuat Omy tertarik. Yaitu hanya Leo.
"Iya pak. Nanti kalo bu Omy diambil orang gimana hayo" timpal bu Fathiya. Sementara, Omy yang sangat senang hanya tersenyum malu dengan wajah merona.
Semakin disudutkan semakin gatal mulut Leo ingin mengatakan bahwa dirinya sudah menikah dengan Arani. Namun, sekuat tenaga ia menahan dan mencoba tenang menyikapi para guru demi privasi Arani. Biar bagaimanapun, Leo dan Arani adalah guru dan murid. Pandangan buruk akan tertuju pada keduanya jika orang-orang mengetahui pernikahan mereka dan pasti akan menimbulkan salah paham.
"Kalo saya jadi Pak Leo. Saya nggak mikir 2 kali pak buat nikahin bu Omy. Udah cantik, putih dan semok lho" tambah pak Danang. Leo hanya tertawa renyah.
"Bisa aja pak" sahut Leo.
Para guru terus menggoda Leo dan Omy. Hingga bel jam pelajaran selanjutnya berbunyi.
***
Leo baru saja tiba dirumahnya tepat pukul 19:15. Dikamar ia melihat pintu balkon terbuka setengah. Ia mendapati Arani yang duduk dikursi teras balkon. Samar-samar terdengar Arani sedang berbincang dengan seseorang.
"Eh btw ternyata lo asik buat diajak ngobrol ya" kata Arani pada seseorang. Leo berdiri didekat pintu. Terdengar Arani tertawa. Ia tampak sangat akrab dengan seseorang yang berbincang dengannya via telpon. Sejak Arani menerima ponsel dari Leo, ia hampir selalu sibuk dengan ponselnya atau belajar.
"Apa? Ga usah. Gue udah pindah rumah. Alamat yang dikasih Vita salah. Itu alamat lama"
"Eum kapan-kapan aja deh. Soalnya kakek gue agak gak suka kalo liat gue dijemput cowok"
"Yaudah besok gue berangkat pagi supaya bisa sarapan bareng lo. Eh tapi bukannya lo lagi deket sama Jihan ya?"
"Ohh okedeh. Oiya Nevy udah dulu ya gue mau beresin kamar dulu... Iya.. Bye"
Leo bergegas menjauhkan dirinya dan duduk ditepi kasur sambil berpura-pura memainkan ponselnya. Arani yang baru saja masuk kedalam kamar, terkejut saat melihat Leo yang sudah berada dikamar.
"Ra" panggil Leo dengan lembut saat Arani berjalan melewatinya tanpa menghiraukannya. Arani menoleh.
"Mulai besok ganti semua seragamnya. Terutama olahraga. Semua seragam kamu sepertinya udah ngga layak pakai" kata Leo. Arani melipat kedua tangannya didada sambil berdiri menghadap Leo.
"Anda mau menghina? Itu pemberian kakek saya. Kakek saya susah payah beli itu" Sambat Arani.
"Hah? Bu..bukan begitu. Saya nggak suruh kamu buang seragamnya juga kok. Saya hanya suruh ganti. Karena... Karena seragam kamu udah ketat. Terutama olahraga. Dua hari lalu saya liat kamu diperhatikan murid lelaki. Saya nggak mau tubuh kamu diliat orang-orang" tutur Leo berusaha menjelaskan.
"Apa? Sejak kapan anda punya hak mengatur hidup saya? Lagian anda nggak perlu berburuk sangka. Anda nggak punya hak sama sekali" tukas Arani sarkastik.
"Tapi saya suami kamu. Dan saya berhak"
"Sejak kapan hah? Saya nggak pernah merasa punya suami! Jangan mimpi ya! Saya juga nggak akan pernah cinta dengan anda pak! Saya merasa jijik. Jadi berhenti bilang kalo anda itu suami saya!!" kata Arani degan tegas. Ia pun berlalu keluar kamar. Leo menghela nafas pasrah. Sedih bercampur marah menjadi satu. Padahal ia sudah memutuskan untuk tidak menghiraukan ucapan Arani tapi ia tetap saja merasa sakit hati.
Lalu Leo pergi mandi, hari ini pekerjaan cukup banyak. Terlebih lagi ia harus mampir ke resto dan cafe miliknya untuk mengecek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Leo
РазноеArani Adelia, gadis 17 tahun yang amat membenci seorang pria berusia 34 tahun bernama Leonardi Keenan Vicente yang tak lain adalah suami sekaligus guru Sosiologi nya sendiri. Pernikahan atas dasar perjodohan dari kedua kakek mereka, membuat mereka t...