Dua Puluh Tujuh

1.1K 78 23
                                    

"Makasih ya bang" Kata Arani sambil memberi bayaran pada driver ojek online yang baru saja mengantarnya pulang kerumah. Arani baru tiba dari petshop untuk membeli kebutuhan kucing-kucingnya.

Padahal di dalam garasi rumahnya ada motor yang tidak terpakai tapi sayangnya perempuan itu tidak bisa menggunakannya. Jadi kemana pun ia pergi, ia harus mengandalkan ojek online sebab tidak ada lagi yang bisa ia andalkan. Meski Edwin senantiasa memberikannya seorang sopir dab sebuah mobil yang bisa Arani pakai, perempuan itu menolak dengan tegas.

Arani memulai hari barunya tanpa Leo sejak dua hari lalu. Keseharian hanya ia habiskan dengan sekolah, belajar, dan bermain dengan kucing-kucingnya. Kata Edwin, hari ini ART yang akan bekerja dirumahnya akan datang. Tapi, sudah sore begini orang itu belum juga tiba dirumahnya.

Baru saja Arani membuka pintu gerbangnya. Dan ia bertemu Hima yang justru ingin keluar dari rumahnya. Keduanya saling menatap sinis dan hanya diam. Seaat Arani tersadar dan hendak melangkah masuk.

"Arani?"

Arani menoleh dengan wajah datar.

"Tunggu, gue mau ngomong"

"Kalo nggak penting mending nggak usah" Tukas Arani. Tapi Hima malah tertawa.

"Jadi bener ya, lo itu istrinya Kak Leo"

"Kenapa? Lo mau jadi istrinya juga? Tenang aja, dikit lagi kita cerai kok, lo bisa ambil dia sesuka hati lo"

"Oh ya? Waw. Gue seneng dengernya karna rencana gue berhasil"

"Rencana?". Hima mengangguk.

"Dari awal kalian pindah ke rumah ini. Gue udah suka sama Kak Leo. Dan sikap baiknya malah bikin gue jatuh cinta sama dia. Sebenernya..." Hima menatap Arani dengan serius. Lalu berjalan mendekati Arani. "Gue udah tau kalo kalian pasangan suami istri" Bisik Hima lalu menjauhkan wajahnya dan menyeringai.

"Apa maksud lo?"

"Hhhh- gini ya. Kak Leo sering tuh keceplosan nyebut lo sebagai 'istri saya'. Tapi dia selalu cepat ngeralat dan ya, gue nggak bodoh buat percaya sama ralatannya. Terus gue temuin ini" Tutur Hima lalu mengeluarkan sebuah foto dari dompet yang ia genggam sedari tadi.

Mata Arani membulat saat Hima memperlihatkan sebuah foto pernikahan dirinya dan Leo berukuran 4x6. "Gue ambil itu di dompet Kak Leo" Lanjut Hima. Sontak Arani menatap Hima.

"Kok lo lancang buka dompet orang lain?!" Seru Arani. Hima hanya mengendikkan bahunya.

"Lo salah. Buat gue, Kak Leo itu terlalu dekat buat disebut orang lain. Itu sebabnya, gue nggak suka lo jadi istrinya. Gue semakin jatuh cinta setelah menyicipi tubuh Ka Leo. Terasa nikmat dan membuat candu" Tukas Hima dengan nada sensual. Matanya menatap keatas seolah ia membayangi hal yang baru saja ia ucapkan.

Arani terkekeh. "Ya, gue maklum kok. Keliatan dari muka lo. Emang ya kalo jalang itu mau dia pake seribu topeng kebaikan, akan tetap keliatan aura jalangnya" Tutur Arani. Hima nampak tercekat. Ia menatap Arani dengan tatapan tajam.

"Kalo gue jalang. Lalu lo harus disebut apa? Udah punya suami tapi lo pacaran sama cowok lain" Kata Hima lalu menyunggingkan sudut bibir kanannya. Kali ini Arani yang tercekat.

"Lo nggak tau apa-apa soal kehidupan gue. Jadi lo nggak bisa simpulin semau lo"

"Arani.. Arani.. Harusnya lo berterakasih sama gue karna udah ancurin pernikahan kalian. Kak Leo terlalu baik buat lo. Dan lo itu nggak pantes buat dia. Udah jelas kan, dari cara lo yang berani selingkuh sama Nevy. Artinya lo juga nggak menginginkan pernikahan kalian. Dari pada Kak Leo harus lanjut sama lo, jadi mendingan dia buat gue aja. Oh ya, perlu lo tau. Gue emang fitnah Kak Leo. Dia nggak pernah selingkuhin lo sama gue. Dia nggak pernah bercinta sama gue atas kemauannya. Kita nggak pernah bercinta dalam artian yang sebenarnya. Dan gue yang selalu menginginkan dia. So, perceraian kalian adalah berita bagus buat gue. Karna gue bakal bikin dia jatuh ke pelukan gue. Karna lo pasti nggak bisa bikin dia bahagia dan bikin dia puas" Tutur Hima. Seketika Arani merasakan sesak didadanya. Seolah terasa penuh.
Tapi, Arani justru tertawa.

Jodoh Untuk LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang