Tiga Puluh Tujuh

1.3K 74 0
                                    

Selepas kepergian Arani dari kamarnya, Leo membuka mata dan terdiam sambil menatap langit-langit. Sementara tangannya sibuk mengelus juniornya untuk sekedar menenangkan benda itu agar tertidur kembali. Bukan tak ingin melakukannya, ia hanya takut dan sedikit trauma dengan kejadian yang berbau sex setelah insiden Arani dan Hima tempo hari.

Leo beringsut bangun ketika mengingat Arani yang keluar hanya dengan memakai lingerie transparan yang memperlihatkan g-string dan bra-nya. Ia ingat bahwa dirumahnya saat ini bukan hanya ada dirinya, Arani dan Bu Ningsih. Melinkan ada Vita dan Alvin.

Leo menggeleng kuat berniat menyirnakan pikiran kotornya. Dan langsung berlalu keluar kamar.

Saat Leo sudah berada dilantai dasar, ia mendengar Arani menangis tersedu-sedu dari arah ruang keluarga. Leo menghampiri wanitanya yang sedang meringkuk disofa tanpa dibalut apapun yang menutupi tubuh sexynya.

Menyadari kedatangan Leo, Arani lantas berhenti menangis dan mengusap air matanya dengan kasar lalu menutup wajahnya dengan bantal sofa.

Leo duduk di sofa tempat Arani berada. Ia menghela nafas sambil menelan ludahnya melihat kemolekan tubuh wanita itu, yang membuat juniornya kembali bangun.

"Ma... Maafin saya" Kata Leo. Arani tak menjawab. Leo semakin merapatkan tubuhnya dan berusaha membalikkan tubuh Arani. Namun, perempuan itu menegangkan tubuhnya dan menjadi sangat kaku.

"Ma. Jangan nangis disini. Nanti dikira Papa ngapa-ngapain Mama" Kata Leo lagi. Arani lantas beranjak bangun dan hendak berdiri tanpa menghiraukan Leo.

Leo menahan tangan Arani dengan sigap lalu menariknya hingga Arani jatuh ke tubuh Leo. Lelaki itu kehilangan keseimbangannya hingga ia ikut terjatuh diatas sofa dan Arani menindihnya tanpa sengaja.

Jantung mereka berdegup keras saat mata keduanya bertemu saling menatap lekat satu sama lain. Tanpa sadar, Leo memeluk tubuh Arani.

Beberapa saat Arani menikmati pelukan Leo yang sebenarnya biasa saja. Arani kembali menangis lalu menjatuhkan dirinya didada Leo.

"Awhh sakit Ra" Pekik Leo saat Arani mencubit dada Leo. Arani mengangkat tubuhnya dan menatap Leo. Dengan sigap Arani melepaskan pelukan tangan Leo. Lalu menaikkan kedua tangan Leo, mensejajarkan dengan kepala Leo dan menahannya kuat-kuat.

"Brengsek. Gak pernah peka! Payah!" Umpat Arani, membuat Leo bingung.

Tanpa ragu, Arani menyambar leher dan rahang Leo. Ia melumat habis daerah tersebut mengikuti hati dan nafsunya. Hal yang sebelumnya awam, seketika sudah menjadi hal yang terkesan mahir tanpa belajar sebelumnya.

"Emhh Ra" Desah Leo. Arani tak menggubris dan beralih melahap bibir Leo dengan penuh nafsu. "Mmmhh"

Arani kembali beralih dengan Leher Leo serta daun telingannya. Membuat Leo merasa semakin tak karuan. "Ra emhh jangan Ra sshhh" Desah Leo dengan wajah merona. Leo berusaha mendorong Arani sekuat tenaga. Tapi nafsunya membuatnya lemah untuk menolak.

"Jangan Ra ahhh"

"Kenapa?"

"Saya gak mau"

Arani menatap Leo dan menaikkan satu alisnya. "Oh ya? Gimana kalo ini?" Tanya Arani sambil mengelus junior Leo dari luar celana yang Leo kenakan.

"Ahh shit" Gumam Leo membuat Arani semakin tersenyum. "Mhh Kamu kenapa sih Ra? Sshhh kok jadi mmhh agresif?"

"Jangan banyak omong" Tukas Arani.

Leo berusaha sekuat tenaga mendorong Arani. Hingga akhirnya Leo berhasil menyingkirkan tubuh Arani.

Leo berdiri menghindari Arani sambil berjalan menuju meja makan untuk mengambil air minum. Ia butuh air untuk sekedar membasahi tenggorokannya. Saat sedang asik meneguk air, Arani memeluk Leo dari belakang. Leo tercekat seketika.

Jodoh Untuk LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang