Tiga Puluh Lima

1.6K 83 12
                                    

Sepanjang perjalanan Arani tak berhenti menangis. Ia terus menyembunyikan wajahnya dipunggung Leo sambil berpegang erat di pinggang Leo. Sementara Leo hanya berdiam diri tanpa berkata sepatah katapun sampai keduanya tiba dirumah.

Arani turun dari motor Leo dan berdiri dihadapannya. Leo menatap Arani dengan wajah datar. "Mau nangis sampai kapan?" Tanya Leo.

"Nggak bisa berenti" Sahut Arani. Leo menghela nafas lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Saya minta maaf karna udah beberin soal pernikahan kita dan kehamilan kamu. Saya tau kamu malu ditonton banyak orang. Maaf. Saya cuma gak mau kita dipandang buruk. Makanya saya jelasin. Dan, kamu pun setuju kan?"

Arani mengusap air matanya. "Kamu nggak perlu khawatir. Saya bisa pindahin kamu kesekolah lain"

"Tapi tadi banyak yang rekam. Kalo berita nya menyebar keluar sekolah gimana?" Sahut Arani.

Leo terkekeh. "Kamu bener-bener malu ya kalo semua orang tau saya itu suami kamu? Tenang aja Ra, sebentar lagi kita kan cerai. Kamu tinggal bilang kesemua orang kalo kita udah cerai"

"Hah?"

"Udah sore begini. Lebih baik kamu mandi supaya lebih segar dan siapa tau bisa lebih tenang" Kata Leo lalu kembali menstarter motornya.

"Mau kemana?" Kata Arani sambil menahan tangan Leo dan mematikan motornya.

"Saya mau pulang"

"Nggak. Gak boleh kemana-mana" Kata Arani dengan tegas.

"Kenapa?"

"Ada yang mau diomongin Ayo masuk dulu"

"Ngomong sekarang aja"

"Kenapa sih? Kok cuek banget?" Kata Arani.

"Perasaan kamu aja"

"Hm ak..." Arani memejamkan matanya. "Aku...udah mutusin buat nggak lanjut sekolah"

"Kenapa? Malu?"

Arani menggeleng cepat. "Bukan itu. Tapi, aku udah mutusin buat fokus ngurus rumah tangga kita"

"Hah? Rumah tangga kita?"

"Iya. Hm aku bingung harus mulai dari mana. Tapi, terimakasih udah lindungin aku tadi. Aku gak marah karna kamu beberin soal pernikahan kita. Apalagi soal kehamilan aku. Toh aku bukannya hamil diluar nikah tanpa suami, kan? Aku gak malu punya suami kaya kamu. Justru aku takut kamu dipandang buruk karna nikahin cewek yang latar belakangnya miskin kaya aku. Jadi kesannya kaya dramatis banget. Apalagi, sejak gosip kalo aku ini cewe jalang perusak hubungan orang. Aku gatau sejak kapan gosip itu ada. Padahal selama ini aku gak pacaran sama sipapun apalagi rebut pacar orang lain. Banyak pertimbangan yang aku pikirin akhir-akhir ini. Sampai aku sadar satu hal"

"Satu hal? Apa?"

"Hima udah jelasin semuanya setelah kamu pergi dari rumah ini. Ternyata dia udah tau kalo kita suami istri. Dia deketin kamu dan fitnah kamu, karna sengaja mau ngancurin hubungan kita. Karna dia tau pernikahan kita juga kurang baik. Dia bilang kamu sering keceplosan bilang aku istri kamu. Dia pun lancang buka dompet kamu dan nemuin foto pernikahan kita. Tapi, bodohnya aku. Gengsi yang terlalu tinggi udah bikin mata aku buta. Sampai aku gak sadar rasa yang aku kira benci, justru ternyata...rasa cinta aku ke kamu. Dan aku cemburu. Aku tahan apa yang aku udah tau. Karna aku malu buat mengakui aku cemburu. Aku baru sadar kalo aku gak siap kehilangan kamu. Aku....aku gak mau kita cerai" Tutur Arani. Leo diam tak bergeming beberapa saat.

Arani menatap Leo nanar, lalu meraih tangan Leo dan menggenggamnya dengan tangannya yang lebih kecil dari Leo. Mata Leo mengikuti tangan Arani. Tapi, tak lama kemudian Arani menaikkan dagu Leo sehingga ia menatap Arani.

Jodoh Untuk LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang