Dua

1.4K 105 1
                                    

Hari sebelumnya..

Siang yang terik saat Roman tiba di Jakarta. Mobilnya melaju pelan ditengah keramaian pasar tradisional terbuka. Ia ingin sedikit bernostalgia.

Dulu, saat dirinya masih berusia sekitar 10 tahun. Ia sering mengunjungi pasar tersebut untuk ikut asisten rumah tangganya belanja sehari-hari. Dipasar itulah ia mengenal Dafa yang menjadi sahabat kecilnya.

"Berhenti" pinta Roman pada Patrick, sopir pribadinya. Roman terdiam. Matanya menatap lurus pada seorang pedagang kelapa parut yang sudah ringkih. Bibirnya tersenyum. Namun, air matanya perlahan mengalir kepipinya. Lambat laun, Roman menangis semakin jadi.

Setelah puas menangis. Ia lalu keluar dari mobil mewahnya tersebut. Dan berjalan menghampiri si pedagang kelapa parut.

"Heh tengik!" seru Roman pada pedagang tersebut. Kakek tua yang menjual kelapa parut tersebut menoleh dan hanya diam menatap. Air mata Roman kembali mengalir.

Seketika, Roman memeluk pedagang itu.

"Dasar Dafa tengik! pikun! Saya Roman!"

"Lupa ya?!" Lanjut Roman setelah melepas pelukannya. Seolah tak menghiraukan orang-orang pasar. Roman berseru dengan antusias.

"Roman si tengil?!" kata Kakek Dafa.

"Iya. Ini Roman"

Setelah Dafa ingat dengan Roman. Keduanya saling melemparkan pelukan haru yang membiru. Keduanya memang saling merindukan.

Sejak pertemuan terakhir mereka sekitar lebih dari 20 tahun lalu. Tepatnya saat kepergian Punpun, istri Roman. Yang dimakamkan di Thailand, negara kelahiran wanita tersebut. Lalu Roman memutuskan untuk tetap tinggal di sana. Lalu sejak itu Dafa dan Roman kehilangan kontak. Sehingga sulit berkabar. Terlebih Roman yang sibuk dengan pekerjaannya.

"Kakek?" panggil seorang gadis mungil yang menghampiri Dafa. Roman mengamati gadis yang mencium tangan Dafa dan tangannya.

"Ini siapa ngik?" tanya Roman yang tetap memangil Dafa dengan sebutan tengik.

"Ini Arani. Cucu semata wayang saya" kata Dafa.

"Wah jadi ini anaknya Anjani?" tanya Roman.

"Iya. Sebenarnya, Jani punya dua anak. Tapi kakaknya Arani. Meninggal karena kecelakaan. Terus hamil lagi dan lahirlah Arani" tutur Dafa.

"Wah cantik ya cucumu ini. Untunglah kamu perempuan. Kalau laki-laki pasti mirip dengan kakek mu" kata Roman.

"Dari dulu kamu memang nggak berubah. Selalu ngejek saya. Arani ini, Kalo hari sabtu dan minggu, dia suka bantu saya jualan kelapa parut dipasar. Ya kalo dia lagi nggak ada tugas sekolah" sambung Dafa lagi. Roman mengangguk paham.

Roman menatap jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 12:15 WIB.

"Ini udah siang. Kalian mau ikut saya? Dagangannya ditutup aja" ajak Roman. Dafa tak menjawab.

"Ayolah tengik. Kita baru aja ketemu lagi.masa nggak mau temenin saya makan siang. Banyak hal yang mau saya share ke kamu" kata Roman lagi.

"Yaudah okedeh... Arani ikut kakek ya. Kita bikin bangkrut kakek Roman" kata Dafa bergurau.

"Bisa aja si tengik"

***

Setelah selesai makan siang di sebuah restoran cepat saji yang tak jauh dari pasar, Roman bersantai sejenak bersama Arani dan Dafa. Keduanya saling bercerita tentang masa lalu. Sementara, Arani hanya mendengarkan dan menjawab jika sesekali ditanya.

"Jadi umur Arani sekarang 17 tahun? Sekolah dimana?" tanya Roman pada Arani.

"Aku sekolah di SMA Bina Citra Satu kek. Sekarang kelas 3 SMA"

"Oh ya? SMA BCS?" kata Roman antusias. Arani mengangguk bingung "Kenapa kek?"

"Kamu kenal Leonardi?" tanya Roman.

"Kenal kek. Di kelas 3 ini, pak Leo guru sosilogi dan dia wali kelas saya" jawab Arani.

"Wah wah dunia ini sempit ya. Nak, Leonardi itu cucu kakek, lho" kata Roman.

"Oh ya? Pak Leo itu orangnya baik kek. Saya suka pelajaran sosiologi. Ditambah yang ngajar Pak Leo. Asik gitu deh. Semua murid suka dengan cara mengajar dia" kata Arani.

"Ya, dia memang cucu kakek yang baik"

"Ngik, Leonardi itu anak siapa? Edwin atau Tina?" tanya Dafa.

"Dia anak Edwin satu-satunya" kata Roman.

"Bukannya anak Edwin itu..."

"Anak manis. Kakek boleh minta tolong? Pesenin menu seperti yang kakek pesen tadi. Ini uangnya" kata Roman pada Arani secara tiba-tiba.

"Iya kek"

Roman menyesap minuman sodanya lalu menatap Dafa.

***

Selepas mengisi perut disiang hari. Karena sudah terlanjur menutup dagangan, Dafa mengajak Roman untuk pergi kerumahnya.

Keduanya kembali menyambung cerita-cerita untuk dibahas dan dikulik kembali. Sesekali mereka tertawa saat ada kenangan lucu yang pernah dilalui.

Yang anehnya, baru saja tiba di Indonesia, Roman tidak langsung pergi kerumah Edwin, anak sulungnya. Melainkan ia lebih memilih mengunjungi Dafa yang lama tak ia temui. Dan kini, Roman menginap dirumah sahabat kecilnya, Dafa.

"Kamu ingat? Dulu kita itu pernah mau jodohin anak kita kan? Tapi karena beberapa hal. Itu semua jadi sekedar wacana" kata Roman.

"Ya, begitulah takdir, lalu soal anak Edwin. Apa dia sudah menikah?"

"Seperti yang sudah saya ceritakan tadi. Kondisinya itu membuat dirinya sulit mencari pasangan. Dilihat sekilas dia sangat sempurna sebagai lelaki. Tapi, Edwin bilang selama ini dia tidak dekat dengan siapapun. Padahal, sepupu-sepupunya sudah menikah dan punya anak" kata Roman. Dafa menghela nafas.

"Saya khawatir, Edwin tidak bisa menimang cucu sampai saya meninggal nanti"

"Huss kamu ini bicara apa tengil?"

"Saya serius Daf. Saya juga ingin menimang cicit dari Leo. Tapi, anak itu terlalu menutup diri. Saya yakin Leo bisa menghasilkan anak. Itu sudah dijelaskan para medis" Kata Roman lalu menghisap cerutunya.

"Lalu, mau mu bagaimana?"

"Saya bingung. Seandainya cucu kita sebaya. Mungkin saya mau jodohin Leo dan Arani. Itupun kalau kamu setuju" kata Roman ngasal.

"Jujur aja ngil. Saya setuju kalo kamu memang mau menjodohkan mereka sekalipun usia mereka terpaut jauh. Toh, Leo itu juga laki-laki. Dan udah dewasa. Dia pasti bisa ngemong Arani. Apalagi, saya ini udah tua, saya juga khawatir nggak bisa liat Arani menikah dan punya anak. Tapi, kamu tau kan? Arani masih sekolah. Lagi pula. Apa kamu tidak malu menikahkan cucumu dengan cucu saya? Sekarang itu saya miskin ngil. Anak-anak saya ninggalin saya. Termasuk Anjani. Meski sebenarnya cucu saya bukan hanya Arani, tapi mereka semua pergi dan sekarang hanya Arani yang saya punya. Kamu tau itu kan?"

"Ngik. Saya mengenal Leo. Dia itu orang yang bertanggung jawab. Soal sekolah Arani, saya akan menanggung segalanya. Tapi, saya yakin Leo pun akan memenuhi semua kebutuhan Arani. Dan kamu, saya akan ajak kamu tinggal bersama saya di rumah Edwin". Tutur Roman sambil menatap Dafa dengan serius. Dafa terdiam.

"Saya ada ide untuk menjodohkan mereka ngik". Lanjut Roman. Dafa menatap Roman dengan seksama.

"Apa?"

***

Jangan lupa vote ya ghaes. Thank you😉🤓

Jodoh Untuk LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang