Sabtu Sore, Leo baru kembali dari cafe dan resto miliknya untuk sekedar memastikan semuanya baik-baik saja. Kegiatan itu jarang ia lakukan, karna ia sudah memiliki managernya sendiri dimasing-masing cabang. Sejak tadi pagi Leo merasa tidak enak badan. Maka dari itu ia memutuskan untuk pulang setelah hampir seharian berada ditempat usahanya tersebut.
"Kak Leo!" Hima memanggil saat Leo baru saja menghentikan mobilnya didepan gerbang. Leo menolah lalu tersenyum pada gadis yang akhir-akhir ini getol menemuinya.
"Kenapa?" tanya Leo. Hima berjalan menghampiri Leo. Payudaranya nampak berguncang seiring ia melangkah. Leo dibuat menelan ludah melihat belahan dada Hima yang nampak jelas.
"Kakak sibuk nggak?" tanya Hima saat sudah sampai pada Leo. Ia memagutkn kedua tangannya di jendela mobil. Sambil tubuhnya dicondongkan. Sehingga dadanya terbusung tepat dihadapan Leo "Eum nggak sih" Sahut Leo.
"Anu kak, Hima boleh minta tolong nggak? Mau geser lemari. Kecil kok lemarinya tapi berat kalo digeser sendiri. Dirumah lagi nggak ada orang" kata Hima dengan nada manja. Setelah terdiam beberapa saat. Leo pun mengangguk. Ia memutuskan untuk memarkirkan mobilnya terlebih dahulu pada carport rumahnya sebelum ia pergi kerumah Hima.
Ini pertama kalinya Leo masuk kedalam rumah Hima. Rumah yang berukuran lebih besar dari rumah Leo itu terdiri dari tiga lantai dengan model minimalis modern yang disentuh dengan gaya jepang. Hima langsung mengajak Leo masuk kedalam kamarnya.
"Maaf agak kurang rapi" kata Hima.
"Rapi kok. Terus mana yang mau digeser?" tanya Leo. Lalu Hima menunjukkan lemari yang ia maksud, "itu kak, digeser agak mepet ke meja belajar" katanya. Leo menghampiri lemari tersebut lalu perlahan mulai menggeser.
"Enteng kok" kata Leo setelah menggeser lemarinya.
"Ya kakak kan laki-laki. Meskipun itu cuma lemari khusus daleman tapi tetep berat buat aku ka. Karna pakaian dalamku banyak" kata Hima lalu tertawa kecil. Leo tercekat mendengarnya.
"Yaudah kalo gitu, saya pulang dulu" kata Leo.
"Eh bentar kak" kata Hima menahan tangan Leo. Ia tersenyum saat Leo sudah berhenti melangkah. Ia bahkan tak ragu menggandeng lengan Leo.
"Kenapa buru-buru sih? Main di sini dulu. Aku ambil minum dulu ya" kata Hima. "Eh jang..." ucapan Leo terpotong karena Hima sudah pergi meninggalkannya.
Tak lama Hima kembali dengan dua gelas kosong dan satu botol sake.
"Ayo silahkan duduk" kata Hima sambil lebih dulu duduk di meja lesehan khas jepang yang ada dikamarnya. Lalu ia meletakan sake serta gelas tersebut diatas meja dihadapannya. Setelah itu, ia menuangkan sake tersebut pada gelas khusus dan menyuguhkannya pada Leo. "Dozo" kata Hima sambil mendorong gelas berisi sake pada Leo.
"Domo Arigatou" sahut Leo.
"He? Kak Leo bisa bahasa Jepang?" tanya Hima antusias.
"Nggak juga. Cuma tau beberapa kosa kata" katanya. Hima tersenyum sambil mengangguk.
"Keluarga kamu itu, masih pegang erat budaya jepang ya?" tanya Leo. Ia tau bahwa Hima adalah seorang gadis keturunan Jepang-Indonesia. Ia tinggal di Jakarta karena tidak ingin ikut orang tuanya yang sibuk berpindah-pindah negara karna urusan bisnis sebab ia masih sekolah dan akan sulit baginya jika harus mengikuti orang tuanya. Saat ini, ia hanya tinggal bersama asisten rumah tangganya, Mbok Ranti. Seharusnya bersama kakak perempuannya. Tapi, beliau harus meneruskan kuliah S2 nya di Inggris.
"Lumayan sih kak. Tapi, aku sendiri emang tertarik sama negara Mama" tutur Hima menjelaskan. "Kalo kak Leo sendiri, asli orang mana?" lanjut Hima bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Leo
RandomArani Adelia, gadis 17 tahun yang amat membenci seorang pria berusia 34 tahun bernama Leonardi Keenan Vicente yang tak lain adalah suami sekaligus guru Sosiologi nya sendiri. Pernikahan atas dasar perjodohan dari kedua kakek mereka, membuat mereka t...