Dua Puluh

1.2K 76 5
                                    

Saat Arani telah membuka pintu, terdengar suara yang sudah tidak asing lagi bagi Leo. Seketika degup jantungnya memompa lebih keras.

"Om. Dicariin Hima tuh" Kata Arani lalu duduk kembali. "Hhss" Desis Leo.

"Hai Kak" Sapa Hima lalu duduk diantara Leo dan Arani. Leo buru-buru menghindar dan tal menggubris. Ia bahkan tak menoleh kepada Hima sedikit pun.

"Mau belajar ya?" Tanya Arani pada Hima. "Nggak Ra. Gue baru aja pulang belajar kelompok tadi. Pusing dong kalo belajar lagi" Sahut Hima diselingi tertawa kecil. Arani hanya mengangguk. Leo yang sedari tadi gusar,  akhirnya memutuskan untuk meninggalkan keduanya. Namun, saat Leo baru saja berdiri hendak beranjak, Hima sudah menahan tangan Leo.

"Kak..." Hima menjeda lalu memberikansebuah paper bag kecil pada Leo. "Ini aku mau kasih boxer kakak yang ketinggalan kemarin. Udah aku cuci lho" Lanjut Hima enteng. Sontak Leo terkejut dan mengambil boxer miliknya yang kemarin ketinggalan dirumah Hima dengan cekatan.

"Kok bisa ada di lo?" Tanya Arani.

"Iya. Hari sabtu tuh kita abis berenang bareng. Terus abis lakuin itu malah ketinggalan" Jelas Hima dengan riang. Arani terdiam. Ia ingat sore itu. Dan ia baru tau bahwa Leo baru saja selesai renang bersama Hima. Dalam hatinya, terbesit rasa kesal yang ia sendiri tidak tau alasannya.

"Lakuin apa?" Tanya Arani lagi.

"Ya biasa lah. Masa nggak paham sama apa yang dilakuin orang pacaran?" Sahut Hima sambil menatap Leo.

"Hah? Maksudnya kalian..."

"Emangnya kak Leo nggak cerita ya kalo gue sama Kak Leo pacaran?" Tanya Hima

Arani terkejut mendengar ucapan Hima. Tak terkecuali Leo sendiri. Arani sudah menatap Leo seolah ia memiliki banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan pada Leo.

"Jangan sembarangan ngomong kamu!" Sergah Leo pada Hima. Gadis keturunan Jepang itu hanya menatap Leo dengan wajah polosnya.

"Kok Kak Leo gitu? Terus kemarin kak Leo nembak aku maksudnya apa? Kak Leo takut Arani tau? Dia kan keponakan kakak. Pasti setuju aja. Iya kan Ra?"

Arani menatap Leo tak percaya. Leo sudah menggeleng.

"Jangan mengada-ngada ya. Saya nggak pernah nembak kamu. Gila kamu!" Kata Leo cepat.Hima berdiri menghadap Arani dan Leo.

"Terus maksud kak Leo lakuin itu sama aku apa? Cuma buat nafsu sex? Terus sekarang mau ngelak? Itu buktinya boxer kakak ada di aku kan?" Tukas Hima dengan tegas. Matanya terlihat berkaca-kaca. Leo terperangah. Ia bingung kenapa Hima berkata demikian.

"Maksudnya apa? Lakuin apa?" Tanya Arani tak sabar.

"Sex Ra. Sex!! Kak Leo minta berhubungan intim sama gue setelah dia nembak gue. Ya gue terima karna dari awal kenal kak Leo gue udah suka sama dia" Tutur Hima. Arani menatap Leo tak percaya. Kali ini tatapannya lebih membuat Leo kalang kabut.

Leo berdiri. "Jangan asal bicara kamu. Kapan saya nembak kamu. Saya nggak pernah merasa punya perasaan apa-apa sama kamu. Kamu mau fitnah saya depan Arani. Kamu yang nyerang saya kemarin" Bentak Leo. Hima tak menjawab dan perlahan ia menitikan air mata. Leo menggeleng semakin tak percaya bahwa Hima gadis yang licik. Arani ikut berdiri.

"Jadi? Kalian...Udah berhubungan badan?" Tanya Arani sekali lagi. "Udah Ra. Dan lo tau? Gue rela lakuin itu sampe badan gue sakit semua karna Kak Leo nafsu banget. Pantes aja kemarin dia tiba-tiba pergi setelah puas. Ternyata kaya gini sikapnya? Malah nggak ngakuin. Kalo tau gini, kemarin gue nggak usah nurutin..."

"CUKUP HIMA! CUKUP!! HENTIKAN OMONG KOSONG KAMU!!" Seru Leo dengan sangat lantang. Suaranya bahkan mengisi kesetiap sudut ruangan. Wajahnya mengeras. Membuat Arani ya g menyaksikan keduanya semakin bingung harus percaya dengan siapa. Sebab keduanya bukan lah orang yang sudah lama ia kenal.

Jodoh Untuk LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang