Tiga Puluh Empat

1.3K 84 17
                                    

Hari guru nasional yang dinantikan telah tiba. Semua orang menyambutnya dengan antusias. Tak terkecuali para murid. Sebab mereka dibebaskan dari pelajaran dan akan bersenang-senang. Perayaan meriah hari guru yang dirancang oleh para petugas OSIS beserta panitia umum sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun. Acara diselenggarakan pada aula besar yang ada di sekolah.

Tidak hanya sesi permohonan maaf dari para murid untuk gurunya. Tapi, akan ada banyak hiburan yang dipersembahkan dari para guru dan murid serta acara pemberian bunga dan hadiah untuk para guru.

Upacara dan pembukaan acara sudah dilakukan sejak pagi tadi. Rangkaian acara sudah dimulai dari waktu ke waktu. Para guru diwajibkan menampilkan sesuatu untuk murid mereka, selain sekedar membaca puisi atau pidato. Meski ada juga guru bahasa Indonesia yang menyampaikan puisi ciptaan mereka yang diiringi instrumen alat musik. Beraneka ragam jenis puisi. Dimulai yang mengandung nasehat hingga tema yang membuat para murid mengharu biru.

Lalu giliran Leo. Sejujurnya ia belum menyiapkan apa-apa. Dan sekarang ia kelimpungan. Tapi, bukan Leo namanya jika tidak cerdas. Ia memilih mempersembahan sebuah Lagu yang akan ia nyanyikan diatas panggung seorang diri sambil diiringi gitar yang juga ia mainkan. Ia bukan seorang gitaris atau ahli dalam bidang musik. Tapi ia memiliki bekal diberbagai hal. Tak peduli kemampuannya sedikit atau bahkan banyak pada bidang-bidang itu.

Leo sudah duduk disebuah kursi yang ada diatas panggung dan menghadap ke semua murid dan guru. Sambil membawa gitarnya. Kebolehan yang dipersembahkan memang tak selalu wajib bertemakan rasa terimakasih seorang guru pada muridnya atau sebaliknya. Tapi boleh dengan konsep lain.

"Selamat siang anak-anak. Ibu dan Bapak guru yang saya hormati"

"Siang Paaaaak" sorak semua orang. Sebagian murid bersorak kegirangan sebab Leo yang duduk diatas panggung saat ini. Bukanlah Leo yang biasa mereka kenal rapi dan layaknya seorang bapak kedua di sekolah bagi para murid. Leo lebih terlihat seperti seorang bintang tamu yang sedang mengisi acara. Membuat semangat para murid kembali dan mengusir rasa bosan.

"Saya akan nyanyikan sebuah lagu dari Once Mekel yang berjudul Ku cinta kau apa adanya. Yang tau lagunya nyanyi bareng ya" Kata Leo bak seorang musisi yang sedang mengadakan konser solonya.

Leo mulai memetik gitarnya. perlahan semua orang membungkam mulut tak bergeming sedikitpun. Seolah terhipnotis dengan penampilan Leo. Tak terkecuali Arani. Ia tau betul bahwa kini pandangan mata Leo tepat mengarah dirinya. Menatap nya lekat dan seksama sebelum ia mulai bernyanyi.

"Kau boleh acuhkan diriku"

Semua orang bersorak dan bertepuk tangan meriah saat Leo mulai bernyanyi.

"Dan anggap ku tak ada
Tapi takkan merubah perasaanku
Kepadamu...
Kuyakin pasti suatu saat
Semua kan terjadi
Kau kan mencintaiku
Dan tak akan pernah melepasku"

Leo bernyanyi dengan penuh rasa dan penjiwaan yang sangat dalam. Sesekali ia memejamkan matanya. Membayangkan bahwa lagu tersebut adalah sebuah penyampaian kata hatinya untuk Arani. Dimana saat Arani memperlakukannya kasar tapi tak merubah rasa cinta Leo terhadapnya.

Leo pernah merasa yakin bahwa Arani pasti akan berubah menjadi sosok yang mampu mencintainya suatu saat nanti. Meski sampai detik ini Leo tak merasakan itu.

"Aku mau mendampingi dirimu
Aku mau cintai kekuranganmu
Selalu bersedia bahagiakanmu
Apapun terjadi
Kujanjikan aku ada..."

Lanjut Leo. Dipertengahan lagu. Semua murid ikut bernyanyi bersama Leo. Dan hanyut dalam lagu.

"Kau boleh jauhi diriku
Namun kupercaya
Kau kan mencintaiku
Dan tak akan pernah melepasku...

Jodoh Untuk LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang