Lima

1.2K 92 0
                                    

Hari pernikahan pun tiba. Acara berlangsung dikediaman Edwin. Tepatnya pada area kolam renang dan pekarangan rumah belakang yang sudah di tata eh pihak WO sedemikian rupa hingga tampak sederhana dan indah.

Tamu undangan tidak banyak. Mengingat status Arani yang masih SMA. Roman dan Edwin hanya mengundang kolega-koleganya dan keluarganya serta para tetangga. Sementara Dafa, turut mengundang beberapa langganan dikedai kelapa parutnya serta para pedagang dipasar. Tidak ada satupun warga sekolah yang diundang Leo. Demi menjaga privasi keduanya.

Jam sudah menunjukan pukul 10:05 WIB. Pernikahanpun resmi dimulai.

Saat ini, Leo sudah siap dengan setelan tuxedo hitamnya dan berdiri di altar bersama seorang penghulu dan seorang wali hakim untuk menunggu kedatangan Arani dan Dafa.

Hati pemuda itu ketar-ketir. Tubuhnya panas dingin menunggu calon istrinya. Ia terus menundukkan kepalanya sambil berdoa. Alih-alih agar segala urusan menjadi lancar.

Seketika matanya terbuka dan ia mengangkat wajahnya saat para hadirin bertepuk tangan dan bersorak riang sambil menatap kesatu arah. Leo mengikuti pandangan orang-orang.

Ia tertegun sambil matanya dibuka lebar. Memastikan apa yang ia lihat adalah nyata. Arani berjalan dengan sangat anggun bersama Dafa yang menggandeng tangannya disebuah jalan lurus yang berada ditengah kolam yang berujung pada altar tersebut. Kakek Dafa senantiasa berjalan dengan gagah sambil menggandeng tangan cucu semata wayangnya.

Leo menatap Arani sampai tak menggedipkan mata nya barang sedetik. Ia menelan ludah. Arani terlihat sangat cantik dengan gaun putih tanpa lengan. Dengan bagian dada hingga perut membentuk lekuk tubuhnya ya g menambah kesan sexy. Sementara rambutnya dikepang lalu dicepol kedalam dan diberi headpiece imitasi emas daun dan bunga yang melilit dikepangannya. Lalu diberi mahkota kecil berwarna senada. Dan tudung berwarna putih transparan yang menutupi kepala dan wajahnya.

Tata rias wajah Arani cukup simple tapi mamlu membuat semua orang terpana dan hampir tak mengenalinya. Bahkan Leo pun tak menyangka bahwa gadis itu adalah Arani.

Jantung Leo berdegup kencang seiring Arani berjalan semakin dekat.

Kini gadis itu telah sampai pada Leo. Hampir saja Leo pingsan saking terpananya. Seorang host dari pihak WO menggiring para hadirin ke inti acara. Di altar tersebut sudah berdiri Leo dan Arani berhadapan. Lalu keluarga dari kedua belah pihak berkumpul di sisi altar. Dihadapan Leo dan Arani telah berdiri seorang penghulu dan wali hakim Arani. Ijab kabul pun berlangsung setelah dibacakan doa-doa. Hingga akhirnya Leo dan Arani sah sebagai suami istri.

Leo mengeluarkan kotak beludru warna putih bersih yang berisi sepasang cincin emas dengan manik berlian yang sangat indah ditambah terdapat ukiran nama mereka di dalam masing-masing cincin tersebut dan terdapat juga sebuah cincin emas putih polos. Leo mengeluarkan cincin emas putih.

"Dengan cincin ini saya melamar kamu sebagai tunangan saya" Kata Leo sambil memasang cincin tersebut. Dan selanjutnya Leo mengambil cincin emas dengan manik berlian bertuliskan nama leonardi.
"Dan dengan ini saya menikahi kamu menjadi istri saya".

Lalu giliran Arani memasang cincin dengan model sama dan berukir nama arani. Terpaksa Arani pun ikut menyematkan cincin dijari Leo. Sambil menatap tajam dan wajah datar. Leo hanya tertunduk sementara tangannya gemetar.

Saat pemasangan cincin selesai, semua orang bertepuk tangan dan bersorak gembira kembali setelah akad nikah berlangsung. Leo menatap Arani dengan hati-hati. Terlihat jelas sorot mata Arani yang seolah siap membunuh Leo kapanpun membuat Leo akhirnya memilih memalingkan wajahnya.

"Cium..cium..cium"

"Cium bibirnya"

Semua orang bersorak riuh. Bahkan beberapa celetukan terlontar. Leo masih diam. Bukannya tidak mau apalagi tidak bisa. Tapi melihat sorot respon Arani saja sudah membuat Leo bergidik.

Namun, sorakan sorakan itu seolah menekan dirinya hingga tanpa sadar tangannya sudah menyibak tudung yang menutupi wajah Arani lalu meraih pipi Arani. Gadis itu tersentak. Seolah merutuki Leo.

"Maaf" Gumam Leo lalu mengecup kening Arani sekilas.

"Yaaahh Leo payah" celetuk Firman, suami Tina. Banyak orang menertawakan Leo dan juga berteriak kecewa karena tak jadi menyaksikan adegan romantis pengantin baru.

Peresmian selesai.

Host mempersilahkan para tamu undangan untuk menikmati makanan dan minuman yang sudah disediakan sambil mengobrol santai dengan hadirin lainnya.

Leo dan Arani duduk di singgasana pengantin, sambil menyalami hadirin yang mengucapkan selamat pada keduanya. Batin Arani teriak sekencang-kencangnya. Hatinya seolah menangis karena pernikahan ini. Dia sama sekali tak merasa bahagia. Bahkan merasa jijik hanya karena Leo mencium keningnya.

"Tolong tahan sebentar. Saya tau kamu nggak suka semua ini" bisik Leo.

"Bajingan!" gumam Arani. Leo rasa mulai detik ini ia harus menerima sikap kasar Arani terhadap dirinya. Biar bagaimanapun, ia harus memaklumi dan terus berusaha memperbaiki sikap Arani. Sejujurnya, Leo memang tak begitu keberatan harus menikahi Arani. Gadis itu cantik dan pintar dalam pelajarannya. Dan Leo sudah mengenalnya setelah menjadi wali kelas Arani selama dua tahun terakhir.

***

Acara berhenti pada pukul 12:00 dan dila jutkan pada sesi malam yang dimulai sejak pukul 19:30, sudah selesai pada pukul 23:00 WIB. Acara berjalan dengan baik dan lancar. Leo membuka tuxedonya dan duduk santai dipendopo kolam renang sambil memainkan ponselnya.

Ia menatap foto-foto dimana terlihat dirinya dan Arani saat acara pernikahan tadi yang dikirim pada grup chat WA keluarganya. Tanpa sadar bibirnya mengulas senyum.

Ia menghela nafas pasrah. Siap tidak siap ia harus menghadapi kehidupan barunya sebagai seorang suami yang memiliki istri super galak. Ia tau betul ini tidak akan mudah meski seribu kali ia berpikir semua akan baik-baik saja.

"Sayang" sapa Lily. Leo menatap mamanya dan menaruh kembali ponselnya didalam saku. "Kamu dipanggil kakek di ruang keluarga" lanjutnya. Leo mengangguk dan berjalan mengikuti Lily.

Leo duduk diantara keluarganya yang masih berada dirumah tersebut. Matanya menyapu ruangan dan tak mendapati Arani.

"Istri kamu udah dikamar" kata Roman.

"Cie punya istri" goda Firman. Wajah Leo memanas karena malu. Ia hanya tersenyum tipis.

"Leo. Kakek ingin berterimakasih sebanyak-banyaknya karena mau menikahi cucu kakek. Mohon maaf kalau sikapnya kurang sopan. Tapi, sebenarnya Arani anak yang baik dan penurut. Jadi, mohon untuk lebih bisa bersabar lagi. Jangan sungkan menegur dia kalau dia salah" tutur Dafa.

"Saya bisa mengerti kek. Dan untuk kedepannya saya akan berusaha membuat dia menerima saya sebagai suaminya" jawab Leo.

"Oh satu lagi, jangan sungkan untuk mengingatkan dia melakukan kewajibannya sebagai seorang istri" kata Dafa lagi. Leo tak menjawab dan hanya tertunduk malu.

"Jangan terlalu polos. Kamu ini lelaki. Harus pegang kendali" timpal Roman.

"Betul kamu man" Sahut Dafa.

"Sayang. Kalo mau istirahat, jangan dikamar kamu ya soalnya dipake sama cucunya tante Tina. Kamu di master room nomor 2" kata Lily.

"Hm iya"

"Sebelum kamu pindah kerumah baru, kalian kan sementara tinggal dirumah ini. Kalo tidur dikamar kamu, itu sempit. Jadi kamu dan Arani tidur di master bedroom no 2" timpal Edwin.

"Lho? Aku satu kamar sama Arani?" tanya Leo.

"Iyalah. Kok seneng banget keliatannya" jawab Edwin.

"Ini kaget pa" ralat Leo. Edwin tertawa.

"Yaudah. Istirahat sana. Pakaian kamu udah ada didalam lemarinya" kata Lily. Leo mengangguk paham dan beranjak pergi kekamar yang dimaksud.

Jodoh Untuk LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang