Tiga Belas

1.2K 76 0
                                    

Leo terus mengejar Arani saat Ia tak berhenti melangkah menuju kamar nya sambil terus menangis tersedu-sedu.

Gadis yang kini berbadan dua tersebut langsung menghempaskan dirinya diatas ranjang kingsize di kamarnya. Sementara, Leo kini kebingungan dan memutuskan untuk duduk disofa sambil terus memijat keningnya. Ia tidak tau harus melakukan apa sekarang.

Setelah beberapa saat, Leo menghampiri Arani dan duduk di tepi sofa. Ia menarik nafas dalam, alih-alih mengumpulkan segenap keberaniannya.

"Maafin saya ra. Saya nggak berniat membohongi kamu soal identitas asli saya ataupun berniat menyakiti kamu dengan pertanyaan saya. Saya memang salah. Saya cuma nggak nyangka bisa menghamili kamu" Tutur Leo sambil memejamkan matanya. Seketika Arani langsung bangkit dan duduk menghadap Leo. Ia mengusap air matanya yang mengalir dipipi dengan kasar. Lalu melepas flat shoesnya.

PLAKKK

Arani sukses menampar pipi Leo dengan flat shoes tersebut.

"Akhh" pekik Leo. Ia tercekat bukan main dengan sikap kasar Arani. Sontak ia berdiri sambil menatap Arani tak percaya. Namun, sesaat kemudian ia tersadar lalu berusaha menahan emosinya. Arani mendongakkan kepalanya seraya menatap Leo dengan sangat tajam. Lelaki ya g juga metangkap sebagai wanita tersebut selalu luluh lantah fengan tatapan wanita tulen dihadapannya.

Air mata Arani kembali mebgalir deras dan ia memukuli tubuh Leo berkali-kali dengan tangannya. Leo berusaha melindungi diri tanpa melawan sedikitpun.

Cukup lama Arani tak juga berhenti, akhirnya Leo berusaha menahan kedua tangan mungil Arani.

"Cukup Ra cukup. Kenapa kamu jadi kasar begini sih?!" kata Leo dengan nada tinggi. Arani tertegun.

"Lo? Bentak gue?" tanya Arani. Ia tertawa pelan. Lalu kembali duduk ditepu ranjang. Ia tertunduk dan masih menangis.

"Ma..af Ra. Saya...."

"Lo udah ancurin semua mimpi gua" Kata Arani memotong ucapan Leo. Nadanya terdengar sangat lirih. "Lo ancurin masa depan gue. Gue merasa ini semua nggak adil. GUE MARAH. APA GUE SALAH?! HAH?!!!!" Lanjut Arani dengan nada tinggi. Leo menghela nafas lalu ikut duduk disebelah Arani.

"NGAPAIN DUDUK ATAS DIKASUR?! DUDUK DIBAWAH!!!" Seru Arani. Leo mengangguk lalu ia duduk dilantai. Bersimpuh tepat dihadapan Arani.

"Nggak. Kamu nggak salah. Saya yang salah" Kata Leo.

"Lo punya hati dan otak nggak?!" tanya Arani sambil menekan jari telunjuknya didada dan kening Leo. "HAH?"

"Orang kaya seperti lo. Emang nggak tau rasanya hidup susah. Orang seperti lo luarnya aja baik. ASLINYA BUSUK!! Kalian manfaatin gue? Salah gue dan kakek gue apa? Kalian bodohin kakek gue? Kalian ancurin masa depan gue! Termasuk LO!!!" Seru Arani lebih lantang.

"Kenapa kamu sampe berpikir begitu Ra? Pikiran kamu salah Ra. Keluarga saya nggak pernah bermaksud jahat terhadap kamu apalagi kakek kamu. Saya pikir dengan semua penjelasan Dokter Zee kamu bisa paham dengan sikap saya tapi kamu malah kaya gini"

"Nggak usah banyak omong. Gue benci sama lo. GUE JIJIK PUNYA SUAMI YANG GENDERNYA AJA NGGAK JELAS! LO PIKIR GUE LESBI, NIKAH SAMA CEWEK???!!! GUE MINTA. LO CERAIKAN GUA SEKARANG JUGA. GUE MAU GUGURIN ANAK INI KARNA GUE NGGAK SUDI NGANDUNG AN.....!!!" Sulut Arani.

"CUKUP RA!! Kamu gila?!!" Sontak Leo berdiri. "Ra saya memang punya kelainan. Tapi saya ini juga laki-laki dan udah jelas saya bisa buat kamu hamil. Lesbian apanya? Saya nggak akan pernah ceraikab kamu sampai kapan pun. Dan saya nggak akan biarkan kamu untuk gugurin anak itu" Tukas Leo memotong ucapan Arani.

"Haha. Tetep aja. Menjijikan! Kenapa?! Kenapa lo tahab gue?!"

"KARNA SAYA MENCINTAI KAMU. DEMI TUHAN SAYA CINTA KAMU RA!! Saya. Akan menjaga kamu dan anak kita. Sampe kapanpun. Dan apapun yang terjadi. Tolong beri saya kesempatan. Ingat dosa Ra. Anak itu nggak salah apa-apa. Jangan kamu bunuh! Dan untuk masalah sekolah. Tinggal beberapa bulan lagi kamu lulus sekolah. Saya janji akan melanjutkan study kamu setelah kamu melahirkan. Apapun yang kamu mau pelajari. Akan saya biayai. Asal kamu pertahankan anak kita" kata Leo. Arani terdiam. Leo meraih tangan Arani dan kembali bersimpuh. "Saya mohon Ra" Kata Leo. Arani menepis Leo dan mendorongnya, hingga Leo terhempas. Sedetik kemudian, Leo kembali memperbaiki posisinya.

"MENJIJIKAN YA ANDA INI? KELAMIN NGGAK JELAS. SUKA MAKSA, CULUN, BAJINGAN, BRENGSEK, BEJAT, PEDOFIL!!!" kata Arani lengkap.

"Saya terima semua ucapan kamu. Apapun itu. Hati saya udah kebal kok ra. Saya nggak peduli kamu mau ngatain saya apa. Intinya saya akan tetap selalu berusaha jadi suami dan ayah yang baik. Saya janji akan menuruti semua keinginan kamu, sekalipun saya harus sujud dikaki kamu. Saya penuhi semuanya. Kecuali hal yang membahayakan pernikahan kita, membahayakan hidup kamu dan anak kita. Mengerti?" tutur Leo. Matanya menatap Arani dengan seksama. Arani terdiam lagi. Ia berusaha melihat ketidak seriusan dari mata Leo. Tapi nihil. Sorot mata Leo terlihat sangat tulus. Hingga hati Arani berdegup sangat kencang seketika. Dan ia selalu membenci hal itu.

"Ingat Ra. Saya akan melindungi kalian dan memenuhi keinginan kalian sampai akhir hayat saya. Kamu dan anak kita akan menjadi keluarga kecil yang saya punya sampai nanti waktunya saya pulang ke sisi Tuhan. Jadi saya mohon dengan amat sangat. Pertahankan dia. Dia berhak untuk hidup Ra" lanjut Leo tak melepaskan tatapan nya dari mata Arani barang sedetik. Air mata Arani mengalir. Seketika ia mendorong dada Leo cukup keras. Dan ia pergi kekamar mandi.

***

Sabtu sore yang mendung. Disertai semilir angin yang mendayu cukup kuat. Untung saja hujan tidak turun selama acara peresmian rumah baru Leo dan Arani dilaksanakan.

Acara yang diselenggaran dirumah tersebut diramaikan hanya dengan keluarga Leo. Hanya syukuran kecil-kecilan agar rumah tersebut selalu membawa berkah kesehayan dan juga rezeki bagi penghuninya.

Lambat laun keluarga Leo mulai meninggalkan tempat. Begitupun dengan orang tua mereka. Setelah membantu keduanya membereskan rumah, mereka pamit pulang dan membiarkan Leo dan Arani berdua saja dirumah baru mereka.

Rumah tipe 150 tersebut Leo beli belum lama ini, lalu ia merenovasinya agar terlihat lebih apik dan nyaman. Rumah bergaya minimalis modern dua lantai yang terdapat rooftop tersebut dibalut dengan warna monokrom dan sentuhan kayu jati dibebedapa titik. Didalamnya terdapat 2 kamar utama dilantai dua, satu kamar tamu dan satu kamar ART dilantai dasar. Ruang tamu, dan ruang keluarga tergabung dengan ruang makan dan dapur. Setiap kamar memiliki kamar mandi. Pekarangan depan bergabung dengan carport dan terdapat garasi juga. Lalu pekarangan belakang terdapat taman dan kolam renang minimalis.

Saat ini, Arani duduk bersama Leo diruang keluarga mereka. Padahal barang-barang mereka pun belum ditata dikamar. Sebab, saat datang kerumah. Acara langsung dimulai dan berjalan dengan sangat sederhana. Hingga Leo dan Arani tak sempat mengatur keperluan mereka. Sebab Leo ingin saat mereka menginjak dirumah barunya, acara syukuran diadakan lebih dahulu.

"Gimana Ra? Kamu suka?" tanya Leo pada Arani. Gadis itu hanya mengendikkan bahunya. "Biasa aja" sahut Arani. Leo tau bahwa istrinya berbohong. Ia sempat memergoki bahwa Arani tersenyum saat mereka baru tiba dan mengamati rumah ini.

"Ra, saya mau beresin barang-barang dikamar kita dulu ya. Biar sekalian beres" Ujar Leo.

"Kamar kita?" ulang Arani. Leo mengangguk.

"Kita kan udah nggak tinggal sama orang tua lo. Disini juga ada 4 kamar. Jadi seharusnya kita bisa beda kamar" kata Arani.

"Kenapa gitu? Saya mau satu kamar sama kamu. Ya kalo kamu butuh sesuatu kamu kan jadi lebih mudah mintanya. Hm saya tidur disofa lagi juga nggak apa-apa" Sahut Leo.

"Nggak usah berlebihan. Gue mau kita tidur dikamar yang beda. Atau gue nggak mau tinggal disini" ancam Arani.

"Kenapa kamu suka ancam saya sih?". Arani tak menjawab. "Yaudah oke saya ambil kamar sebelah kamu supaya deket sama kamu" kata Leo akhirnya. "Terserah"

Hoek hoek

Arani tiba-tiba mual. Ia bergegas pergi ke wastafel yang ada didapur. Leo menghampirinya.

"Kamu mual lagi ya?" tanya Leo.

"Gak buta kan? Hoek. Bisa liat sendiri kan? Kenapa masih hoek tanya?" kata Arani.

"Iya maaf" Sahut Leo

"Satu lagi. Gue nggak mau ada tetangga yang tau kalo kita suami istri" kata Arani dengan sangat jelas. "Kok gitu?"

"Gue itu masih SMA!! Gue nggak mau dicap hamil diluar nikah atau apalah" kata Arani. "Pokonya gue. Nggak. Mau!! Titik! Kalo ada yang tanya bilang aja gue keponakan lo" lanjutnya. Leo hanya terdiam lalu mengangguk pasrah. "Bawain tuh barang-barang gue" Tukas Arani lalu berjalan kelantai dua, menuju kamarnya. Leo pun mengiyakan untuk membawa barang Arani yang masih berada di lantai dasar.

Lalu, sesudah itu keduanya pergi ke kamar masing-masing untuk menata pakaian mereka.

Jodoh Untuk LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang