Tiga Puluh Dua

1.3K 81 16
                                    

Leo tiba dirumahnya satu jam lalu, tepat saat jam makan siang. Ia pergi untuk mengambil pakaiannya yang kemarin ia tinggal dan motornya untuk ia bawa pergi main futsal nanti, alih-alih ingin makan siang bersama Arani.

Usai membeli makanan, Leo langsung kerumahnya. Sementara Arani sedang bersantai diruang keluarga sambil menonton TV.

Hati perempuan itu ketar-ketir menunggu kedatangan Leo. Bukan tanpa permisi Leo berkunjung. Lelaki sekaligus wanita itu juga menanyakan perihal menu makan apa siang yang nanti akan mereka santap bersama.

Perasaannya khawatir, menimbang sikap apa yang akan ia kenakan saat berhadapan dengan Leo. Dia sendiri heran, bagaimana ia bisa sebegitu bingung. Padahal biasanya tidak begitu. Akhir-akhir ini pikirannya memang sering menyangkut pautkan pada sosok Leo dalam beberapa kegiatannya dirumah maupun disekolah. Disaat seperti itu, bibir Arani terus mengulas senyum tanpa ia sadari.

"Ra?" panggil Leo. Sontak Arani beringsut duduk dan menatap Leo yang baru saja datang. Jantungnya berdegup kencang tak karuan.

"Ini pesenan ayam gebuk nya. Maaf lama. Makan dulu yuk." kata Leo lalu duduk disebelah Arani. "Bu, ayo makan bareng. Saya udah beli makanan" Seru Leo. Bu Ningsih berjalan menghampiri Leo dari arah dapur.

"Waduh kok jadi ngerepotin tho pak?"

"Repotin apanya? Nggak ko. Yaudah kita makan bareng ya"

"Kalo gitu saya ambil minum dulu. Non sama Den Leo mau minum apa?"

"Saya air putih dingin aja.... Kamu apa Ra?"

"Sama" kata Arani.

"Oke"

Tidak butuh waktu lama, Bu Ningsih kembali dengan membawa nampan berisi minuman, lalu duduk disamping Leo.

Leo tersenyum kala melihat Arani yang makan dengan fokus dan lahap sambil menonton TV. Membuatnya terlihat seperti anak-anak.

Arani tersentak saat ponsel Leo yang diletakkan diatas meja tiba-tiba berdering dengan keras. Ia menatap layar ponsel milik Leo. Jelas terlihat nama Ira terpapar disana. Leo menolak telpon masuk dari Ira dengan santai lalu mengatur mode pesawat pada ponselnya dan kembali makan.

Sontak saja perempuan yang kini berbadan dua itu merasa kesal. Karna Ira ternyata masih berani menghubungi suaminya. Arani menatap Leo dengan sinis meski Leo hanya fokus makan tanpa menatap Arani atau berniat menjelaskan hal yang baru saja terjadi.

"Bu, baju saya udah kering belum ya?" tanya Leo.

"Udah Den, itu saya udah gosok juga" sahut Ningsih.

"Nanti tolong di lipetin ya bu, terus taro dipaper bag. Mau saya bawa" kata Leo.

"Oalah. Apa ndak ditaro disini aja? Siapa tau nanti mau nginep pas besoknya hari kerja, jadi udah ada baju ganti"

"Gak Bu, Leo gak akan nginep disini kok. Nanti kalo mantan pacarnya nyariin, dia bisa marah kalo tau Leo disini" sela Arani sarkastik. Leo saling menatap dengan bu Ningsih dengan tatapan pasrah.

"Saya mau bawa aja bajunya bu. Kalo pun saya nginep nanti saya bawa baju ganti" kata Leo.

"Yaudah kalo gitu Den"

Nafsu makan Arani hilang seketika. Ia menaruh sisa makanannya diatas meja. Leo menatap Arani heran. Namun, tanpa berkata apa-apa.

"Ra, nanti motor yang digarasi saya bawa dulu ya. Mobil saya tinggal disini"

Arani menatap Leo. "Tumben. Mau kemana?"

"Main futsal. Tadi diajak Mario"

"Mario siapa?"

Jodoh Untuk LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang