Leo baru saja selesai mandi. Ia melihat Arani yang terbaring dengan wajah yang tampak sangat kelelahan. Sambil menggosok rambutnya yang masih basah, ia berjalan menghampiri istrinya dan berbaring disebelahnya. Leo menarik selimut untuk menutupi tubuh Arani dan dirinya yang hendak tidur.
Baru saja mematikan lampu nakas, tiba-tiba ponselnya berdering. Leo buru-buru memeriksa sebelum Arani terbangun karna terganggu. Dahinya mengernyit ketika menatap layar ponselnya. Sebuah nomor tak dikenal tengah menghubunginya.
Leo beranjak dari ranjangnya dan melangkah menjauh dari Arani.
"Hallo" Jawab Leo.
"Hiks.. Hikss.. Hiks" Terdengar suara tangis seorang wanita yang tampak sesegukan diseberang sana.
"Hallo? Maaf ini siapa?" Tanya Leo mulai panik.
"Hiks.. Hiks"
"Maaf sepertinya anda salah sambung" Kata Leo.
"Leo..." Ucap seseorang ditelpon saat Leo hendak mematikan telpon. Suaranya terdengar parau.
"Ya? Siapa ini?" Tanya Leo.
"Jahat!" Seru seseorang ditelpon dengan berteriak.
"Ha?" Kata Leo tak mengerti.
"Kamu jahat" Kata seseorang itu lagi.
Leo terdiam sejenak. Suara yang terdengar familiar itu. Masih belum bisa Leo kenali. Bukan suara Hima, bukan suara Ira ataupun suara Omy. Leo mampu mengingat suara mereka dan yakin bahwa yang menelponnya saat ini bukanlah mereka. Hanya saja Leo tidak berpikiran suara siapa yang sedang ia dengar kini.
"Kamu! Nggak akan! Bahagia!" Kata wanita itu dengan geram. Leo meneguk ludah. Ia bisa mengerti seberapa marah orang tersebut dengan dirinya. Namun, ia tidak mengerti apa sebabnya.
"Sial! Siapa ini? Jangan macam-macam kamu" Tukas Leo.
"Sakit. Hati aku sakit! Lelaki brengsek!!!"
"Dasar gila!" Umpat Leo.
"Leonardi. Keenan. Vicente. Seharusnya aku yang kamu nikahi. Bukan bocah sialan itu!"
"Gila!" Umpat Leo.
Bip.
Leo memutus telponnya. Ia memblokir panggilan dan pesan masuk nomor tersebut. Setelah itu ia mematikan ponselnya. Leo menoleh menatap Arani yang masih terlelap. Untunglah dia tidak terbangun.
Leo kembali berbaring bersama Arani dan memaksa matanya untuk terpejam sembari melupakan kejadian barusan.
***
"Kadonya banyak banget. Sampe capek deh bukainnya" Keluh Arani lalu menyandarkan tubuhnya di sofa. Leo tersenyum sambil mengelus rambut Arani.
"Sini. Tiduran" Kata Leo sambil menepuk pahanya. Arani mengangguk antusias. Ia meletakkan kepalanya di paha Leo.
"Pa?"
"Hm?"
"Waktu nikah. Papa jadi raja. Tapi buat Mama. Papa itu raja setiap hari" Tukas Arani. Leo menatap Arani beberapa saat lalu tertawa terbahak-bahak.
"Dan Mama ratu buat Papa" Kata Leo.
"Kalo Mama itu ratu. Berarti harus diturutin kemauannya setiap hari dong?" Tanya Arani.
"Memang mau apa? Emas? Berlian? Nggak usah lah, pake karet gelang aja ya" Kata Leo lalu tertawa. Arani langsung memicingkan matanya sambil menatap Leo.
"Nggak mau"
"Terus"
"Eum apa ya" Kata Arani sambil menggigit bibirnya sensual. Perlahan tangannya menjalar ke dada Leo lalu semakin kebawah. Ia mengelus tonjolan junior Leo dari luar celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Leo
Ngẫu nhiênArani Adelia, gadis 17 tahun yang amat membenci seorang pria berusia 34 tahun bernama Leonardi Keenan Vicente yang tak lain adalah suami sekaligus guru Sosiologi nya sendiri. Pernikahan atas dasar perjodohan dari kedua kakek mereka, membuat mereka t...