Delapan

1.2K 80 2
                                    

Leo tiba dikediaman Omy bersama Irman. Selama ini ia tak pernah mengetahui dimana rumah Omy. Sebab itu ia harus menjemput Irman dan istri serta anaknya untuk datang ke pesta ulang tahun Omy.
Mereka pun masuk kedalam sebuah rumah bergaya amerika klasik dua lantai. Dimana para tamu undangan hilir mudik kesana.

Mereka berjalan masuk mengikuti para tamu undangan yang juga baru datang. Rumah tersebut sudah dihias dengan tatanan khas ulang tahun yang elegan.

Semua orang sudah berkumpul diruangan tersebut. Jam sudah menunjukkan pukul 20:58. Omy keluar bersama keluarganya. Semua perhatian tertuju pada Omy saat dirinya mendentingkan gelas pertanda acara akan segera dimulai. Semua mata terpana dengan Omy yang terlihat jauh berbeda dari biasanya. Ia mengenakan gaun selutut berwarna putih dengan model ballerina. Rambutnya diurai bergelombang dan diberi jepitan berwarna senada. Tata rias wajahnya membuat ia terlihat tampak awet muda.

"Terimakasih buat semuanya yang udah hadir. Acara ini selain bermaksud merayakan ulang tahun, saya juga bertujuan untuk reuni kecil-kecilan. Dengan ini saya beritahu bahwa acara dimulai" kata Omy dengan santai.

Acara berlanjut menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan tiup lilin serta pemotongan kue. Potongan pertama diperuntukkan untuk kedua orang tuanya yang ikut serta dalam acara.

"Kue potongan kedua saya berikan untuk..." Omy menjeda. Membuat para hadirin yang semula riuh bersorak dan bertepuk tangan menjadi hening. "Guru Sosiologi yang saya sayangi, Pak Leo" lanjut Omy. Leo terperangah mendengar namanya disebut. Terlebih lagi saat Zaky, guru Biologi yang tiba-tiba mendorongnya keluar dari kerumunan untuk menghadap Omy. Leo yang merasa bingung saat semua orang mulai bersorak lagi. Mau tak mau memaksa dirinya segera sadar. Tak ada pilihan selain berpura-pura tersenyum lalu menerima kue tersebut. Omy mengambil satu suapan lalu mengarahkannya pada Leo. Pria itu membuka mulutnya dengan sedikit ragu. Suapan tersebut berhasil masuk kedalam mulut Leo.

Omy tersenyum lebar membuat matanya semakin terlihat sipit. Wanita itu menarik pundak kiri Leo hingga tubuhnya sedikit tertunduk lalu mencium pipi kanan dan kirinya. Ia sadar bahwa saat ini semua pasang mata tertuju pada Leo dan Omy. Tidak hanya itu, moment ini bahkan sudah diabadikan oleh beberapa orang yang stand by kamera. Tapi, ia tak bisa melawan. Sebab, ia tak mungkin mengacaukan pesta Omy.

Sorak sorai gembira tamu undangan semakin meriah. Dan berhenti saat Omy mempersilahkan semua orang untuk mencicipi hidangan yang sudah disediakan. Semua orang berkelompok untuk mengobrol dan bertukar cerita bahkan hingga kenalan.

"Wah wah wah kayanya ada yang sebentar lagi nggak jomblo nih" cibir Leni. Para guru yang ikut mengobrol menyetujui pendapat Leni, si guru Kimia.

"Udah pak. Jangan lama-lama. Mau nunggu apa sih?" Timpal Mustafa.

"Apa mau resepsi bareng saya pak? Nanti soal budget kita bagi dua" Tambah Murad. Semua orang tertawa. Leo yang masih sedikit shock hanya dapat diam mendengarkan teman-temannya sambil sesekali tertawa.

"Pak. Boleh minta waktunya sebentar?" tiba-tiba Omy datang dengan gerak tergesa-gesa. "Saya?" tanya Leo. Omy mengangguk "Dipanggil mami dan papi" lanjutnya.

"Cieeeeeee mau dapet restu nih yeeee" Goda teman-temannya.

Leo tak menggubris celotehan rekan kerjanya. Dan langsung berjalan mengikuti Omy.

Omy membawa Leo ke ruang kerja Hans, papi Omy. Disana sudah ada kedua orang tua Omy. Ke empatnya duduk berhadapan.

Hans sudah tersenyum sejak Leo masuk kedalam ruangan tersebut hingga Leo sudah duduk dihadapannya.

"Perkenalkan, Saya Hans, papinya Omy. Sebelumnya saya minta maaf telah mengganggu waktunya, nak Leo" kata Hans membuka obrolan. Leo tersenyum ramah seperti biasanya.

Jodoh Untuk LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang