Sebelas

1.3K 73 15
                                    

Satu bulan berlalu, perlakuan Arani semakin tak mengenakan. Sikapnya semakin kasar pada Leo, nyaris membuat lelaki itu menyerah pada pernikahannya.

Meski merasa sangat sedih karena mendapat perlakuan tersebut, Leo tetap berusaha sabar dan tegar. Ia menuruti semua keinginan Arani sebagai bentuk tanggung jawabnya. Pendiriannya hanya satu, yaitu menikah sekali seumur hidup. Rasa cinta nya terhadap Arani membuatnya kuat untuk selalu bertahan.

Sejak hari itu, kesehatan Arani menjadi tidak stabil. Terlebih pada dua minggu terakhir ini. Puncaknya adalah tiga hari terakhir, Arani sampai tak masuk sekolah karena sakit. Gadis itu selalu menolak jika ingin diajak berobat dan hanya memilih istrahat dirumah.

Arani sudah tertidur sejak satu jam lalu. Dan Leo meninggalkan Arani dikamar untuk sekedar bersantai diruang keluarga. Sambil menikmati kopi dan molen bandung kesukaannya.

"Leo, anak Mama yang ganteng, lagi ngapain sayang" tanya Lily tiba-tiba datang.

"Ma, stop kaya gitu dong. Aku udah dewasa Ma". Lily mengangguk meremehkan.

"Kalo kamu lelaki dewasa. Seharusnya kamu bisa tegas dong ke istri kamu"

"Tegas gimana?". Lily menghela nafasnya.

"Mama nggak tahan lagi buat ngomong. Leo, Mama mau tanya. Udah lama Mama mau nanya ini". Leo terkekeh melihat raut wajah serius Mamanya. "Ada apa sih Ma?"

"Kamu yakin mau pindah kerumah kamu?" tanya Lily.

"Yakin lah ma. Kan udah selesai renovasi dan siap pakai" jawab Leo santai.

"Mending kamu kontrakin aja deh lumayan ngasilin duit. Daripada kamu tinggal berdua aja sama Arani" kata Lily. Leo mengernyitkan alisnya. "Mama ini gimana sih? Memang kenapa ma?"

"Leo, Mama tau semuanya"

"Tau apa ma?"

"Waktu Mama pergi kerumah tante Tina. Kamu itu ribut dengan Arani kan? Terus dia ada pukulin kamu. Mama tau dari pak Giman". Leo terperanjat dengan ucapan Lily. Pak Giman adalah tukang kebun dirumahnya. Leo lupa bahwa saat itu ada beliau. Dan mungkin ia mendengar. "Pak Giman bilang ke Mama karna dia khawatir saat itu" Lanjut Lily.

"Oh itu. Hm itu memang salahku Ma. Aku lepas kendali" kata Leo santai.

"Kamu ribut sama Arani waktu itu. Karna..."

"Udahlah ma. Itu salah ku kok" sela Leo.

"Salah kamu apanya?"

"Aku mau tanya. Ada apa di Soju yang saat itu aku minum?? Aku lost control ma. Aku lakuin itu sampai pagi dan dia tersiksa karena itu. Dan dia marah" tutur Leo.

"Kamu diapain aja? Dipukulin kan? Bahkan sampe sekarang kamu suka dipukulin dia kan? Apa harus Mama tegur. Kan wajar kamu minta itu sama dia"

"Apaansih Ma. Ini masalah rumah tangga ku. Dan aku udah buat dia tersiksa Ma. Udahlah, Mama gak perlu ikut campur masalah ini. Aku itu Laki-laki, aku baik-baik aja, tapi Arani wanita tulen Ma. Dia mau pukul aku gimana tetep aja gak sebanding sama tubuh aku" Seru Leo.

"Kata Bik Irma, dia pulang dari pasar, kamu lagi rapihin lampu tidur yang pecah"

"Itu cuma nggak sengaja ketarik aja ma, jatuh dan pecah. Makanya aku buang"

"Leo, mama khawatir kalo kamu tinggal berdua aja"

"Ma, aku baik-baik aja. Aku tau Arani nggak seperti itu aslinya"

"Yaudahlah terserah kamu"

"Pak, pak. Non Arani pak." Kata Bi Irma tergesa-gesa.

"Kenapa Bi?"

Jodoh Untuk LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang