Lima Belas

1.1K 64 0
                                    

Leo sudah siap pergi bekerja. Lalu Ia turun dari kamarnya menuju dapur. Perutnya terasa sangat lapar. Ia pergi memeriksa meja makan. Tidak ada satupun makanan yang tersedia. Dapur juga terlihat sepi, tidak ada Arani. Padahal saat masih dirumah orang tuanya, setiap pagi perempuan itu sudah sibuk berkutat didapur untuk membuat sarapan.

Tak lama, Arani datang daei kamarnya. Matanya memandang setiap inci meja makan yang hanya ada keperluan untuk makan.

"Kenapa nggak ada sarapan?" kata Arani. Leo mengangkat kedua alisnya.

"Hm? Saya kira kamu yang akan buat sarapan seperti biasanya" kata Leo. Arani memicingkan matanya lalu ia berjalan kehadapan Leo, membuat hati lelaki itu ketar-ketir.

"Lo masih berharap gue layanin lo sebagai suami gue?? Jangan mimpi lo!!" Tukas Arani.

"Maaf ra. Tapi bukan itu maksud saya. Ya, biasanya kamu bikin sarapan dirumah Papa" kata Leo.

"Gue bikin sarapan dirumah orang tua lo. Karna ada kakek gue. Bukan karna lo atau orang tua lo!". Leo mengangguk paham.

"Hm gitu ya? Yaudah kalo gitu, saya aja yang bikin sarapan ya. Kamu mau makan apa? Saya bisa masak ko"

"Gue bilang apa kemarin? Nggak usah sok baik!! Ngerti nggak sih?" bentak Arani.

"Iya maaf. Saya cuma menawarkan. Karna saya gak mau kamu telat makan. Kamu harus cukup makan demi kesehatan kamu dan anak kita"

"Bisa nggak? Lo nggak usah selalu bahaa anak ini? Gue muak tau nggak setiap kali inget kalo lagi hamil. Udahlah gue mau berangkat sekarang aja". Leo mengangguk. Mereka pun segera berangkat.

***

Suasana sekolah masih sangat sepi karna belum banyak yang datang. Leo tiba terlalu pagi. Setelah meletakkan tasnya di meja. Ia beranjak menuju ke kantin untuk mengisi perutnya. Tapi saat ia sudah diambang pintu, ia berpapasan dengan Omy.

"Selamat... pagi pak" sapa Omy. Ini pertama kalinya Omy menyapa Leo lagi sejak kejadian malam itu. Omy sempat menjauhkan diri dari Leo. Dan Leo pun menghiraukannya. Hal itu sangat nampak sehingga banyak orang bergosip tentang keduanya. Banyak asumsi yang mereka ucapkan. Tapi, Omy sama sekali tak memberi tau siapapun perihal Leo yang sudah menikah.

Leo tersenyum "Pagi Bu" balasnya.

"Eum.. Pak. Saya mau minta maaf atas kejadian itu. Itu salah saya" kata Omy sambil menunduk.

"Nggak apa-apa. Saya udah lupain soal itu" kata Leo. Omy mengangguk.

"Ng. Pak Leo udah sarapan belum? Mau sarapan bareng saya? Kebetulan saya bawa bekal buat sarapan" Kata Omy. Leo ternsenyum sambil melihat satu kotak bekal hang dipegang perempuan itu.

"Nggak Bu. Terimakasih. Maaf saya mau ke kantin" Kata Leo. Belum sempat Omy menjawab, ia sudah berlalu ke kantin.

Ada beberapa murid dan guru yang sudah tiba disekolah dan sarapan di kantin.

Lantas Leo membeli satu porsi nasi uduk yang di jual Mpok Minah. Nasi uduk khas betawi nya sangat terkenal gurih dan murah. "Eh bapak ganteng. Tumben Pak sarapan di kantin" Kata Mpok Minah.

"Bisa aja mpok bilang saya ganteng. Teknik marketing ya" Sahut Leo. "Iya Mpok. Lagi nggak sempet sarapan dirumah. Nasinya satu ya. Jangan pake bawah goreng. Sambelnya yang pedes jangan sambel kacang" Lanjut Leo.

Setelah pesanannya jadi, Leo duduk di kursi kosong yang tak jauh dari stand Nasi uduk Mpok Minah. Dikursi tersebut ada Pak Murad yang juga lagi sarapan.

"Makanya pak cepet halalin calonnya. Biar nggak sarapan di kantin terus" Goda Leo.

"Bisa aja pak Leo. Padahal sendirinya jomblo" Sahut Pak Murad. Leo hanya tertawa lalu bergegas makan.

Jodoh Untuk LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang