11

254 54 4
                                    

Jemari Nahee nyentuh beberapa ornamen dari benda-benda yang ada di kamar hotel itu begitu kakinya melangkah masuk. Aneh rasanya, mengingat kamar sebesar itu cuma dia yang bakalan nempatin.

Cowok bermarga Kim itu di luar dugaan banget, pikir Nahee. Bisa-bisanya beneran ngasih kamar hotel yang...?????

Padahal mereka bakalan menetap cuma sampai hari sabtu malem.

"Nona," panggil Miss Han yang tiba-tiba menginterupsi pikirannya. "Ada telepon dari Tuan Jinyoung. Ponsel Nona apakah tidak aktif?"

"Bilang aja aku gak mau diganggu," kata Nahee ngebodo amatin.

"...tapi, Nona, Tuan Jinyoung sudah benar-benar marah," jelas Miss Han. "Setidaknya Nona dengarkan apa yang ingin Tuan Jinyoung bicarakan."

Nahee ngehela napasnya males terus ngebanting badannya ke sofa besar yang ada di tengah ruangan itu. Sebelum akhirnya ngulurin tangannya buat minta Miss Han ngasih ponselnya ke dia.

"Lo dimana?!" Jinyoung kedengeran langsung emosi.

Nahee ngulas senyuman tipis. "Lagi mau jalan ke Marina Bay."

"Marina Bay?!" Jinyoung makin bersungut-sungut. "Lo lupa hari ini ada acara apa, Kang Nahee?!"

Nahee nengokin kepalanya ke Miss Han, seolah-olah dia gak tahu hari itu ada agenda penting yang harus dia datengin—ya, walaupun Jinyoung gak bisa ngelihat. "Emang agenda aku harusnya hari ini ngapain, Miss?"

"Mami udah marah-marah ya, Hee. Lo cari mati apa sama gue?!" Serobot Jinyoung lagi.

Nahee malah mainin kuku-kuku tangannya yang kosong, "tinggal bilang gue mendadak gak bisa dateng?"

"Bener-bener, ya, lo?!"

"Lo kenapa sih emosian gitu?" Ledek Nahee. "Santai aja kali."

"...lo masih bisa nyuruh gue santai?" Desis Jinyoung pelan. "Kang Nahee, gue ingetin kalau seharunya di menit ini, lo ada di samping gue dan akting jadi calon istri gue, paham?"

"Oh..." sahut Nahee pelan. "Lo masih butuh gue ya emang?"

"Maksud lo?!"

"Gue udah nungguin lo 2 jam dan lo bilang gak mau dateng. Apa gue ngomel?" Jelas Nahee. "Terus sekarang kenapa lo ngomel?"

"Nahee dengerin," kata Jinyoung kedengeran gak mau dibantah. "Itu cuma fitting baju dan yang harus gue coba pasti cuma setelan jas 'kan? Yaudah, kenapa gue harus dateng? Udah pasti sama juga ukurannya, gak akan beda."

Penjelasan Jinyoung bener-bener gak masuk akal buat Nahee. Bisa-bisanya cowok itu bilang kaya gitu?

"Yaudah, kalau gitu silahkan makan siang sama keluarga lo sendirian, 'kan sama juga?" Sahut Nahee dengan nada males. "Udah ya. Sibuk."

"Nahee—" omongan Jinyoung keputus karna Nahee langsung mutusin sambungannya sepihak dan ngebuat cowok itu beneran langsung naik darah.

***

"Pak Lee," panggil Jinyoung ke asisten pribadinya yang nggak lama setelahnya, langsung berdiri di hadapannya.

"Iya, Tuan."

"Singapur, sekarang."

"Tapi, setelah makan siang, Tuan ada rapat yang tidak bisa ditinggalkan—"

Jinyoung ngehela napasnya kesel. "Setelah rapat," ralatnya. "Cari juga Nahee ada dimana."

"...iya, Tuan?" Pak Lee berusaha mastiin aja karna nggak biasanya dia diperintahin buat nyari keberadaan calon istri dari majikannya itu.

"Nahee," ulang Jinyoung. "Kang Nahee."

Pak Lee masih diem di posisinya. Ngerasa beneran bingung aja. "Pak?"

"...maaf, Tuan. Baiklah, saya akan cari tahu."

"Sampai selesai waktu makan siang, cukup?"

"Baik, Tuan."

***

Love Hate - Bae JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang