02

464 62 3
                                    

"Jin, minggu depan jangan lupa dateng buat cobain baju pernikahannya. Lo bisanya hari apa?" Tanya Nahee ke cowok yang duduk di hadapannya itu sambil sesekali nulis sesuatu di dalam buku agendanya.

Jinyoung yang dari tadi sibuk sama hapenya langsung ngangkat kepalanya buat sekedar mandang cewek di hadapannya itu sekilas, "gak. Sibuk."

"Jin, tapi kalau lo gak mau, ntar diomelin sama Mama gue—"

"Lo lupa gue harus ke Thailand minggu depan?" Sela Jinyoung tanpa harus repot nungguin Nahee selesai ngomong.

Nahee ngehela napasnya sebentar. "Ya makanya gue nanya, lo bisanya hari apa, Tuan Muda Bae Jinyoung?"

"Gak bisa. Gue sibuk dibilang."

Nahee ngedengus males sambil sedikit ngelempar pelan bulpen yang sedari tadi dia pakai buat nulis agendanya minggu depan—sendiri karna asisten pribadinya lagi cuti. "Gue kalau boleh dikasih pilihan juga gak mau nikah sama lo," ketusnya kesel.

Jinyoung yang denger itu langsung ngunci layar hapenya dan ngelihat Nahee, "yaudah, kenapa lo nggak milih?"

"Ya karna gue gak dikasih," Nahee nyahutin lagi. "Gimana sih?"

"Ribet amat mau nikah doang," Jinyoung ngedumel sendiri sambil ngebuang mukanya. "Abis gue balik deh. Kamis."

"Gak bisa. Kamis gue harus—"

"Ck. Kalau gak bisa, gak usah," sela Jinyoung yang langsung ngebuat Nahee ngehela napasnya pelan. "Ribet amat sih?!"

"Yaudah, kamis," Nahee akhirnya ngalah juga.

"Good, gue mau cabut," bales Jinyoung sambil berdiri dari duduknya. Berniat pergi dari acara sarapan pagi—yang butuh diagendain juga setiap minggunya.

Seenggaknya dalam seminggu dia harus sarapan bareng sama Nahee senggaknya sekali. Harus dan wajib.

Itu udah agenda mereka dari kecil.

"Jangan lupa nanti malem, Jin," Nahee ngingetin kalau nanti malem mereka harus dateng ke acara galang dana yang dibuat sama keluarganya.

"Ribet banget sih, ya ampun," Jinyoung ngeluh lagi. "Iya ntar gue dateng."

"Bagus. Jangan buat Oma gue nanya kenapa lo gak dateng."

"Tapi gak janji, ya?" Sambung Jinyoung lagi. "Sebenernya gue udah ada janji juga."

"Oke then," Nahee nyahutin acuh. "Bebas sih, terserah lo aja."

Setelah ngomong kaya gitu, Nahee langsung ikutan bangun juga dari duduknya. Ngeberesin semua barang-barangnya.

Bukan, bukan Nahee beneran ngebodo amatin calon suaminya itu juga. Dia bilang kaya gitu tuh sebagai ancaman juga.

Karna dia tahu, Jinyoung juga bakalan diomelin kalau sampai ketahuan gak dateng.

Oh god, kenapa Miss Han pakai cuti sih? Dumelnya dalam hati karna dia harus ngurusin dirinya sendiri yang biasanya selalu diurusin orang lain.

"Hee, ya bantuin lah. Bantuin cari alesan."

Nahee langsung natap cowok itu males, "untungnya buat gue apa?"

Oke, mungkin kalau Nahee bukan dari keluarga terpandang, Jinyoung bisa keluarin jurus andalannya yang selalu dia pakai buat dapetin cewek-cewek yang dengan senang hati ngelempar diri ke dia.

Tapi ini Kang Nahee. Si tuan putri yang pasti jual mahal setengah mati.

"Lo pernah mikir gak sih kalau nanti kita udah nikah, kita berdua harus sering-sering buat alasan biar kebohongan kita selama ini tetep ketutup?" Tanya Jinyoung. "Gue tahu lo gak suka sama gue dan gue juga gak suka sama lo."

"..."

"Mana mungkin lo hidup, bertahan sampai maut sama orang yang nggak pernah lo suka, Hee?"

"..."

"Jadi anggep aja nanti malem itu latihan. Oke, bey?"

"Dont bey me, I am not yours, Mister Bae Jinyoung."

"No. You are mine, but—"

"..."

"—in the umpteenth position."

"Just in your dream," sahut Nahee terus langsung ngelangkahin kakinya duluan buat pergi dari sana.

Ngomong sama Jinyoung lama-lama bikin naik darah aja.

***

Love Hate - Bae JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang