Nahee yang ngelangkahin kakinya masuk ke dalam rumah itu langsung menganga takjub. Entah, dia lupa udah pernah dateng ke rumah itu atau belum.
Yang jelas, semua interior yang ada di dalem sana, semuanya sesuai seleranya. Bener-bener sesuai.
Rumah itu rumah yang disiapin sama Jinyoung—memang itu rumah yang rencananya bakalan cowok itu tinggalin sama istrinya kelak.
Entah Nahee, entah Jinkyung.
Tapi dia maunya Jinkyung, sebenernya.
"Nyonya," panggil sebuah suara dari arah belakang Nahee.
"Miss Han?" Lirih Nahee. "Nyonya? Aku?" Nahee juga nunjuk dirinya sendiri.
"Iya, Nyonya. Nyonya sudah menikah, jadi tidak sepantasnya dipanggil seperti dulu lagi."
Nahee cemberut, "kedengeran tua."
Jinyoung yang denger itu langsung nyubit gemes sekilas pipi Nahee, "apa sih? Udah aturannya kaya gitu."
"Ya tapi—"
"Kamu mandi dulu, terus kita makan bareng," sela Jinyoung. "Tadi aku udah suruh pelayan siapin air buat kamu. Gih sana. Aku tunggu di ruang kerja, oke?"
***
"Maaf, mengganggu jam kerja kalian," suara Pak Lee menggema di ruang kerja Jinyoung. Tadi, selagi Nahee mandi ditemani Miss Han dan beberapa pelayan yang memang udah dari dulu ikut sama Nahee, Jinyoung merintahin asistennya buat ngumpulin semua pelayan—yang kerja di rumanya—di ruang kerjanya.
Jinyoung mau semua orang yang ada di rumah itu buat bersikap sesuai kemauannya dia—terlebih ke Nahee. Gak ada yang boleh ngomongin apapun—ke Nahee—yang berujung bakalan ngebuat masalah baru.
"Sesuai perintah Tuan Jinyoung, semua yang bekerja di rumah ini harus menuruti semua peraturan yang ada dan juga—" suara Pak Lee menggantung. "—Tuan Jinyoung yang baru saja menikah dengan Nyonya Nahee, meminta kalian semua untuk tetap diam saat Nyonya menanyakan hal-hal yang tidak dia mengerti, seperti informasi-informasi yang tidak sengaja dia lupakan. Jika Nyonya menanyakan hal itu, maka kalian harus meminta Nyonya untuk menanyakan kepada Tuan secara langsung, atau juga bisa ke saya atau Miss Han. Paham semuanya?"
Terdengar suara grusak-grusuk dari para pelayan, tapi akhirnya mereka semua menyanggupi. "Jika paham, kalian boleh kembali bekerja. Tolong layani Nyonya baru kalian dengan sepenuh hati. Terima kasih."
"Tuan," panggil Pak Lee ke Jinyoung yang sedari tadi cuma duduk di kursi singgasananya di ruangan itu dengan suara lirih. "Nona Jinkyung—"
Jinyoung yang awalnya fokus ke kertas-kertas yang ada di tangannya langsung nengadahin kepalanya, "tadi Nona Jinkyung meminta saya untuk menyampaikan kepada Tuan jika Nona Jinkyung harus pergi ke Makau untuk beberapa hari—"
"Ngapain?"
"Nona bilang akan mengunjungi rumah saudaranya—"
"Pak Lee bisa pastikan dia tidak kabur dari saya?" Sela Jinyoung. "Kenapa dibirian gitu aja?!"
"Nona Jinkyung bilang sudah izin ke Tuan tapi sama sekali tidak mendapat jawaban," jelas Pak Lee yang langsung ngebuat Jinyoung ngerogoh hapenya di saku.
Dia langsung nyari-nyari kontak Jinkyung tapi sama sekali gak ada tanda-tanda cewek itu minta izin pergi ke dia. "Gak ada. Dia gak izin ke saya."
"Maaf Tuan—"
"Cari dia sampai ketemu. Saya gak mau tahu," sela Jinyoung kedengeran marah dan gak mau dibantah sama sekali. "Harus ketemu."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hate - Bae Jinyoung
Fanfiction-you make me fall in love, but you hate me too. ©slrmoon - Januari, 2020