10

583 16 0
                                    

Melihat langit yang begitu gelap,dan kemungkinan hujan akan turun tak membuat seseorang disana untuk beranjak tetap dengan lekat menatap lagi itu.

Sesekali menarik napas untuk menghilang rasa desa yang memenuhi dada nya. Sekali tarik napas panjang lalu di hembuskan dengan kasar sudah cukup lelah dirinya melakukan itu.

"Dya?" melihat siapa yang memanggil dirinya Dhiya berbalik lalu tersenyum.

"Kenapa?" tanya nya.

"Kenapa diluar? Angin malam gak bagus Dya." ucapnya.

"Lalu yang bagus untuk ku apa?" lelaki itu terdiam memcerna pertanyaan Dhiya

"Dya jangan mikir yang aneh-aneh dulu, besok udah bisa pulang nanti kalo banyak pikiran nanti mala drop lagi." jelasnya.

"Kita sudah ketemu berapa lama Putra?

"Hampir 3 bulan mungkin,kenapa?"

"Lo mau tau hal yang paling gw syukuri apa?" tanya Dya

Putra terdiam,menunggu kelanjutannya memperhatikan bagaimana cantik dan pucatnya wajah itu.

"Ketemu sama lo." lanjut Dhiya

"Kenapa?"

"Selama ini gue sendiri. Makan,pergi,nongkrong,atau apapun itu gw selalu sendiri. Tapi semenjak lo ada bahkan ketika gw ingin mengakhiri hidup, Lo orang pertama. Gue gak perna mau tau isi hati lo. Kalo pun niat lo buat gw tetap hidup itu karna ada tujuan lain gue gak akan marah. Gak sama sekali."

Putra tetap diam memperhatikan Dhiya.

"Karna dengan begitu lo menganggap gue ada,dan setidaknya ada orang yang menganggap gue ada." lalu melihat ke arah Putra dengan senyum lemah wanita tersenyum.

Seperti tertampar sesuatu Putra merasa seperti kehabisan pasokan oksigen.

"Udah yuk masuk gak bagus lama-lama disini."

"Putra kalo kejadian ini terjadi lagi,tolong biarkan saja gue pergi yaa."jelas Dhiya.

"Lo itu ngomong apa sih!" kesal Putra.

"Maaf jika perempuan ini punya perasaan lebih sama lo. Maaf jika perempuan ini mempunyai mimpi indah sama lo." ucap Dhiya.

"Gw ada disini,gw gak akan pergi. Ayo kita wujudkan mimpi indah lo,gw akan balas semua perasaan lo. Tapi lo harus tetap disini." tegas Putra

Dhiya melihat Putra dengan lembut dengan lemah tangan mungil itu mengelus pipi itu dengan lembut. Putra dapat merasakan tangan dingin Dhiya di pengang tangan itu lalu di cium cukup lama.

"Gue ada disini,gue selalu ada. Gue adalah obat untuk semua luka lo. Jadi janji tetap disini sama gue ya?" ucap putra.

Dhiya tersenyum lembut lalu mengangguk. "Ayo masuk."

Sesampai di kamar Putra langsung membaringkan Dhiya dengan lembut menarik selimut itu hingga ke leher,menatap mata sayu itu dengan lembut sambil mengelus rambut hitam legam itu.

"Lo istirahat yaa,biar besok pulang. Nanti kalo udah baikan baru kita sekolah lagi ya."ucap Putra.

"Gue boleh makan eskrim gak?"

Putra mengangguk. "Gue beliin semua eskrim yang lo mau tapi harus sembuh dulu ya." jelas Putra.

"Yaudah tidur gih."

"Lo gak tidur?"

"Gue masih mau selesain kerjaan dulu habis itu baru tidur."balas Putra.

"Tidur di samping gue ya."

"Iyaa. Sekarang tutup mata." suruh Putra.

Setelah melihat kalo napas Dhiya sudah teratur Putra baru bisa bernapas dengan lega.

WHERE MY HOME? (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang