12

512 20 0
                                    

Dhiya hari ini bangun lebih awal,saat sarapan bersama Ayah dan Bundanya. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintunya.

"Dya,buka pintu dulu sana." suruh Ayah pada Dhiya. Dhiya tidak menjawab namun melaksanakan apa yang di suruhkan.

"Ngapain lo pagi-pagi kerumah gw? Mau numpang sarapan?" tanya Dhiya malas.

"Gw mau jemput lu,kita pergi bareng ada Dini juga tapi dia di mobil." ucap Alif.

"Gak usah,gw bawa motor aja." tolak Dhiya langsung.

"Lu itu pacar gw,ingat!!!"

"Sayangnya gw lupa tuh." ucap Dhiya langsung masuk kedalam dan di ikuti Alif dibelakang.

"Assalamualaikum bunda ayah."

"Wa'alaikumsalam." jawab Bunda dan Ayah Dhiya."

"Yah,Alif mau berangkat bareng Dhiya sekolah boleh?" tanya Alif hati-hati.

"Yaudah berangkat aja." ucap Ayah yang membuat Dhiya kesal.

"Yaudah kalau gitu ayo berangkat." ajak Alif yang langsung ditolak kasar.

"Gak mau,gw bawa motor aja."

"Dhiya!!! Gak sopan kamu." tegur Ayah membuat Dhiya langsung diam.

Dhiya dengan kasar keluar dari rumah diikut Alif dari belakang namun sebelum itu "bun, yah, Alif sama Dhiya berangkat ya Assalamualaikum" pamit" Alif sambil menyalim tangan Ayah dan bunda Dhiya.

Dhiya langsung masuk kedalam mobil dan duduk di belakang yang ternyata sudah ada Dini disana.  "Hai Dya,." sapa Dini.

"Hmm." balas Dhiya.

Tiba-tiba pintu sebelah kanan terbuka ternyata itu Alif. "Din, kamu bisa ngak? Nyetir aku mau ngomong sama Dhiya dulu." Ucap Alif yang langsung di iyakan oleh Dini.

Dini pindah kedepan dan Alif masuk setelah Alif masuk barulah Dini Menjalankan mobilnya, sepanjang perjalanan Alif hanya memperhatikan Dhiya yang pandangan Menghadap jendela.

"Dya" panggil Alif.

Tak ada jawab dari Dhiya.

"Dhiya." panggil lagi dengan usapan halus di punggung tangan Dhiya.

Dhiya hanya menatap tanpa menjawab lalu menghindari usapan Alif.

"Gw minta maaf." ucap parau Alif.

"Untuk apa!? Lu ngak punya salah." ucap Dhiya lalu menghadap ke jendela lagi.

Dini memperhatikan interaksi keduanya ada rasa cemburu dalam hatinya namun dia bingung harus bagaimana,Dini lebih memilih fokus ke depan dan minghirau kan rasa sakitnya.

Setelah itu terjadi keheningan dalam mobil Alif sampai di sekolah,setelah Dini memarkir Dhiya langsung keluar tanpa mengucapkan kata "Terima kasih" Alif yang melihat itu langsung mengejar Dhiya tanpa memperdulikan Dini yang memanggil -memanggil namanya.

"Dya,"

"Dya,"

Ok kesabaran Alif sudah habis.

"DHIYA!!!! BERHENTI!!!!."  teriak keras Alif membuat Dhiya spontan berhenti.

Dhiya membalik dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Alif yang melihat itu langsung melunak.

"Dhiya." panggil Alif halus sambil meraih tangan Dhiya yang di tepis kasar.

"Gak usah sentuh-sentuh gw!!!!"

"Dya,aku bisa jelasin Dya,." ucap parau Alif.

"Gak ada yang perlu di jelasin semuanya juga udah jelaskan." ucap Dhiya emosi.

"Gak gitu Dya, dengerin dulu,aku sama Dini itu cuman temen." ucap Alif berusaha menjelaskan.

"Gw punya otak Ali!!! Mana ada cuman temen tapi tatapan lo seakan-akan lo cinta sama dia,gw gak buta gw bisa liat dari perlakuan dia ke loh,Udahlah lagian kita juga baru kan? Gw yakin perasaan lu belum sepenuhnya ada."ucap Dhiya lalu pergi namun belum sampai satu langkah tangga sudah di tahan oleh Alif.

"Kamu bukan Tuhan yang tau perasaan manusia! Dan ingat aku pacar kamu."

"Sejak kapan gw meng "iya" kan ucapan loh. Hah."

"Jangan gangu gw!!!"

Setelah itu Dhiya benar-benar pergi dan Alif tidak mau menahan lagi karena dia tau Dhiya pasti butuh waktu sendiri dan Alif mengerti itu.

***

WHERE MY HOME? (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang