13

505 17 0
                                    

Saat ini Dhiya berada di belakang sekolah,Dhiya duduk di kursi besi tua,sambil menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong.

Kenapa Tuhan membuat dia kembali merasakan sakit lagi,apa sakit kemarin belum cukup. Segitu tidak suka kau melihat ku tersenyum.

Dhiya tersenyum dengan air mata yang tiba-tiba mengalir,ingin sekali rasa Dhiya berteriak namun tenggorokan seakan terkunci suaranya hilang. "Apa lagi ini Tuhan!!?" pikirnya.

Dhiya menghelas nafas pelan menghapus jejak air matanya.Dhiya berniat ingin kekelas namun matanya ta sengaja melihat Alif dan Dini berjalan beriringan mereka terlihat bahagia,salah kah? jika Dhiya bersikap egois disini.

Mata Alif tak sengaja melihat kearah Dhiya yang sedang menatapnya. Namun belum sampai 10 detik Alif sudah mengalihkan pandangan. Sesak. Itu yang Dhiya rasa.

Dhiya berjalan kekelas,sampai dikelas Dhiya langsung tidur dengan lengan yang di jadikan bantalan jujur saja yang lelah itu bukan fisik melainkan batinnya.

"Dhiya."

Dhiya mengangkat kepalanya dengan malas,dan ternyata yang memanggil itu adalah Dini. Dhiya mengernyit keningnya.

"Kenapa?"

"Gw boleh minta tolong."

Dhiya bingung. " minta tolong apa."

"Tolong jauhi Alif."

Dhiya terdiam,cukup lama. Haruskah Dhiya melakukan itu.

Dhiya menghelas nafas. Lalu mengangguk kan kepalanya. Dini yang melihat itu langsung tersenyum. "Makasih." setelah itu Dini keluar dari kelas Dhiya.

Dhiya melanjutkan tidurnya. Dhiya benci situasi ini. Dhiya tak suka yang terlihat lemah. Namun Dhiya selalu kalah dengan keadaan.

"Lu gak papa Dya." tanya Tata yang baru saja duduk disamping Dhiya.

'Iyaaa gak papa." balas Dhiya tanpa mengubah posisinya.

Kriiiinggg kringgggggg

"Baik anak-anak sampai sini dulu pembelajaran kita,jangan lupa apa yang ibu suruhkan." setelah itu guru tersebut keluar.

Dhiya langsung membereskan barang-barang. "Ta,gw duluan ya soalnya ada latihan." pamitnya pada Tata yang cuman mendapatkan sebuah anggukan kepala.

Setelah itu Dhiya keluar sambil memasan grab motor yang langsung menuju tempat latihan. Namun tiba-tiba ada sebuah tangan yang menarik Dhiya. Dan ternyata yang menariknya itu adalah Alif.

"Pulang bareng gw." ucap Alif.

"Ngak usah,gw naik grab aja." Tolak Dhiya mentah-mentah.

"Pulang bareng gw Dya!!!"

"Apaan sih!!! loh maksa banget,pulang aja sama Dini gw juga mau lanjut latihan." Ucap Dhiya pergi karena grabnya sudah datang.

Dhiya langsung pergi tanpa perduli teriakan Alif yang memanggil terus namanya. Dhiya benci sungguh!!!!.

Setelah sampai di tempat latihan Dhiya langsung mengganti bajunya. Setelah itu Dhiya langsung pemanasan tatapan Dhiya kosong.

Setelah selesai latihan Dhiya langsung mengganti bajunya berpamitan dengan sabeum juga teman-temannya. Setelah itu Dhiya memasang headset Dhiya ingin pulang jalan kaki.

Selama Dhiya jalan,tatapannya kosong pikiranya kemana-mana. Entah apa yang pikirkan. Dhiya merasa hidupmu terlalu rumit.

"Assalamualaikum."ucap Dhiya

"Wa'alaikumsalam." jawab Santi sang bunda.

Dhiya langsung naik kekamar. "Gak makan dulu Di." tanya bunda.

"Nanti aja bun." jawab Dhiya seadanya.

Setelah sampai dikamar Dhiya langsung kekamar mandi membersikan diri setelah 10 menit Dhiya keluar dengan pakaian santai.

Setelah itu Dhiya langsung naik kekasur setelah mematikan lampu menutup dirinya dengan selimut. Tak sampai 10 menit Dhiya sudah Berapa dalam mimpi.

***

"Dimana laki-laki itu hah!!!"

Santi hanya diam saat ditanya,mata sudah memerah akibat menangis rambutnya berantakan,pakaian kusut.

Keadaan rumah sudah hancur komputer,tv bahkan lemari kaca sudah pecah karena ditinju

"Yah,ini kenapa." tanya gadis kecil itu pada ayahnya.

"Kamu diluar dulu ya." dan gadis kecil itu hanya menurut saja.

Gadis kecil itu bermain diluar bersama teman sebayahnya. Namun saat gadis itu hendak pulang tiba-tiba dia melihat bunda lari dengan keadaan berantakan orang-orang yang melihat itu mengejar termasuk ayahnya dan gadis kecil itu ikut mengejar.

Namun saat sudah diujung jalan,tiba-tiba ayahnya itu berbalik dan mendapati Dhiya yang mengikuti dari belakang. Ayah Dhiya yang sudah naik pitam langsung menampar Dhiya yang masih berumur 7 tahun itu.

"Pulang kamu!!!! Ngapain kamu disini hah!!!" Pulang!!!! Dhiya langsung menunduk dan mundur kebelakang lalu berlalu.

***

Dhiya bangun dengan keringat dingin mimpi itu Dhiya benci mimpi itu. Dhiya nangis sungguh ia benci itu kenapa itu harus terjadi padanya kenapa?

Dhiya menutup muka dengan bantal lalu berteriak kencang hingga suaranya habis. Matanya sudah merah dan bengkak.

Dhiya menarik rambutnya hingga putus beberapa helai, memukul kepalanya dengan keras menyakiti dirinya, menghancurkan kamarnya melempar apapun yang ada disampingnya Setelah itu Dhiya mengambil hekter di laci lemarinya lalu pergi kekamar mandi menyalahkan keran air lalu mulai menjayat tangannya sungguh Dhiya benar-benar kacau malam ini.

"Aiss" hanya itu yang keluar dari mulut Dhiya.

Setelah di rasa cukup Dhiya mematikan air dan melihat dirinya di pantulan kaca,matanya bengkak merah, rambutnya acak-acakan lengannya penuh sayatan,kepala dan pipi biru karena pukulannya. Dhiya hanya tersenyum lalu keluar dari kamar mandi dan naik di atas kasur dan kembali tidur yang seakan-akan tidak perna terjadi apa padanya.

***

WHERE MY HOME? (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang