38

243 14 0
                                    

Dhiya tengah bersiap-siap untuk berangkat sekolah,Dhiya mentapa dirinya di pantulan cermin. Muka yang tanpa ekspresi itu sedang memasang dasi.

Setelah itu Dhiya turun tak lupa dengan sepatu dan tas nya. Dhiya menuruni tangga dengan santai. Saat sampai di bawa Dhiya sudah melihat ada Ayah Dan Bundanya yang tengah sarapan.

"Dhiya sarapan dulu." ucap Santi. Dan Dhiya langsung duduk di samping ayahnya.

Tak ada percakapan di antara ketiganya,meja makan hening hanya ada detingnya sendok dan garpu yang sedang beradu. Setelah selesai Dhiya langsung memasang sepatunya.

"Dhiya berangkat,Assalamualaikum." pamit Dhiya sambil menyalimi tangan. Ayah dan Bundanya.

Dhiya langsung keluar rumah,dan memanaskan motornya sambil memasang headset setelah itu Dhiya menjalankan motornya di kecepatan rata-rata. Menikmati hembusan angin pagi yang menerpa wajahnya.

Sesampai disekolah Dhiya langsung memarkir motornya dan langsung pergi menuju roftoop sekolah. Sesampai di sana Dhiya duduk di lantai Menatap langit biru. Dhiya tersenyum lalu merubah kembali wajahnya menjadi datar.

Dhiya sudah menumbuhkan rasa tidak peduli pada hatinya,menghilang rasa tega dan apapun itu. Dhiya ingin mengganti semua itu.

Dhiya melihat jam di pengelangan tangannya. Dan ternyata 5 menit lagi bel masuk, Dhiya berdiri lalu membersihkan roknya dan berjalan turun dari roftoop. Saat hendak menuju kelas tiba-tiba Dhiya berpapasan dengan Alif dan Dini.

Pandangan Alif dan Dhiya bertemu.
Dhiya menatap Alif dengan tatapan datar,sedangkan Alif menatap Dhiya dengan sedu. Dhiya langsung pergi meninggalkan Alif dan Dini. Saat hendak mengejar Dhiya, Dini menahan tangan Alif sambil menggelengkan kepalanya.

Alif diam lalu mengikuti kemauan Dini,lalu mereka berjalan lagi menuju kelas. Sepanjang melewati koridor Alif hanya diam,tatapan datar bahkan Dini yang berada disampingnya pun tak berani mengajak Alif berbicara.

Setelah sampai dikelas Alif langsung duduk di bangkunya Menjadikan lengan sebagai bantal. Dini memperhatikan Alif yang menjadi datar.

Dini langsung keluar kelas Menuju kelas Dhiya,sesampai di kelas Dhiya,Dini melihat Dhiya tengah tertidur persis seperti apa yang dilakukan Alif dikelas tadi.

Dini menghampiri Dhiya mengoyangkan lengan Dhiya,Dhiya langsung menengakkan punggungnya,nyawa belum terkumpul dan disaat sudah penuh,Dhiya mendapati Dini yang duduk didepannya. Dhiya langsung merubah raut wajahnya menjadi datar.

"Boleh gw ngomong sama loh?" tanya Dini hati-hati.

"Apa?"

"Ngak disini." ucap Dini dan Dhiya langsung berdiri diikut oleh Dini dari belakang.

"Apa?"

"Gw tau gw salah,ngak seharusnya gw ngejauhin loh dengan Alif. Gw tau betapa besar rasa Alif terhadap loh." ucap Dini dan Dhiya masih diam.

"Gw menyerah...Gw bahkan belum bisa ngantiin posisi loh di hati Alif. Gw ngak bakal ngangu loh dan Alif. Gw ngelepas Alif buat loh." lanjut Dini.

"Otak loh dimana!!!? Kok loh bisa bilang itu secara gamblang!!!,Loh pikir Alif itu barang yang bisa pindah tangan ke tangan yang satu dengan gampang. Gw tau Alif suka sama gw,tapi setelah tau kalau dia lebih memilih loh daripada gw, gw rasa perasaan gw itu bersifat sementara." ucap Dhiya dengan sedikit emosi.

"Jangan loh bilang mau ngelepas Alif,karena kasian sama gw? Simpan aja rasa kasian loh, gw ngak butuh belas kasian dari loh." lanjut Dhiya lalu pergi meninggal Dini.

Dini menatap Dhiya dengan penuh emosi,Dini mengepalkan kuat tangan. Setelah itu Dini pergi menuju kelas. Sesampai dikelas Dini langsung duduk di bangkunya lalu menatap Alif sejenak yang tak merubah raut wajahnya sama sekali.

***

Dhiya menuju roftoop sekolah,hari ini dirinya membolos untuk kesekian kalinya. Dhiya duduk dilantai menatap lurus kedepan.

Tiba-tiba ada seseorang duduk disampingnya,saat Dhiya berbalik pandangan mereka bertemu. Untuk sesaat Dhiya menikmati tatapan itu. Dan detik selanjutnya Dhiya mengalihkan pandangnya.

"Loh kenapa bolos?" tanyanya.

"Dan loh ngapain kesini?" tanyanya balik.

"Gw bosen dikelas."

"Ohh." Jawab Dhiya.

Keduanya sama-sama terdiam. Hingga akhirnya sebuah tangan mengusap kepala Dhiya dengan sayang,Dhiya berbalik dan mendapati Alif tersenyum hangat.

Dhiya menatap mata itu,lalu mengambil tangan Alif. "Loh ngak seharusnya ngelakuin itu. dengan cara loh seperti ini cukup buat gw sakit. Cukup dengan semua kekecewaan yang loh buat." ucap Dhiya dengan datar seakan-akan apapun yang Alif lakukan tidak ada artinya.

Dhiya berdiri membersihkan roknya meninggalkan Alif yang diam. Dhiya langsung menuju kelas,dan saat melewati koridor kelas ips tak sengaja Dhiya melihat Dini yang tengah menatapnya. Dhiya yang melihat itu hanya mentapa datar lalu pergi.

Alif diam,dirinya sadar bahwa dia telah melakukan banyak kesalahan. Rasa bersalah menyelimuti dirinya.

Dhiya tak menuju kelas melainkan ke ruang bk,Dhiya ingin pulang rasanya hari ini berat buat dirinya dan mood pun rusak.  Sesampai diruang bk Dhiya langsung masuk. Setelah mendapat izin Dhiya langsung menunu kelas membereskan barang-barangnya lalu keluar dari kelas.

Tata memperhatikan Dhiya dengan bingung namun tak berani untuk menanyakan atau sekedar menyapa Dhiya.

Dhiya keluar dari kelas,memasang headset lalu mengambil motornya,lalu keluar dari pekarangan sekolah,Dhiya membawa motor dengan kecepatan rata-rata menikmati angin yang menerpa wajahnya. Dhiya tak menuju rumah melainkan ke kedai eskrim.

Sesampai di ke kedai tersebut,Dhiya langsung memarkir motornya,lalu masuk kedalam kedai yang tidak terlalu besar namun nyaman.
Dhiya langsung menuju kasir untuk memasan

"Mba?"

"Iyaaa kak? mau pesan apa?" tanya sang kasir tersebut dengan ramah.

"Saya mau vanila,coklat,green teh,sama cookies dan coklat panas 1."

"Semuanya,60ribu mba." ucap mba kasir.

Saat hendak mengambil uang tiba-tiba ada sebuah tangan dari belakang yang memberi uang pada sang kasir.

"Uangnya 100 rb yang kak." Ucapnya lalu memberi kembalian pada seseorang tersebut.

Dhiya melihat dan mendapati orang tersebut tengah tersenyum,Dhiya memutar bola matanya dengan malas,lalu pergi dan orang tersebut mengikut dari belakang. Sesampai di tempat duduk.

"Gw ngak minta loh buat bayarin." ucap Dhiya dengan malas.

"Iyaaa."

"Loh ngapain kesini?" tanya Dhiya bingung melihat orang di depannya itu masih lengkap baju kantor.

"Aku hanya ingin mampir aja,dan ngak nyangka ketemu kamu disini. Kamu bolos?" tanya menatap Dhiya dari atas sampai bawa.

"Stop ngeliatin gw kayak gitu." ucap Dhiya sambil menatap tajam David.

"Pemisi mba,mas ini pesanannya." ucap pelayan tersenyum lalu pergi dengan senyum ramah.

"Makasih mba." ucap Dhiya membalas senyum itu.

Dhiya langsung memakan eskrimnya,dan David hanya melihat setiap pergerakan Dhiya. Dhiya yanf merasa di perhatikan lalu mengangkat pandangan dan melihat David yang tengah memperhatikan dirinya.

"Mau?" tanya Dhiya sambil mengangkat sendok kearah David.

David tersenyum lalu membuka mulutnya,dan Dhiya langsung menyuapi es tersebut.David tersenyum dan Dhiya membalasnya.
***

WHERE MY HOME? (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang