35

298 14 1
                                    

David terlalu sibuk memasang dasi sampai tidak memperhatikan seseorang di depannya. Sampai tiba-tiba sebuah tangan mengambil ahli pekerjaannya itu,membuatnya memantung.

David menatap wajah cewek yang tengah sibuk memasangkan dasinya. Ada rasa bersalah dalam dirinya atas perlakuannya tempo hari.

"Loh ngapain kesini?" tanyanya.

"Gw mau minta tolong loh anterin gw sekolah." jawabnya.

David diam.

"Boleh?"

David bingung,harus menjawab apa karena sebenarnya hari ini juga dirinya harus menjemput Dhiya.

"Ngak bisa? Yaudah gw naik grab aja." ucap Tata namun di tahan oleh David.

"Yaudah gw anter yaa." ucap David lalu tersenyum.

"David Tata, sarapan dulu ya." ucap deswita.

David dan Tata menghampiri Deswita yang tengah menyiapkan sarapan untuk mereka. Setelah selesai David dan Tata langsung berpamitan.

"Ma,aku sama Tata berangkat ya Assalamualaikum." pamit David dan Tata sambil menyalimi tangan Deswita.

Deswita tersenyum. "Hati-hati ya." ucap deswita.

Setelah itu mereka keluar dari rumah,David masuk kedalam mobil di ikut oleh Tata,David membawa mobil dikecepatan rata-rata.

Didalam mobil tak ada percakapan di antara mereka rasa canggung menyelimuti keduanya. Sampai pada akhirnya David berani membuka suara.

"Ta,gw minta maaf ya." ucap David pelan.

Tata diam.

Saat sampai di depan sekolah Tata keluar dari mobil tanpa mengucapkan sepatah kata, David langsung keluar dan memanahan Tata yang hendak masuk kedalam sekolah.

"Ta,gw minta maaf." ucap David.

Tata tak menjawab,namun langsung memeluk David yang membuat si empu kaget bukan main, David bingung harus membalas namun pada akhirnya dia membalas pelukan Tata.

Dhiya melihat semua kejadiannya,ada rasa sesak yang tak bisa dia jelaskan,Dhiya memilih untuk pergi. Dan tujuannya adalah taman.

Sesampai di taman Dhiya langsung duduk di rumput dan perduli dengan roknya yang kotor. Dhiya langsung memasang headset dengan volume full. Dhiya menatap langit lalu menutup matanya,menikmati angin yang menerpa wajahnya.

Tanpa terasa setetes air mata Dhiya jatuh,yang pada akhirnya menjadi sebuah tangis pilu, Dhiya membiarkan air matanya turun. Dhiya menudukkan kepalanya lalu menutup wajahnya dengan tangan, Dhiya mengigit bibir agar tak mengeluarkan suara,Memberikan bibirnya luka.

Alif yang hendak kekantor tak sengaja melihat Dhiya sendiri di taman dengan menutup wajahnya,saat hendak menghampiri Dhiya tiba-tiba Dini datang.

"Lif,ayok katanya mau kekantin?" ucap Dini sambil menarik Alif yang mau tak mau harus mengikuti ikuti Dini.

Dhiya menghapus jejak air matanya,lalu menetralkan napasnya. Dhiya mengambil hp lalu membuka kamera,melihat wajah matanya merah dan bengkak hidung yang merah. Lalu melihat ke arah bibirnya dan ternyata berdarah.

Dhiya berdiri lalu membersihkan roknya. Dhiya berniat menuju uks untuk mengobati bibirnya yang luka. Karena terlalu serius membersihkan darah yang tak berhenti keluar,sampai tak sadar sudah menabrak seseorang.

"Sorry." ucap Dhiya tanpa melihat yang di tabrak.

Dan orang yang ditabrak langsung menahan lengan Dhiya,membuat sang empu kaget bukan main. Orang tersebut melihat jari-jari Dhiya penuh bercak darah dan melihat ke sumber lukanya.

WHERE MY HOME? (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang