40

249 15 0
                                    

Hari terakhir ujian.

Dhiya keluar kelas dengan biasa saja,berbeda dengan teman-teman sekolahnya yang begitu senang. Karena hari ini adalah hari terakhir ujian sekaligus menjadi Alumni.

Dhiya menenteng tas disebelah kiri,lalu memasang earphonenya. Karna terlalu serius memainkan hp sampai Dhiya tak sengaja menabrak seseorang di depannya.

"Aishh." ucap Dhiya ketika keningnya nabrak dada bidang orang tersebut.

Dhiya menaikan pandangannya lalu seketika tatap mereka bertemu,namun hanya sesaat karna Dhiya langsung mengalihkan pandangannya.

"Sorry." ucap Dhiya saat hendak pergi sebuah tangan menahan dirinya.

"Lepas."

"Kita udah jadi alumni dan loh masih mau kita seperti ini?" tanyanya.

"Lalu loh mau kita seperti apa?" tanya balik Dhiya.

"Seperti kemarin,maybe." ucapnya.

"Dalam mimpi loh aja. Lagian gw setelah ini ngak bakalan disini." ucap Dhiya.

"Loh mau kemana?" tanyanya.

"Mau pergi jauh." jawabnya.

"Kemana Dhiya!!!." tanya dengan sedikit keras.

"Mau ke manhattan Alif." ucap Dhiya sambil melepas genggam tangan Alif.

"Mau ngapain loh disana?" tanya Alif penasaran.

"Cari jodoh." ucap Dhiya lalu pergi dengan sedikit berlari.

"Ehh Dhiyaaaa.DHIYAAAAA!!!!"

Dhiya masih mendengar suara teriakan Alif,Dhiya tertawa mendengar teriakan Alif, Dhiya berhenti menarik napas panjang lalu dihembuskan secara perlahan tiba-tiba napasnya menjadi sesak,moodnya turun drastis.

Dhiya menaikan kepalanya sambil menutup mata menikmati angin yang menerpa rambut dan wajahnya. Apapun yang terjadi dirinya harus siap. Bahkan sebelum itu terjadi Dhiya sudah menyiapkan semuanya dari jauh hari.

***

Dhiya langsung masuk kedalam kamar,menghempas tubuhnya diatas kasur yang nyaman. Dhiya menatap langit kamar dengan pikiran yang entah kemana.

Dhiya bangun dan langsung menuju kamar mandi,membersihkan diri. Dhiya keluar dengan baju kebanggannya. Dhiya mengambil laptop lalu menuju kasur, lalu menonton film untuk melupakan apa yang terjadi saat ini.

Dringgg dringgg

Dhiya menyeritkan keningnya saat melihat tertera nama Alif di hpnya.

"Halooo."

"Halooo,loh dimana? Gw pengen ketemu." ucap Alif to the point.

"Share log aja." ucap Dhiya lalu mematikan telfon sepihak.

Sedangkan Alif hanya mengelus dada dengan kelakuan Dhiya.

Dhiya langsung bersiap-siap dengan celana jeans dan baju kaosnya. Setelah itu Dhiya membuka room chatnya yang ternyata Alif sudah memberi tau lokasinya. Tapi Dhiya menyeritkan keningnya ketika melihat dengan detail tempatnya.

Setelah itu Dhiya turun dari kamar dengan sedikit berlari,sedangkan Santi berada di ruang tamu.

"Astaga Dhiya,Bunda sudah bilang jangan lari-lari." ucap Santi.

"Hehe maap bun." balas Dhiya.

"Mau kemana?" tanya Santi.

"Mau keluar bentar,ngak lama kok Bun,Yaudah Dya berangkat ya.Assalamualaikum." ucap Dhiya sambil menyalimi tangan Santi.

"Wa'alaikumsalam,hati-hati." balas Santi.

Dhiya keluar berjalan kaki karena dirasa dekat,selama perjalanan Dhiya hanya mendengar lagu dan menikmati sore yang hampir malam.

Setelah sampai di taman yang di minta Alif,ternyata ini adalah taman kesukaan Alif, Dhiya melihat sekeliling dan melihat mendapati Alif yang tengah duduk menghadap Danau. Dhiya menghampiri Alif tanpa banyak bicara.

Alif pun hanya Diam,karna dia tau siapa yang datang.

"Mungkin gw terlalu terburu-buru dalam hal mengungkapkan perasaan,dan mungkin memaksa loh untuk mempunyai perasaan yang sama." ucap Alif tiba-tiba.

"Gw sadar,gw ngak bisa memiliki semua yang gw mau. Contohnya loh. Mau sekuat apapun gw berusaha, loh ngak bakalan bisa jadi milik gw."

"Gw ngelepas loh,gw ngak mau jadi beban perasaan buat loh. Gw akan selalu seperti senja buat loh. Yang akan selalu menyakitkan loh setiap hari walau di waktu siang memberi loh kehangatan." Ucap Alif lalu menatap Dhiya yang tengah menatap matahari yang akan tenggelam.

Alif menikmati wajah Dhiya untuk kesekian kalinya. Mungkin seharusnya memang seperti ini. Dirinya hanya menundah sebuah perpisahan. Harusnya dari dulu dia melakukannya,namun ego untuk memiliki Dhiya jauh lebih besar.

"Gw hanya minta,perjuangan Dini sama seperti loh memperjuangkan gw,Dini selalu ada buat loh dan bisa menjadi apa yang loh mau dan gw yakin dia lebih baik dari gw." ucap Dhiya lalu menatap Alif yang tengah menatapnya sambil tersenyum Dhiya mengusap kepala Alif.

"Gw berharap loh bisa bahagia sama Dini. kalau pun suatu saat gw menyesal karena ini,gw udah siap untuk itu." Lanjutnya.

"Udahkan?" tanya Dhiya yang di anggukan oleh Alif.

"Gw pamit ya,Bunda ngak ngebolehin lama-lama." ucap Dhiya lalu berdiri membersihkan celananya yang kotor.

Setelah itu Dhiya pergi meninggalkan Alif yang masih terdiam. Alif menatap matahari yang tenggelam dan langit Menjadi gelap. Alif menghelas napas pelan. Mengusap dada berharap sesaknya hilang.

Selama di perjalanan Dhiya hanya diam, dan apa yang dia bayangkan akhirnya terjadi,dirinya bahkan sudah tau kalau akhir seperti ini. Dhiya siap jika akhirnya penyesalan itu datang. Sesampai dirumah Dhiya langsung naik kekamar. Setelah itu membersihkan dirinya. Setelah selesai Dhiya mengeringkan rambutnya.

Dhiya menuju balkon kamar,menatap langit dengan penuh bintang. Entah apa yang Dhiya rasakan sekarang antara senang atau sedih.

***

Ada Hal-hal yang terasa berat
Sekali untuk dilalui.
Tapi harus tetap di lalui.

Terasa sulit sekali buat diterima.
Tapi harus tetap dilalui.

Hidup kadang suka kelewatan
Memberi sesuatu.

Istirahatlah,hati dan pikiranmu
Butuh Istirahat untuk perasaam
Selanjutnya.

Tuhan pun sudah atur pada siapa
Hatimu akan menetap.

****

WHERE MY HOME? (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang