Dhiya bangun dengan kepala yang pusing memaksa membuka matanya dan melihat keadaan kamarnya yang betul-betul berantakan. Dhiya bangun langsung kekamar mandi mencuci muka dan menyikat gigi setelah selesai Dhiya langsung merapikan kamarnya. Setelah selesai .
Dhiya duduk di lantai kamarnya setelah mengambil betadine dan kapas untuk menbersikan lukanya setelah itu memberi plester obat.setelah selesai Dhiya berdiri melihat dirinya di depan cermin.
Kenapa harus Dhiya yang merasakan itu? Kenapa harus Dhiya yang menjalani itu,kenapa?
Dhiya turun saat hendak kedapur Dhiya mendengar suara bunda sedang tertawa dan Dhiya tau siapa yang membuat bunda itu tertawa. Dhiya menghirau kan itu dan tetap berjalan kedapur untuk mengambil air. Setelah selesai Dhiya langsung kekamar sesampai dikamar Dhiya mengambil laptop lalu membuka musik memutar lagu bts. Dhiya hanya ingin membuat perasaan membaik.
Setelah berjam-jam dikamar, Dhiya memutuskan untuk turun perutnya sudah tak bisa diajak kompromi lagi saat Dhiya turun tak ada orang. Namun Dhiya tak peduli dan tetap berjalan menuju dapur Dhiya membuat 2 bungkus indomie goreng dan 2 telur rebus setelah selesai Dhiya makan dimeja makan dengan hening. Setelah selesai makan dan mencuci piring Dhiya naik kekamar tak lupa dengan cemilan ditangannya.
Setelah sampai dikamar,Dhiya menaruh semua cemilan itu diatas meja belajarnya,lalu keluar kearah balkon kamar, menatap kearah langit yang mendung dan mungkin sebentar lagi akan hujan. Dhiya suka hujan, suka sekali.
"Apa aku salah jika mempunyai harapan lebih terhadapmu?
Apa aku salah jika aku bersikap egois terhadapmu?
Maafkan aku yang keterlaluan padamu soal perasaan, aku sadar tidak seharusnya perasaan itu ada. Namun aku sendiri pun tidak tau kapan perasaan itu ada. Mungkin perasaan itu ada karena kita sering bersama, karena kita terlalu sering menghabiskan waktu bersama. Jika aku salah tolong buat aku sadar bahwa selama ini aku salah dalam sebuah perasaan. Biar kamu tak perlu memikirkan apa yang seharusnya tak kamu pikirkan."Dhiya menghelas nafas pelan. Kenapa semua harus terjadi padanya? Diantara banyak nya manusia didunia mengapa Tuhan harus memilihnya.
Angin malam pun tak membuat Dhiya goyang walau tubuhnya sudah mengigil namun Dhiya masih enggan untuk berpindah. Dhiya sudah terlalu capek dengan semua ini.
Setelah hampir 30 menit di balkon kamar.Dhiya masuk kedalam kamar menutup pintu kamarnya lalu naik keatas kasur,menutup dirinya dengan selimut menatap langit-langit kamar tak sampai 10 menit Dhiya sudah berapa dalam alam mimpi.
***
"Dhiya bangun." panggil Santi sang bunda.
"Ehmm."
"Bangun Dya,itu udah Alif dibawa katanya mau ajak kamu jalan." jelas Santi.
"Ini masih pagi bun,bilang aja Dhiya masih tidur." ucap Dhiya dan langsung menutup dirinya dengan selimut.
"Pagi pagi endas mu ini sudah jam 10,kamu ini anak perawan juga bangun jam segini." Omel Santi.
"Udah bun bilang aja Dhiya masih tidur."
"Dhiya bangun gak!!! kalau gak bunda siram kamu." ancam Santi.
"Apasih bun,pake ngacem segala ihhs." kesal Dhiya sambil mengacak-acak rambutnya karena jam tidurnya di ganggu.
Dengan malas Dhiya masuk kedalam kamar mandi, setelah 10 menit akhirnya Dhiya keluar dengan pakai santai. Saat keluar kamar ternyata Dhiya berpapasan dengan bunda.
"Loh Dhiya, kok pake baju begitu sih." omel Santi sang bunda.
"Lah emang mau kemana sih bun,Dhiya mager mau keluar-keluar lagian juga uang bulanan Dhiya belum dikirim. Dhiya juga lagi nabung mau nonton terus beli novel."Jelas Dhiya pada Santi sang bunda.
"Kamu ini beli novel terus,novel kamu aja yang kemarin aja belum selesai dibaca juga." balas Santi.
"Udah atuh bun."
Saat sudah di ujung tangga Dhiya melihat Alif sambil memainkan handphone dan senyum-senyum sendiri.
"Lu ngapain kerumah gw." to the point Dhiya.
"Mau ngajak lu keluar." balas Alif.
"Gak mau,gw mager." ucap Dhiya berlalu kedapur.
Alif mengikuti Dhiya dari belakang. "Lu masih marah ya sama gw." tanya Alif.
"Kapan gw marahnya?" Dhiya bertanya balik.
"Sejak gw kenalin Dini ke loh."
"Gak tuh,biasa aja."
"Jujur Dya Gw ngak suka sikap kekanak-kenakan loh."
Dhiya diam,hatinya sedikit sakit mendengar kata-kata Alif. "Gw atau loh yang kekanak-kanakan." tanya balik Dhiya.
"Loh Dhiya." balas cepat Alif.
"Kalau gw suruh loh milih,lo bakalan pilih gw atau Dini." tanya Dhiya mentapa Alif.
Alif terdiam,mulutnya seakan terkunci Alif kehabisan kata-kata, Dhiya yang melihat itu hanya tersenyum lalu mengangguk.
"Lu ngak perlu jawab,karena gw udah tau jawabannya." lalu pergi.
"Dya..."
"Udah ya Ali,jangan nganggu gw lagi yah, hidup gw udah terlalu rumit jangan loh tambah ya. " setelah itu Dhiya naik kekamar dan membanting pintu kamarnya dengan keras.
Alif hanya diam,Santi datang dari arah belakang kaget mendengar suara bantingan pintu.
"Alif ada apa?" tanya Santi sambil memengan pundak Alif.
"Ngak papa bun,maaf ya Alif buat Dhiya nangis." ucap Alif sambil menunduk kan kepalanya.
Santi hanya diam sambil memengan pundak Alif. Alif mengangkat kepalanya melihat kearah Santi,sungguh Alif malu pada dirinya sendiri.
"Alif pamit ya bun,Assalamualaikum." pamit Alif sambil menyalimi tangan Santin bunda Dhiya.
"Wa'alaikumsalam,hati-hati ya." balas Santi sambil tersenyum lembut.
Alif hanya mengangguk lalu keluar dari rumah Dhiya dengan perasaan bersalah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
WHERE MY HOME? (REVISI)
Teen FictionFOLLOW DULU KARNA ADA BEBERAPA PART YANG TERKUNCI❗❗ Jangan lupa follow dan vote❤ Vote dari kalian adalah kesenangan tersendiri bagi author. ❗WARNING❗ TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA❗❗ **** Sesuatu yang rusak bukan berarti yang lainnya rusak. Jika rusak...