24

438 14 0
                                    

Alif keluar dari kamar Dhiya berniat untuk mencari minum sepeninggal Alif. Dari ujung seseorang terlihat jalan menuju kamar Dhiya memakai masker dan kacamata.

Setelah masuk dikamar Dhiya orang tersebut lalu melepas kacamatanya. Sambil tersenyum dibalik maskernya.

"Gw hanya melakukan apa yang sudah seharusnya gw lakukan sejak dulu,karena loh juga gw kehilangan semuanya."

"Gw harap lo ngak cepat mati,agar gw bisa melihat loh menderita selamanya." Setelah mengucapkan itu orang tersebut langsung dengan cepat keluar dari kamar Dhiya.

Tiba-tiba jari Dhiya bergerak,mata Dhiya terbuka menyesuaikan cahaya yang berada dikamarnya.

"Minum." ucapnya namun tak ada orang dikamarnya.

Dhiya memaksakan dirinya bangun lalu mengambil air minum,meneguknya sampai habis. Dhiya memengan kepalanya yang sangat pusing.

PRANKKKK

Gelas yang di pengan Dhiya jatuh. Membuat David yang berada diluar kamar langsung masuk kekamar Dhiya dengan tak santai.

"DHIYAAA!!!!!" teriak David panik.

Dhiya yang kaget langsung terdiam mendengar teriakan David. David langsung berlari ketawa Dhiya,memeluk seakan itu pelukan terakhir mereka.

"Loh ngak papa?" tanya David panik.

"Gw? Ngak kenapa-napa kepala gw pusing banget,mana lagi gw badan gw lemes banget." jelas Dhiya.

"Udah loh istirahat ya,biar cepat sembuh pecahan kaca ini gw beresin dulu." ucap David lalu mengambil skop sampah.

Setelah selesai. David langsung duduk di samping Dhiya,mengusap pelan kepala cewek tersebut. Menatap dalam mata yang selalu bisa menyembuyikan lukanya. Lalu turun ke bibir mungil,bibir yang selalu membuat lengkungan indah,disaat semesta tak berpihak pada dirinya.

"Gw sayang loh." ucap David tiba-tiba.

Dhiya terdiam,menatap dalam mata David.

"Loh istirahat ya." ucap David lalu mengusap wajah Dhiya dengan 3 jari.

Tak sampai 10 menit Dhiya sudah berada dalam alam mimpi,Dirasa Dhiya sudah nyenyak David langsung membaringan dirinya diatas sofa dengan lengan yang menutup wajahnya. David hari ini benar-benar lelah.

Alif yang hendak masuk menjadi tidak jadi setelah melihat perlakuan David pada Dhiya,membuat dirinya tersadar bahwa salah satu sumber kesedihan Dhiya ada pada dirinya.

Haruskah ia merelakan Dhiya?

Alif memilih meninggalkan kamar itu dengan sesak dihatinya.

Diujung loro seseorang memperhatikan Alif dengan marah,dan tangan yang terkelap kuat.

AAKKKHHHHH. Teriaknya lalu memukul tembok hingga tangannya mengeluarkan darah.

"Kenapa harus Dhiya?kenapa harus cewek itu yang loh cintai. Apa kurangnya gw buat loh sampai loh ngak bisa melihat perjuangan gw buat loh." ucapnya menangis mengeluarkan semua sesak yang ada pada hatinya.

Cewek tersebut lalu berdiri dan beranjak pergi dari rumah sakit tersebut. Dengan rasa yang bercampur aduk.

"Eughhh"

David yang mendengar itu spontan langsung berlari kearah Dhiya.

"loh kenapa,ada yang sakit? Mau gw panggilin dokter?" Tanya David berturut-turut saking paniknya.

"Kepala gw pusing banget." ucap Dhiya sambil memegang kepalanya.

David langsung mengusap sayang kepala Dhiya membuat Dhiya nyaman. Dhiya teringat pada Bundanya saat Dhiya susah tidur pasti Bundanya akan tidur disampingnya sampai tertidur,mengusap kepala Dhiya memberi kenyamanan pada dirinya.

Dhiya rindu itu,Dhiya ingin kembali kemasa itu dan berharap itu tidak akan perna berakhir. Dhiya menutup matanya. Berharap air matanya tidak keluar. Namun sayang air matanya sudah terlanjur keluar.

David yang melihat itu segera mengusap dengan ibu jempolnya. Ada sedikit sakit ketika melihat Dhiya nangis.

"Loh mau nangis? Sini di pelukan gw aja." ucap David lalu menarik Dhiya dalam pelukannya.

Dan seperkian detik tangis Dhiya betul-betul pecah. Bahunya bergetar kuat,nafasnya tersengal-sengal.

"Hustttt." ucap David sambil menenangkan Dhiya.

"Gw harap ini nangis loh yang terakhir."

"Gw benci liat loh nangis."lanjut David.

"Loh tidur ya,nanti loh mala tambah sakit kalau nangis gitu, tuh panas loh juga udah naik." ucap David sambil membaringkan Dhiya.

"Jangan tinggalin gw pliss." ucap Dhiya memohon.

"Gw ngak akan perna ninggalin loh." balas David. Lalu duduk disamping Dhiya.

"Tidur gw temanin." suruh David sambil mengusap kepala Dhiya. Dan tak sampai 10 menit Dhiya sudah berada di alam mimpi.

David menghelas napas pelan,lalu beranjak dari kasur Dhiya dengan hati-hati mengambil air minum lalu menenguknya sambil habis. Lalu kembali ketempat semula. David tidur dengan posisi duduk dengan tangan kanannya memengan tangan Dhiya dan tangan kiri David jadikan lengan untuk tertidur. Tak sampai 10 menit David sudah berada dalam mimpi.

***

David terbangun dengan tangan yang gemetaran dan keringat dingin yang terus keluar. Lalu melihat ke arah Dhiya. Dan menghelas nafas pelan sambil mengusap kepala Dhiya.

"Gw takut loh kenapa-napa. Jangan tinggalin gw." ucap David pada Dhiya yang masih setia menutup mata.

"Gw sayang loh. sayang banget."

David lalu melepas genggam tangan Dhiya mengambil hp lalu melihat jam dan ternyata jam 03:00 David lalu menyimpan hp tersebut dan berlalu kekamar mandi,mengambil air wudhu. Lalu mengerjakan sholat tahajud.

Setelah selesai David kembali kesamping Dhiya,mencium keningnya lalu pergi kesofa mencari posisi nyaman untuk tidur.

***



WHERE MY HOME? (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang